KABARBURSA.COM– Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mencatat tren positif dari aktivitas pasar modal sepanjang 2025. Hingga 25 Juli 2025, total dana yang berhasil dihimpun melalui pencatatan saham, penerbitan obligasi, dan aksi korporasi berupa rights issue telah menembus angka Rp156 triliun.
Dominasi tetap berada pada sektor-sektor strategis seperti bahan baku atau basic materials dan energi, yang menunjukkan minat tinggi dari perusahaan dalam mengakses pendanaan publik melalui instrumen pasar modal.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, menyatakan bahwa profil pipeline emiten tahun ini didominasi oleh perusahaan dengan aset besar.
“Empat dari lima perusahaan yang sedang berada dalam pipeline pencatatan saham memiliki aset di atas Rp250 miliar,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Minggu, 27 Juli 2025.
Sepanjang tahun berjalan, sudah ada 22 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp10,39 triliun.
Sementara itu, terdapat lima perusahaan lainnya dalam pipeline pencatatan saham. Sebagian besar perusahaan tersebut berasal dari sektor bahan baku, energi, dan keuangan. BEI mencatat dua perusahaan dari sektor basic materials, satu dari sektor energy, satu dari finansial dan satu dari sektor transportation & logistic.
Tidak terdapat pipeline baru dari sektor consumer, healthcare, technology, maupun real estate.
Dari segi klasifikasi aset, tidak ada perusahaan dalam pipeline yang berasal dari kelompok aset kecil atau aset di bawah Rp50 miliar. Hanya satu perusahaan dikategorikan sebagai aset menengah antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, sementara sisanya merupakan perusahaan dengan skala besar.
Untuk segmen pendanaan berbasis utang, pasar obligasi juga menunjukkan geliat kuat. Sampai akhir Juli, BEI telah mencatat 113 emisi obligasi dari 65 penerbit Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp129,2 triliun.
Di sisi pipeline, terdapat delapan emisi dari lima perusahaan yang tengah dalam proses menuju penerbitan. Dari jumlah tersebut, dua berasal dari sektor energi, satu dari sektor basic materials, satu dari financial dan satu dari real estate. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pendanaan jangka menengah dan panjang melalui instrumen obligasi masih menjadi pilihan utama bagi pelaku usaha dari sektor energi dan properti.
“Perusahaan dari sektor energi kembali aktif menerbitkan obligasi karena kebutuhan pendanaan proyek transisi energi cukup besar,” tambah Nyoman.
Sepuluh Perusahaan Catatkan Right Issue
Sementara itu, aksi korporasi berupa rights issue juga menunjukkan tren yang stabil. BEI mencatat sudah ada 10 perusahaan yang melaksanakan rights issue dengan total nilai sebesar Rp16,53 triliun. Saat ini, empat perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue. Dua di antaranya berasal dari sektor basic materials, satu dari healthcare dan satu dari sektor transportation & logistic. Tidak ada perusahaan dari sektor teknologi, industrial , atau consumer yang masuk pipeline rights issue saat ini.
Rights issue masih menjadi salah satu strategi utama perusahaan publik untuk memperkuat struktur permodalan tanpa menambah utang. Dalam konteks pasar modal yang terus bergerak dinamis, rights issue memberi fleksibilitas bagi emiten untuk menjaga kesehatan keuangan dan tetap tumbuh di tengah tantangan makroekonomi global.
Dengan capaian lebih dari Rp156 triliun dari berbagai jalur pendanaan di pasar modal, BEI menunjukkan peran sentral dalam mendukung kebutuhan pembiayaan perusahaan nasional. Sektor bahan baku, energi, dan keuangan menjadi motor penggerak utama dalam pipeline saham, obligasi, dan rights issue.
Dominasi sektor-sektor tersebut mencerminkan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bertumpu pada pembangunan infrastruktur, industrialisasi, serta penguatan rantai pasok energi domestik.
Kinerja pipeline saham BEI 2025, rights issue, serta obligasi korporasi diproyeksikan terus meningkat seiring membaiknya kondisi ekonomi dan naiknya kepercayaan investor. Bagi investor ritel maupun institusional, informasi ini menjadi indikator penting dalam menentukan strategi alokasi portofolio. Selain itu, keberagaman sektor dalam pipeline BEI memberikan lebih banyak pilihan bagi investor yang mencari peluang investasi jangka panjang.
BEI juga terus mendorong keterbukaan informasi dan transparansi agar proses pencatatan dan penggalangan dana berjalan optimal, sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk POJK Nomor 53 Tahun 2017 terkait klasifikasi aset emiten.
Dengan penguatan momentum ini, pipeline pasar modal Indonesia di semester II 2025 diperkirakan semakin padat, dan menjadi faktor penentu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional berbasis pasar keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.(*)