Logo
>

Saham TPIA Meroket 11,84 Persen, berkat Pabrik Baru CA-EDC?

Pada sesi perdagangan pagi, saham TPIA dibuka di level Rp6.300 dan sempat menyentuh harga tertinggi Rp7.175

Ditulis oleh Syahrianto
Saham TPIA Meroket 11,84 Persen, berkat Pabrik Baru CA-EDC?
Para pekerja Chandra Asri tengah melakukan inspeksi di fasilitas petrokimia, memastikan keamanan dan efisiensi operasional. (Foto: Dok. Chandra Asri)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mencatat lonjakan signifikan sebesar 11,84 persen pada perdagangan sesi I hari ini, Kamis, 20 Maret 2025, mencapai harga Rp6.850 per saham. Kenaikan ini terjadi setelah perusahaan mengumumkan investasi Rp15 triliun untuk membangun pabrik Chlor Alkali-Ethylene Dichloride (CA-EDC) di Cilegon, Banten.

    Pada sesi perdagangan pagi, saham TPIA dibuka di level Rp6.300 dan sempat menyentuh harga tertinggi Rp7.175 sebelum akhirnya stabil di Rp6.850. Volume perdagangan saham TPIA hari ini mencapai 30,05 juta saham, jauh di atas rata-rata volume harian 19,41 juta saham.

    Investasi Besar, Optimisme Pasar

    Investasi ini akan dikelola oleh anak usaha Chandra Asri, PT Chandra Asri Alkali (CAA), dengan target penyelesaian pada 2027. Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 400.000 ton soda kaustik padat, 827.000 ton soda kaustik cair, dan 500.000 ton Ethylene Dichloride (EDC).

    Presiden Direktur & CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra, menegaskan bahwa proyek ini bertujuan memperkuat industri petrokimia nasional serta mengurangi ketergantungan impor. Dengan beroperasinya pabrik ini, Indonesia diproyeksikan dapat menghemat Rp4,9 triliun per tahun dari impor Chlor Alkali, sementara ekspor EDC diperkirakan menghasilkan devisa hingga Rp5 triliun per tahun.

    “Kami berkomitmen untuk terus memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri dan memastikan keberlanjutan pertumbuhan bisnis melalui proyek strategis ini,” ujar Erwin dalam siaran pers, Kamis, 20 Maret 2025.

    Dengan kapasitas produksi yang besar dan harga pasar yang kompetitif, pabrik CA-EDC ini diprediksi akan menambah pendapatan perusahaan secara signifikan. Potensi pendapatan tahunan dari proyek ini diperkirakan mencapai Rp13,06 triliun, yang akan berkontribusi sekitar 32,6 persen terhadap total pendapatan Chandra Asri.

    Sebagai gambaran, pada 2024, Chandra Asri mencatat pendapatan sebesar USD1,785 miliar, dengan segmen petrokimia menyumbang USD1,684 miliar. Jika pabrik ini mulai beroperasi, pendapatan pro forma TPIA diperkirakan naik menjadi USD2,648 miliar.

    Selain itu, pembangunan pabrik ini diproyeksikan menciptakan 3.000 lapangan kerja selama masa konstruksi dan 250 tenaga kerja tetap saat beroperasi penuh. Chandra Asri telah mengalokasikan belanja modal sebesar USD350-400 juta (sekitar Rp5,5-6,3 triliun) pada tahun 2025 untuk merealisasikan proyek ini. 

    Untuk mendukung pertumbuhan ini, TPIA mengalokasikan belanja modal (CAPEX) sebesar USD1,2 miliar pada tahun 2025. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik CA-EDC, peningkatan kapasitas produksi di kompleks petrokimia utama, serta investasi dalam teknologi ramah lingkungan untuk mendukung operasional yang lebih berkelanjutan.

    Menurut laporan keuangan terakhir, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan minimal 20 persen pada 2025 seiring dengan peningkatan permintaan produk petrokimia, terutama PVC dan turunannya. Selain itu, TPIA juga tengah menjajaki kerja sama strategis dengan mitra global untuk memperluas pasar ekspor, khususnya ke negara-negara Asia dan Eropa.

    Meski prospek terlihat cerah, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan oleh investor. Salah satunya adalah potensi kenaikan biaya produksi akibat lonjakan harga energi global serta perubahan regulasi lingkungan yang semakin ketat. Selain itu, persaingan dengan produsen petrokimia regional seperti Thailand dan Tiongkok juga menjadi faktor yang harus diantisipasi.

    Namun, dengan strategi diversifikasi bisnis, efisiensi operasional, dan peningkatan kapasitas produksi, TPIA diyakini mampu mempertahankan pertumbuhan jangka panjangnya. Ke depan, perusahaan juga berencana memperluas portofolio produknya untuk mencakup bahan baku petrokimia hijau guna mendukung tren keberlanjutan di industri.

    Dengan berbagai langkah strategis ini, saham TPIA berpotensi tetap menarik bagi investor jangka panjang yang mencari eksposur di sektor petrokimia yang terus berkembang.

    Kinerja Chandra Asri di 2024

    Pada tahun 2024, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mencatat pendapatan bersih sebesar USD1,785 miliar, mengalami penurunan 17,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD2,159 miliar. 

    Pendapatan tersebut terdiri dari segmen bisnis kimia sebesar USD1,684 miliar dan bisnis infrastruktur sebesar USD100,8 juta.

    Meskipun pendapatan menurun, Chandra Asri berhasil mempertahankan posisi keuangan yang kuat dengan total likuiditas mencapai USD2,4 miliar. Komposisi likuiditas tersebut meliputi USD1,4 miliar dalam bentuk kas dan setara kas, USD0,8 miliar dalam surat berharga yang dapat diperdagangkan, serta USD0,2 miliar dalam fasilitas kredit revolving yang tersedia.

    Namun, perusahaan mencatat rugi bersih setelah pajak sebesar USD69,16 juta (sekitar Rp1,11 triliun) pada tahun 2024, meningkat dari rugi bersih USD33,57 juta pada tahun sebelumnya.

    Peningkatan kerugian ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penutupan sementara beberapa fasilitas produksi akibat pelaksanaan Turnaround Maintenance (TAM) yang berakhir pada kuartal III 2024. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.