Logo
>

Saham Properti ini Berpotensi Cuan Tinggi, Apa Kata Analis?

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Saham Properti ini Berpotensi Cuan Tinggi, Apa Kata Analis?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Laba bersih Pakuwon Jati pada kwartal I 2024 mengalami penurunan sebesar 35,9 persen dan berada di level Rp421,6 miliar. Penurunan ini merupakan dampak dari pelemahan Rupiah. Begitu dikatakan analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhazer, dalam risetnya, Jumat, 5 Juli 2024.

    "Penurunan laba bersih Pakuwon pada kuartal I-2024 lebih disebabkan oleh pelemahan Rupiah, bukan karena kinerja perusahaan yang buruk,” jelas Axell .

    Meskipun laba bersih turun, pendapatan PWON naik 10,5 persen menjadi Rp1,53 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,38 triliun. Laba kotor juga mengalami peningkatan sebanyak 14 persen menjadi Rp851,5 miliar dari Rp747,1 miliar, dengan margin laba kotor naik menjadi 55,6 persen dari 54 persen. Sementara, EBITDA tumbuh sebanyak 8 persen.

    “Dampak negatif pelemahan Rupiah hanya bersifat sementara dan tidak mempengaruhi prospek jangka panjang PWON,” kata Axell.

    Sepanjang kuartal I-2024, PWON mencatatkan marketing sales sebesar Rp385 miliar atau naik 29 persen dari Rp298 miliar di periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh insentif pajak PPN DTP dari pemerintah. Dengan demikian, PWON optimis mencapai target marketing sales tahun ini sebesar Rp1,5 triliun.

    Pendapatan berulang yang menyumbang 78 persen dari total pendapatan PWON juga naik sebesar 10,8 persen menjadi Rp1,2 triliun dari sebelumnya Rp1,08 triliun. Pendapatan ini berkat peningkatan tingkat hunian mal dan sewa.

    "Tidak ada salahnya jika kemudian investor melihat peluang pada saham PWON dengan target harga Rp530, yang mengimplikasikan PBV sebesar 1,32 kali, sesuai dengan rata-rata PBV tiga tahun terakhir. Saat ini, PWON diperdagangkan pada PBV sebesar satu kali dengan hargaRp 376 yang memberikan potensi cuan sebesar 41 persen. Hanya saja kita harus memperhatikan risiko utama, yaitusuku bunga, perubahan kebijakan pemerintah, dan penurunan daya beli konsumen," papar Axell.

    Untuk Ciputra Development (CTRA), NH Korindo Sekuritas berpendapat sama. Saham CTRA di harga Rp1.450 mencerminkan PBV sebesar 1,31 kali. Saat ini, CTRA diperdagangkan pada PBV sebesar 1,02 kali dengan harga Rp1.150, yang berimplikasi memberikan potensi cuan sebesar 26 persen.

    Di sini, NH Korindo Sekuritas memperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga yang cukup signifikan dalam 12 bulan ke depan. Hal itu tentu saja dapat mendorong kinerja sektor properti dengan risiko utama adalah nilai tukar Eupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga, serta penurunan daya beli masyarakat.

    Pada kuartal I-2024, Ciputra Development mencatatkan marketing sales sebesar Rp3,32 triliun, meskipun turun 4 persen year-on-year (YoY) dari Rp3,45 triliun pada kuartal I-2023. Namun bisa dikatakan angka tersebut melampaui ekspektasi.

    “Dengan target marketing sales tahun ini sebesar Rp11,1 triliun, CTRA telah mencapai 30 persen dalam tiga bulan pertama,” jelas Axell.

    Pendapatan Ciputra Development naik 8,7 persen menjadi Rp2,32 triliun pada kuartal I-2024 dari Rp2,13 triliun di kuartal I-2023. Laba bersih juga naik 16,9 persen menjadi Rp483 miliar dari Rp413 miliar, seiring dengan peningkatan margin laba kotor, margin laba usaha, dan margin laba bersih.

    Sementara itu, menurut data Sahamee, kapitalisasi pasar CTRA saat ini mencapai Rp20,945 triliun, sedangkan PWON berada di angka Rp18,204 triliun. Meskipun demikian, kedua emiten ini beroperasi dalam subsektor yang sedikit berbeda, di mana CTRA fokus pada pengembangan real estate, sementara PWON lebih terdiversifikasi.

    Secara performa, saham CTRA menunjukkan return positif sebesar 8,66 persen dalam satu tahun terakhir, mengungguli PWON yang mencatat penurunan sebesar 22,2 persen. Dalam jangka waktu tiga tahun, CTRA mencatat kenaikan 28,8 persen, sementara PWON kembali mengalami penurunan sebesar 12,2 persen.

    Dari sisi valuasi, Price to Earnings Ratio (PER) CTRA berada di angka 10,95, lebih tinggi dibandingkan PWON yang sebesar 9,89. Sementara itu, Price to Book Value (PBV) CTRA dan PWON masing-masing berada di angka 1,02 dan 0,94, menunjukkan bahwa saham PWON lebih undervalued dibandingkan CTRA. Price to Earnings Growth (PEG) PWON tercatat negatif, menunjukkan pertumbuhan laba yang tidak sebanding dengan valuasinya saat ini.

    Begitu pula dengan margin laba kotor PWON mencapai 54,8 persen, lebih tinggi dibandingkan CTRA yang berada di angka 49,3 persen. Margin laba operasi dan laba bersih PWON juga lebih unggul dengan masing-masing 42,9 persen dan 34 persen, dibandingkan dengan CTRA yang mencatat 31,9 persen dan 20 persen.

    Return on Equity (ROE) PWON sebesar 11 persen dan Return on Assets (ROA) sebesar 6,44 persen juga menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan CTRA yang masing-masing berada di angka 9,21 persen dan 4,18 persen.

    Dari sisi pertumbuhan, PWON mencatat pertumbuhan pendapatan tahunan (CAGR) sebesar 3,56 persen dalam lima tahun terakhir, sementara CTRA hanya 3,8 persen. Pertumbuhan laba bersih PWON dalam tiga tahun terakhir mencapai 31,3 persen, menunjukkan performa yang lebih stabil dibandingkan CTRA yang hanya mencatat 11,8 persen.

    Potensi dan Risiko

    Dengan proyeksi marketing sales yang solid, PWON dan CTRA berada di jalur yang tepat untuk mencapai target mereka pada tahun ini. NH Korindo Sekuritas merekomendasikan target harga untuk saham PWON sebesar Rp530, yang mengimplikasikan potensi kenaikan hingga 41 persen dari level saat ini. Sedangkan target harga saham CTRA dipatok pada Rp1.450, dengan potensi kenaikan sebesar 26 persen.

    Meskipun demikian, risiko utama yang dihadapi oleh kedua emiten ini meliputi fluktuasi nilai tukar rupiah, perubahan kebijakan pemerintah, serta penurunan daya beli masyarakat.(pin/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).