KABARBURSA.COM - Penunjukkan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) untuk pemerintahan Donald Trump, Januari 2025, membuat kurs dolar turun. Namun, sejumlah mata uang global justru tersengat naik.
Relinya sejumlah mata uang global mengindikasikan bahwa pasar mulai memangkas taruhan bahwa kembalinya Donald Trump akan mengirimkan guncangan ke seluruh pasar global.
Kelegaan pasar atas terpilihnya Bessent ini yang memicu lemahnya dolar. Oleh pasar, Bressent dipandang sebagai kandidat "aman" dengan pendekatan kebijakan bertahap dan berhati-hati. Bessent mendukung penerapan tarif secara bertahap serta terbuka untuk negosiasi, mengurangi kekhawatiran terhadap dampak kebijakan "America First" yang agresif.
Menurut Stephen Spratt, ahli strategi di Societe Generale Hong Kong, langkah ini dapat memberikan dorongan bagi pasar obligasi AS, terutama di tengah kekhawatiran sebelumnya terhadap kandidat yang lebih kontroversial.
Imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun enam basis poin menjadi 4,34 persen, posisi terendah dalam seminggu, mengurangi tekanan pada reli dolar yang sebelumnya mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Diketahui, pada Senin, 25 November 2024, indeks mata uang dolar AS mengalami penurunan terbesar dalam dua minggu terakhir, yaitu 0,6 persen. Yen Jepang dan euro menjadi mata uang utama yang berkinerja terbaik, sementara won Korea serta mata uang dari negara-negara emerging market, seperti mata uang Eropa Timur, mencatatkan penguatan tajam.
Euro dan franc Swiss, yang sebelumnya tertekan oleh penguatan dolar, mulai pulih dengan signifikan. Langkah ini membantu memperbaiki sentimen pasar mata uang Asia, yang mendapat manfaat dari pandangan bahwa kebijakan tarif Bessent lebih fleksibel.
Pasar juga mencermati dampak positif penurunan imbal hasil obligasi terhadap likuiditas global, yang memperkuat posisi mata uang di pasar berkembang.
Pergerakan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap penunjukan veteran Wall Street. Bessent, sebagai sosok kunci dalam kebijakan ekonomi AS, dinilai akan membawa pendekatan lebih moderat dibandingkan kebijakan proteksionis era Trump.
Bessent berhasil mengungguli kandidat lain, seperti mantan anggota dewan Federal Reserve Kevin Warsh dan ketua transisi Trump, Howard Lutnick, yang didukung oleh Elon Musk.
Pilihan Trump terhadap Bessent dianggap bertolak belakang dengan pendekatannya yang sering kali mengedepankan loyalis untuk posisi penting lainnya, seperti Robert F. Kennedy Jr. sebagai Menteri Kesehatan dan Matt Gaetz sebagai Jaksa Agung. Penunjukan Bessent merupakan upaya moderasi dalam kebijakan ekonomi Trump.
Richard Franulovich, kepala strategi FX di Westpac Banking Corp, mencatat bahwa penunjukan Bessent memperkuat narasi bahwa risiko kebijakan Trump yang radikal telah dibesar-besarkan. Pasar kini menilai adanya "checks and balances" yang dapat membatasi dampak kebijakan proteksionis Trump terhadap ekonomi global.
Namun, penguatan dolar selama delapan pekan terakhir belum sepenuhnya terkoreksi. Spekulan mata uang, berdasarkan data Commodity Futures Trading Commission, terus meningkatkan posisi bullish terhadap dolar AS.
Faktor fundamental, seperti pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dibandingkan Uni Eropa dan kawasan lainnya, tetap mendukung dolar sebagai aset safe haven global.
Felix Ryan, analis dari ANZ Banking Group, menyebut bahwa pelemahan dolar saat ini bersifat sementara.
"Dinamika fundamental, termasuk data PMI November yang menunjukkan kontras tajam antara pertumbuhan AS dan negara lain, tetap mendukung dolar AS dalam jangka panjang," ujarnya.
