KABARBURSA.COM - Saham PT Unilever Indonesia Tbk atau UNVR, hingga penutupan perdagangan Rabu, 12 Februari 2025, terjun bebas. Diketahui, saham baru saja keluar dari Indeks Morgan Stanley Capital Internasional (MSCI).
Hingga pukul 16.00 WIB, saham UNVR mengalami penurunan yang signifikan. Harga sahamnya tercatat pada level Rp1.375 per lembar, turun Rp50 atau sekitar 3,51 persen pada perdagangan terakhir.
Saham ini sempat dibuka di harga Rp1.425, yang sama dengan harga penutupan pada sesi sebelumnya. Namun kemudian, turun mencapai harga terendah Rp1.370. Untuk total transaksi saham UNVR pada hari ini mencapai nilai Rp66,1 miliar, dengan volume perdagangan sebanyak 476 ribu lot saham.
Performa saham UNVR dalam beberapa periode terakhir juga menunjukkan tren penurunan yang cukup tajam. Dalam satu minggu terakhir, harga saham UNVR turun sebesar 12,14 persen.
Dalam periode sebulan terakhir, penurunan terjadi lebih dalam lagi, mencapai 19,35 persen. Begitu pula dalam tiga bulan terakhir, saham UNVR tercatat anjlok sebesar 24,66 persen.
Sementara, dalam enam bulan terakhir, penurunan saham ini hampir mencapai 44 persen. Bahkan dalam setahun terakhir, saham UNVR telah merosot lebih dari 52 persen. Kondisi ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan.
Tren penurunan yang lebih panjang juga terlihat dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam tiga tahun terakhir, saham UNVR telah kehilangan sekitar 64,74 persen dari nilainya. Dan dalam lima tahun terakhir, penurunan ini lebih drastis, mencapai 81,91 persen.
Bahkan dalam sepuluh tahun terakhir, saham ini tercatat mengalami penurunan sebesar 80,73 persen. Angka-angka ini menggambarkan kesulitan yang dialami oleh Unilever Indonesia di pasar saham dalam periode yang panjang.
Harga tertinggi saham UNVR dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar Rp3.390, sementara harga terendahnya adalah Rp1.425. Hal ini menunjukkan betapa tajamnya penurunan harga yang terjadi, dengan saham UNVR kini berada pada posisi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan puncaknya.
Penurunan harga saham UNVR ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari kinerja keuangan perusahaan yang kurang memuaskan, hingga tantangan besar di industri konsumer yang semakin ketat. Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi ekonomi Indonesia yang tidak stabil serta perubahan tren konsumen juga mungkin turut memberi dampak negatif pada performa saham perusahaan ini.
Ke depan, investor akan mengawasi perkembangan lebih lanjut terkait dengan strategi yang diambil oleh Unilever Indonesia untuk mengatasi tantangan ini dan bagaimana perusahaan bisa kembali menguat di pasar saham.
Perubahan Anggota MSCI
Morgan Stanley Capital International (MSCI) baru saja mengumumkan hasil evaluasi terbarunya terhadap komposisi indeks. Hasil evaluasi ini mulai berlaku efektif pada awal bulan depan, yaitu mulai 3 Maret 2025.
Dalam pengumuman tersebut, MSCI memutuskan untuk memasukkan tiga emiten Indonesia ke dalam MSCI Global Standard Index. Ketiga perusahaan yang mendapatkan pengakuan ini adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Langkah ini menandakan peningkatan status bagi perusahaan-perusahaan ini di pasar global dan menunjukkan pengakuan terhadap kinerja serta pengaruh mereka di industri masing-masing.
Pembaruan ini juga mencakup perubahan dalam komposisi MSCI Small Cap Index. PT Merdeka Copper Gold dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, yang sebelumnya tidak tercatat dalam indeks ini, kini resmi masuk sebagai konstituen baru.
Selain itu, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) juga tercatat sebagai tambahan baru dalam indeks ini, yang menambah kehadiran perusahaan-perusahaan Indonesia di pasar saham global.
Namun, tidak semua perubahan bersifat positif. MSCI mengumumkan bahwa empat emiten Indonesia akan dikeluarkan dari MSCI Small Cap Index. Keempat emiten yang tercoret tersebut adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL).
Penurunan status ini menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut dalam mempertahankan posisinya di pasar global, meskipun mereka tetap menjadi pemain penting di pasar domestik Indonesia.
Perubahan ini akan berlaku pada penutupan perdagangan 28 Februari 2024, dengan implementasi secara resmi dimulai pada 3 Maret 2025. MSCI juga menyatakan bahwa mereka akan melakukan evaluasi kembali terhadap komposisi indeks pada Mei 2025, dan hasil tinjauan tersebut akan berlaku efektif mulai 2 Juni 2025.
Perubahan dalam indeks MSCI ini membawa dampak yang signifikan bagi emiten-emiten yang terlibat, baik dari sisi reputasi maupun arus investasi. Kenaikan ke dalam MSCI Global Standard Index memberikan pengaruh positif dalam hal visibilitas dan aksesibilitas bagi investor global, sementara perusahaan yang dikeluarkan dari MSCI Small Cap Index mungkin menghadapi penurunan minat dari investor yang berfokus pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar lebih kecil.
Semua perubahan ini menandakan dinamika yang terus berkembang di pasar modal Indonesia dan global, yang tentunya akan menarik perhatian para investor dalam mengambil keputusan investasi di masa depan.(*)
 
      