KABARBURSA.COM – Hingga Senin sore, 27 Oktober 2025, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam hingga lebih dari 3 persen. Hampir seluruh saham menampilkan ‘warna merah’ dan hanya beberapa yang menunjukkan kenaikan tipis.
Tiga emiten dengan latar belakang industri berbeda tampil gagah menantang arus. Mereka adalah PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC) dari sektor bahan kimia dasar, PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) dari sektor tekstil, dan PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) dari sektor alat berat dan konstruksi.
Ketiganya kompak membukukan kenaikan spektakuler. Di antara ketiganya, siapa yang sebenarnya paling menguntungkan bagi investor?
Saham BRRC mencatat lonjakan paling agresif secara nominal. Harga sahamnya menembus batas atas harian (auto rejection atas) di Rp151, naik 34,82 persen dari posisi sebelumnya di Rp112. Lonjakan ini mengubah suasana perdagangan BRRC menjadi sangat likuid.
Jika melihat data yang ditampilkan oleh Stockbit pada sore ini, nilai transaksi BRRC melonjak ke Rp24,6 miliar dengan volume lebih dari 1,64 juta lot. Pergerakan harga berlangsung stabil di satu titik penuh, yaitu sejak dibuka, diperdagangkan, dan ditutup di harga yang sama, Rp151. Ada permintaan yang kuat tanpa tekanan jual berarti di sepanjang sesi.
Orderbook BRRC menunjukkan dominasi pembeli dengan antrean tebal di kisaran Rp150–151 dan hampir tidak ada sisi offer aktif. Situasi ini menggambarkan kekuatan beli yang mendadak besar, mungkin hasil dari rotasi dana spekulatif yang mencari saham undervalued di sektor bahan kimia dasar.
Lonjakan dua hari berturut-turut (dari Rp83 ke Rp112, lalu Rp151) memperkuat sinyal breakout volume yang jarang terjadi pada saham BRRC, karena biasanya bergerak lambat. Dari sisi histori perdagangan, BRRC memang sedang dalam tren pemulihan setelah lama stagnan di bawah Rp100.
Ketika aliran modal masuk serentak, saham ini menjadi magnet baru bagi trader momentum, apalagi dengan fundamental yang relatif sehat, seperti neraca ringan, rasio utang rendah, dan posisi kas stabil.
Volatilitas Tinggi SSTM, SKRN Solid Secara Struktural
Berbeda dari BRRC yang tampil stabil di satu titik, SSTM justru menunjukkan volatilitas yang tinggi namun dengan hasil luar biasa. Harga sahamnya melonjak 25 persen ke Rp560, juga menembus ARA dari harga pembukaan Rp448.
Nilai transaksi luar biasa, mencapai Rp420,07 juta, dengan frekuensi 524 kali dan volume perdagangan 7.740 lot. Rata-rata harga berada di level Rp543, memperlihatkan bahwa sebagian besar transaksi terjadi mendekati harga puncak. Tekanan tekanan beli sangat kuat hingga sesi berakhir.
Namun bila ditelusuri lebih dalam, likuiditas SSTM tergolong tipis, dengan sebagian besar transaksi berasal dari beberapa broker saja seperti XC, XL, dan RB.
Pola ini sering terjadi pada saham berkapitalisasi kecil yang menjadi target short-term play atau pergerakan spekulatif cepat. Dalam sepekan terakhir, pergerakan SSTM naik-turun begitu ekstrem, sempat jatuh 12 persen pada 23 Oktober, lalu berbalik naik dua kali 25 persen beruntun dalam lima hari perdagangan terakhir.
Volatilitas seperti ini membuatnya menarik bagi trader jangka pendek, tapi berisiko bagi investor jangka panjang. Secara teknikal, grafiknya menunjukkan momentum kuat namun mulai mendekati kondisi overbought. Dengan volume belum sebesar BRRC atau SKRN, peluang kenaikan cepat masih terbuka, tapi kestabilannya patut dipertanyakan.
SKRN menjadi bintang yang paling solid secara struktural. Harga sahamnya menembus Rp1.010, naik 24,69 persen dari posisi Rp810 di sesi sebelumnya. Lonjakan ini mengantar SKRN ke batas atas harian dengan nilai transaksi Rp4,33 miliar dan volume 42.900 lot.
Seluruh perdagangan terjadi tepat di level Rp1.010 tanpa pergerakan turun sepanjang sesi. Artinya, tidak ada tekanan jual sama sekali dan menjadi sebuah pola klasik dari full ARA locked position. Dengan kata lain, sejak pembukaan hingga penutupan, pembeli menguasai penuh jalur harga.
Orderbook SKRN memperkuat sinyal ini. Antrean beli di harga 1.010 mencapai 472.000 lot, sementara sisi offer kosong total. Volume besar di harga tunggal seperti ini menandakan antusiasme yang bukan kebetulan.
Apalagi jika menilik catatan historis, SKRN sudah menunjukkan tren penguatan bertahap sejak pertengahan Oktober, naik dari level Rp625 menjadi Rp810, lalu menembus Rp1.010 hari ini. Kenaikan ini didukung aliran dana masuk dari broker besar seperti AI, BY, dan PD yang sebelumnya aktif di level 810. Artinya, terjadi kesinambungan akumulasi, bukan hanya dorongan sesaat.
Sektor konstruksi dan alat berat memang sedang menjadi sorotan, didorong oleh ekspektasi percepatan proyek infrastruktur dan pertambangan menjelang akhir tahun. Kinerja keuangan SKRN yang meningkat di semester kedua 2025 juga menambah kepercayaan pasar.
Kombinasi fundamental positif dan teknikal kuat menjadikan SKRN sebagai saham yang tidak hanya “naik”, tapi naik dengan alasan.
Siapa yang Paling Menguntungkan?
Jika ketiganya dibandingkan, BRRC unggul dalam hal persentase kenaikan dan volume besar yang menyiratkan minat beli ritel dan institusional bersamaan. Namun sifat kenaikan yang tajam dua hari berturut-turut membuatnya rawan koreksi teknikal.
SSTM tampil paling spekulatif, cocok bagi trader cepat yang mencari volatilitas ekstrem, tapi risikonya tinggi karena likuiditasnya sempit. Sedangkan SKRN menjadi kombinasi ideal antara reli besar, fundamental kuat, dan distribusi volume yang sehat.
Dari perspektif teknikal dan perilaku pasar, SKRN keluar sebagai pemenang paling menguntungkan. Saham ini bukan hanya selamat dari zona merah, tapi juga menunjukkan kekuatan permintaan yang stabil dan berkelanjutan. BRRC layak diikuti untuk potensi swing short-term, sementara SSTM lebih cocok sebagai arena uji adrenalin bagi pemburu momentum cepat.
Di tengah IHSG yang goyah, tiga saham ini membuktikan satu hal penting bahwa selalu ada ruang hijau bagi yang berani membaca denyut pasar dengan jeli.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.