Ke depan, pasar akan terus memantau langkah-langkah kebijakan Bessent, termasuk pendekatan terhadap tarif dan pengendalian defisit anggaran. Selain itu, status dolar sebagai mata uang cadangan dunia menjadi perhatian utama.
Wall Street Journal melaporkan bahwa Bessent diperkirakan akan fokus menjaga peran dolar dalam sistem keuangan global, meski di tengah tantangan inflasi dan ketegangan perdagangan.
Penurunan dolar AS dan penguatan obligasi menunjukkan bahwa pasar menyambut baik pendekatan Bessent yang lebih moderat. Namun, dinamika pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan Federal Reserve akan terus menjadi faktor penentu dalam arah pergerakan mata uang dan pasar keuangan dalam beberapa bulan mendatang.
Harga Logam Dasar Menguat
Pelemahan dolar AS ternyata membuat harga logam dasar menguat.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) mencatatkan kenaikan sebesar 0,9 persen pada Senin, 25 November 2024, mencapai USD9.045 per metrik ton.
Sementara itu, kontrak tembaga Januari di Shanghai Futures Exchange (SHFE) juga menguat 0,3 persen menjadi 74.160 yuan (USD10.237,16) per ton. Meski mengalami kenaikan harian, harga tembaga menghadapi tekanan dari berbagai faktor fundamental yang menghambat reli dalam beberapa bulan terakhir.
Soni Kumari, analis dari ANZ, menyatakan bahwa pelemahan dolar AS menjadi faktor pelindung terhadap penurunan harga tembaga. “Retracing dolar AS dari level tertinggi tahun ini akan membantu menjaga harga tembaga tetap stabil di level ini,” ujarnya.
Namun, harga tembaga secara keseluruhan masih menghadapi tekanan akibat berbagai kekhawatiran global, termasuk kebijakan perdagangan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump dan dampaknya terhadap ekonomi China.
Trump diperkirakan akan menerapkan tarif tambahan pada barang-barang impor dari China, yang dapat mengganggu arus perdagangan dan melemahkan prospek pertumbuhan ekonomi global.
Di sisi lain, data fundamental menunjukkan adanya penurunan stok tembaga di gudang SHFE selama musim puncak konsumsi di China, yang berlangsung dari November hingga Desember. Penurunan stok ini, bersama dengan peningkatan premi spot di China, diperkirakan dapat mendukung harga tembaga dalam beberapa minggu mendatang.
Meski demikian, kebijakan stimulus China yang dinilai tidak cukup agresif oleh pasar membayangi prospek jangka panjang logam ini. Stimulus yang tidak memenuhi ekspektasi dapat membatasi permintaan industri terhadap tembaga, yang merupakan bahan penting dalam sektor konstruksi dan manufaktur.
Selain tembaga, logam dasar lainnya di LME mencatatkan kenaikan harga:
- Aluminium melonjak 1,9 persen menjadi USD2.674,50 per ton.
- Nikel naik 0,2 persen menjadi USD16.005 per ton.
- Seng (zinc) menguat 0,7 persen menjadi USD2.987,59 per ton.
- Timbal (lead) meningkat 0,5 persen ke USD2.032,50 per ton.
- Timah bertambah 0,7 persen ke posisi USD29.105 per ton.
Sementara itu, di bursa SHFE beberapa logam yang menguat antara lain:
- Aluminium naik 0,3 persen ke 20.620 yuan per ton.
- Nikel menguat 0,8 persen menjadi 126.950 yuan per ton.
- Timbal melesat 1,6 persen ke level 17.190 yuan per ton.
- Timah meningkat 0,2 persen menjadi 242.130 yuan per ton.
- Seng bertambah 0,1 persen ke 25.275 yuan per ton.
Secara keseluruhan, kenaikan harga logam dasar, termasuk tembaga, pada perdagangan Senin didukung oleh pelemahan dolar AS dan penurunan stok di China.
Namun, prospek jangka panjang tetap menghadapi tantangan dari kebijakan perdagangan yang tidak pasti dan stimulus yang kurang agresif dari China. Para pelaku pasar akan terus memantau kebijakan ekonomi global dan data fundamental untuk menentukan arah pergerakan harga logam dalam beberapa minggu mendatang.(*)