KABARBURSA.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rabu pagi, 8 Oktober 2025, dibuka menguat 32 poin di level 8.201. Sementara, bursa Asia bergerak lebih bervariasi di tengah tekanan global.
Indeks sempat menyentuh level 8.225 sebelum stabil di 8.201 pada pukul 09.05 WIB, atau menguat 0,47 persen dibanding penutupan kemarin di 8.169. Kinerja ini menandai upaya IHSG mempertahankan tren positif di tengah ketidakpastian pasar global.
Dari 956 saham yang diperdagangkan, 282 saham menguat, 221 melemah, dan 453 stagnan. Di sini, dominasi sentimen positif mempengaruh pergerakan, meski belum merata.
Hampir semua sektor di bursa bergerak naik, dengan sektor teknologi memimpin kenaikan sebesar 2,24 persen ke 12.048, diikuti energi yang menguat 1,57 persen ke 3.712. Sektor konsumer primer juga mencatat performa baik, naik 0,89 persen, didukung penguatan saham emiten pangan dan ritel besar.
Satu-satunya sektor yang terkoreksi adalah properti, yang turun 0,38 persen ke 957. Pelemahan sektor ini berkaitan dengan masih tingginya tingkat bunga riil serta ketidakpastian pembiayaan kredit properti.
Dari sisi fundamental, sentimen positif datang dari revisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia, dari 4,7 persen menjadi 4,8 persen untuk 2025. Kenaikan ini mencerminkan ekspektasi meningkatnya belanja pemerintah dan stabilitas fiskal di tengah tahun politik.
Namun, faktor pembatas muncul dari cadangan devisa (cadev) Indonesia yang turun USD2 miliar menjadi USD148,7 miliar, yang merupakan level terendah sejak Juli. Penurunan ini disebabkan intervensi Bank Indonesia terhadap Rupiah, yang menunjukkan tekanan terhadap mata uang akibat arus keluar dana asing (capital outflow) dalam beberapa pekan terakhir.
Secara teknikal, IHSG tetap menunjukkan pola bullish moderat dengan support di 8.150 dan resistance di 8.250. Artinya, ruang kenaikan masih terbuka asalkan tidak ada tekanan eksternal besar.
Performa Bursa Asia: Variatif di Tengah Krisis Global
Sementara itu, bursa Asia bergerak bervariasi pagi ini. Ketidakpastian global masih tinggi akibat krisis politik di Prancis dan ancaman government shutdown di Amerika Serikat, yang menekan sentimen risiko.
Nikkei 225 Jepang naik 0,30 persen ke 48.092,78. Sementara Topix menguat 0,62 persen, didukung oleh saham teknologi dan otomotif. ASX 200 Australia justru turun 0,32 persen ke 8.928,20, terseret pelemahan sektor pertambangan setelah harga logam dasar turun.
Pasar China daratan dan Korea Selatan tutup karena hari libur nasional, sehingga likuiditas di kawasan sedikit berkurang.
Di sisi lain, pelaku pasar menantikan keputusan kebijakan moneter dari Bank of Thailand dan Reserve Bank of New Zealand hari ini. Ekspektasi pasar cenderung pada penahanan suku bunga, seiring inflasi yang mulai terkendali namun pertumbuhan belum sepenuhnya pulih.
Bank Dunia juga menaikkan proyeksi pertumbuhan Asia, memberi sinyal bahwa kawasan ini masih menjadi motor global meski ketegangan dagang dengan AS belum mereda.
Sementara itu, di pasar global, ETF iShares MSCI Indonesia (EIDO) di bursa New York naik tipis 0,09 persen ke USD17,43, yang menunjukkan sentimen investor asing terhadap aset Indonesia masih positif meski berhati-hati.
Secara keseluruhan, IHSG berpotensi melanjutkan penguatan menuju kisaran 8.230–8.250, ditopang oleh optimisme makro dan kenaikan harga komoditas seperti minyak dan nikel. Namun, volatilitas global masih menjadi faktor pembatas utama.
Jika Rupiah kembali tertekan atau data inflasi AS menunjukkan lonjakan, potensi koreksi jangka pendek tetap terbuka.
Untuk jangka pendek, investor cenderung memanfaatkan momentum rotasi sektor ke teknologi, energi, dan konsumer primer, sementara sektor properti dan keuangan mungkin masih bergerak terbatas hingga arah suku bunga lebih jelas.(*)