KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia resmi mengumumkan daftar baru penghuni indeks utama untuk periode Agustus hingga Oktober 2025. Salah satu nama yang mencuri perhatian adalah Surya Citra Media (SCMA), yang berhasil menembus indeks bergengsi LQ45.
Masuknya SCMA ke jajaran elit ini jelas bukan sekadar keberuntungan. Fondasi keuangan yang solid, likuiditas perdagangan yang tinggi, serta konsistensi kinerja menjadikannya layak berada di barisan terdepan.
Jika menengok kinerjanya, SCMA mencatat laba bersih 12 bulan terakhir sebesar Rp558 miliar, dengan margin laba bersih 8,84 persen. Margin laba kotor pun berada di level 34,25 persen, angka yang mencerminkan efisiensi biaya produksi konten dan distribusi iklan.
Valuasinya memang relatif premium dengan price-to-earnings ratio (P/E) di 23,73 kali, jauh di atas median P/E IHSG yang berada di 8,4 kali. Namun, premi ini kerap dianggap pantas bagi perusahaan media yang tengah memperluas pendapatan dari platform digital.
Earnings yield SCMA di level 4,21 persen masih terbilang menarik, terlebih dengan rekam jejak dividen yang konsisten.
Likuiditas SCMA Ada di Level Aman
Kekuatan SCMA juga terlihat dari neracanya. Total ekuitas mencapai Rp7,6 triliun dengan liabilitas yang terjaga di Rp2,7 triliun. Posisi kas perusahaan yang mencapai Rp2,9 triliun menempatkan SCMA pada kondisi net cash, dengan current ratio di angka 3,10.
Rasio ini mengindikasikan likuiditas perusahaan berada pada level aman, memberi ruang bagi manajemen untuk berinvestasi pada konten baru maupun strategi digital tanpa terbebani utang besar.
Dari sisi pasar, saham SCMA mencatatkan kenaikan hampir 29 persen dalam setahun terakhir. Meski sempat melemah 10 persen dalam periode tiga bulan, tren jangka panjangnya masih positif, bahkan naik 21 persen dalam sebulan terakhir.
Momentum ini menandakan optimisme investor terhadap prospek pertumbuhan bisnis digital SCMA.
Selain itu, kebijakan dividen perusahaan tergolong menarik. Dengan dividend yield 12,85 persen dan payout ratio tinggi, SCMA memberi imbal hasil tunai yang jarang ditawarkan emiten sekelasnya. Ini membuat saham SCMA diminati oleh investor yang mencari kombinasi pertumbuhan dan dividen stabil.
Masuknya SCMA ke indeks LQ45 tidak hanya meningkatkan eksposur di mata investor institusi, tetapi juga menjadi validasi bahwa saham ini memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas perdagangan yang memadai.
Dengan pondasi bisnis yang kuat dan adaptasi ke era digital, SCMA berada di posisi strategis untuk menjaga momentum positifnya sepanjang 2025.
Langkah ke depan tidak ringan, terutama dengan persaingan dari platform global yang terus menggerus pangsa pasar media lokal. Namun, SCMA memiliki amunisi yang cukup: arus kas sehat, portofolio konten yang relevan, serta strategi digital yang terus diperkuat.
Statusnya di LQ45 kini bisa menjadi pijakan untuk semakin mengukuhkan posisinya di mata pelaku pasar.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.