KABARBURSA.COM - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) menatap 2025 dengan penuh keyakinan. Perusahaan memproyeksikan pertumbuhan solid, ditopang oleh optimalisasi kapasitas utilitas pabrik. Strategi yang dirancang dengan parameter matang siap menghadapi dinamika pasar serta menangkap peluang yang ada.
Produk unggulan SBMA, mulai dari gas medis, special gas, hingga layanan teknis seperti leak test, hydrotest, dan vacuum test, menjadi tulang punggung ekspansi bisnis. "Kami melihat potensi besar di sektor ini, baik dalam peningkatan layanan pelanggan maupun penguatan keahlian tim teknis yang telah mendapat kepercayaan luas," ujar Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti, dalam keterangannya, Selasa 11 Februari 2025.
Tahun depan, SBMA akan memusatkan investasi pada tiga pilar utama: ekspansi pasar, diversifikasi produk, dan penguatan sumber daya manusia (SDM). Kalimantan Selatan dan Tengah menjadi target utama, seiring dengan pengembangan sektor oil and gas, pertambangan, serta medis yang berpotensi mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Dari sudut pandang pasar modal, SBMA menunjukkan kinerja impresif sejak IPO pada 8 September 2021. "Aset perusahaan tumbuh konsisten sejak Q3-2021 hingga Q3-2024 dengan rata-rata pertumbuhan 6,7 persen per tahun. Ekuitas meningkat 8,33 persen per tahun, sementara pendapatan dan laba bersih masing-masing mencatatkan kenaikan rata-rata 21 persen dan 22 persen per tahun," ungkap Wisnu Prambudi, Head of Research FAC Sekuritas Indonesia.
Lebih lanjut, Wisnu menyoroti valuasi SBMA yang masih undervalued. Dengan Book Value per share di Rp241 dan harga pasar hanya Rp118, terdapat potensi apresiasi hingga 104 persen jika kembali ke nilai wajarnya. Bahkan, dengan diskon 30 persen dari Book Value, saham SBMA di Rp169 masih menawarkan upside sebesar 43 persen. Selain itu, Debt to Equity Ratio (DER) yang hanya 0,19 persen menunjukkan tingkat utang yang rendah, sementara Return on Assets (ROA) terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.
Pandangan serupa disampaikan Hendra Wardana, founder Stocknow.id. Ia mencatat laba bersih SBMA melonjak 106,3 persen YoY menjadi Rp9,7 miliar pada 9M2024. Posisi strategis SBMA di Kalimantan, didukung proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan ekspansi industri smelter, menjadi faktor kunci pertumbuhan. Fokus pada pasar domestik juga menjadi keunggulan, mengingat permintaan gas tetap kuat meski harga energi global berfluktuasi.
Sebagai produsen gas industri seperti acetylene, oksigen, nitrogen, dan argon, SBMA bergantung pada bahan baku serta energi dalam produksinya. Lonjakan harga LPG, LNG, atau kalsium karbida dapat mempengaruhi biaya operasional dan margin keuntungan.
Namun, prospek industri di Kalimantan tetap menjadi katalis positif bagi SBMA. "Fundamental bisnis perusahaan masih kokoh, dengan dukungan sektor industri yang terus berkembang," pungkas Hendra.
Memenangkan Sejumlah Tender
PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) berhasil memenangkan sejumlah tender baru di awal tahun 2024, termasuk dari sektor pertambangan dan migas, seperti Kilang Pertamina Internasional, PT Sriwijaya Teknik Utama, dan PT Triatra Sinergia Pratama.
“Saat ini, sedang berlangsung proses tender dengan PT Sanggar Sarana Baja dan PT Thiess Contractors Indonesia,” ungkap Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti, dalam keterangan resmi di Jakarta, pada Kamis, 14 Maret 2024.
Rini menegaskan bahwa setiap sektor yang dilayani oleh perusahaan saling memperkuat, di mana kini memiliki diversifikasi layanan sebagai keunggulan dan terus memperluas jaringan dengan menambah stasiun pengisian bahan bakar untuk mengoptimalkan proses distribusi.
“SBMA telah meraih Akreditasi ISO 17025 untuk laboratorium gas, memastikan standar tertinggi dalam presisi dan keandalan pengujian sebagai bentuk pengembangan bisnis yang berkelanjutan dan jaminan mutu produk yang diberikan kepada para pelanggan,” ujar Rini.
Dia menjelaskan, salah satu keunggulan perusahaan adalah kecepatan, mampu memenuhi permintaan pelanggan dalam kota dalam satu hari, sedangkan untuk luar kota tergantung jaraknya dengan waktu maksimal tiga hari.
“Dari sisi permintaan, produksi yang dihasilkan selama Januari dan Februari lebih banyak untuk memenuhi permintaan pelanggan dari sektor pertambangan, minyak dan gas, konstruksi, petrokimia, dan manufaktur,” tambah Rini.
Dari segi produksi, lanjutnya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 16,05 persen, meskipun dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 36,40 persen.
Selama awal tahun 2024, ia menyebut perusahaan merambah produk gas baru dan inovatif, didorong oleh kemajuan teknologi dan permintaan pasar terhadap gas khusus, serta sistem manajemen tabung terintegrasi untuk memitigasi perkiraan penjualan, produksi, dan pemeliharaan.
“Secara keseluruhan, produksi pada bulan Februari menunjukkan tren kenaikan rata-rata 5 persen, jika dibandingkan dengan produksi bulan-bulan sebelumnya,” tutur Rini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.