Logo
>

Sektor Energi–Infrastruktur Dorong Penguatan IHSG Pagi ini

IHSG dibuka menguat pada Rabu pagi, ditopang reli sektor energi dan infrastruktur. Saham TAYS, MPOW, dan UVCR memimpin top gainer sesi I.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Sektor Energi–Infrastruktur Dorong Penguatan IHSG Pagi ini
Sektor energi dan infrastruktur jadi motor penguatan IHSG sesi I. TAYS naik 17 persen, DKHH memimpin pelemahan. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka di zona hijau ke level 6.919 atau menguat 1,27 persen pada perdagangan sesi I, Rabu, 14 Mei 2025. Mengutip RTI Business, naiknya IHSG tidak lepas dengan 255 saham yang menguat. Sementara, 61 saham lainnya melemah, dan 287 saham stagnan. 

Adapun volume perdagangan di sesi I hari ini mencapai 870,564 juta lembar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp792.818 miliar.

Sedangkan mengutip data perdagangan Stockbit, saham PT Jaya Swarasa Agung Tbk (TAYS) berada di posisi pertama Top Gainer usai mengalami lonjakan sebesar 17,14 persen ke level harga 82. 

Kenaikan tajam itu diikuti oleh PT Megapower Makmur Tbk (MPOW) yang naik 15,44 persen ke posisi 172. PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) pagi ini juga terpantau naik 10,45 persen. 

Disusul PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA) yang naik 9,56 persen, dan PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk (FLMC) yang menambah nilai sebesar 8,89 persen.

Di sisi lain, saham top loser sesi I dipimpin oleh PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH) yang anjlok 14,47 persen ke level 130. Di bawahnya terdapat PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (AMAG) yang turun 12,68 persen. 

Selanjutnya, ada PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) yang mengalami koreksi sebesar 10,64 persen. Saham lain yang turut melemah adalah PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) dengan penurunan 9,95 persen dan PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) yang terkoreksi 8,33 persen. 

Dari sisi sektoral, mayoritas sektor menunjukkan penguatan. Sektor energi mencatat kenaikan tertinggi sebesar 1,97 persen, diikuti sektor Infrastruktur sebesar 1,81 persen. 

Sektor keuangan dan properti juga mencatatkan kinerja positif masing-masing sebesar 1,35 persen dan 1,41 persen. Tak hanya itu, Sektor teknologi juga terlihat menguat sebesar 0,23 persen. 

IHSG diperkirakan rawan terkoreksi pada perdagangan hari ini, Rabu, 14 Mei 2025. Setelah menguat tipis 0,07 persen ke posisi 6.832 kemarin, IHSG kini memasuki fase teknikal yang cukup krusial.

Menurut MNC Sekuritas, posisi indeks sedang berada di awal gelombang [b] dari wave B—fase yang biasanya menandai potensi pelemahan jangka pendek.

“Selama belum mampu menembus level resistance di 6.986, IHSG berpotensi melanjutkan koreksi ke rentang support 6.713 hingga 6.759,” ujar Herditya Wicaksana, Kepala Analis Teknikal MNC Sekuritas, dalam laporan hariannya, Rabu.

Meski volume beli sempat muncul kemarin, namun struktur gelombang saat ini menunjukkan pasar belum keluar dari tekanan korektif. Area support penting hari ini berada di level 6.759 dan 6.682. Sementara itu, resistance selanjutnya dipatok di 6.986 dan 7.075.

IHSG Berpeluang ke 7.000 usai Sentimen AS–China Membaik

IHSG sendiri diprediksi berpotensi menembus level 7.000 usai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China membaik. 

Seperti diketahui, AS resmi memangkas tarif terhadap China dari 145 persen menjadi 30 persen pada 12 Mei 2025. Sebaliknya, China juga memotong tarif produk AS menjadi 10 persen yang semula adalah 125 persen. 

Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan membaiknya perang dagang kedua negara tersebut menjadi sentimen positif bagi IHSG. 

"IHSG berpeluang menguat signifikan dan menguji level psikologis 7.000, didorong oleh sentimen positif dari membaiknya hubungan dagang antara AS dan China," ujar dia dalam risetnya kepada KabarBursa.com, Rabu, 14 Mei 2025.

Hendra menilai kesepakatan ini dinilai jauh lebih baik dari ekspektasi pasar dan memperbesar peluang perbaikan rantai pasok global. Selain itu, volume perdagangan dunia juga diprediksi akan meningkat. 

Menurut ia, kondisi tersebut turut mendongkrak minat terhadap aset berisiko, termasuk pasar saham negara berkembang seperti Indonesia.

"Meskipun investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp53,85 triliun sepanjang tahun berjalan, daya tahan investor domestik cukup solid menopang pasar," jelasnya. 

Hendra menjelaskan, menguatnya IHSG sebesar 0,25 persen ke level 6.832,80 pada pekan lalu menjadi sinyal awal bahwa sentimen pasar mulai berubah arah.

"Secara teknikal, jika level resistance 6.945 berhasil ditembus dengan volume transaksi yang memadai, maka peluang IHSG mencapai dan menembus 7.000 dalam waktu dekat bahkan dalam satu hingga dua pekan ke depan sangat terbuka," terangnya.  

Di sisi lain, Hendra memandang nilai tukar rupiah masih menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS yang menguat seiring ekspektasi peningkatan ekspor AS dan arus masuk modal ke aset dolar. 

Namun demikian, fundamental domestik yang solid, termasuk cadangan devisa tinggi dan inflasi yang terjaga membuat stabilitas rupiah masih dalam batas aman.

"Bank Indonesia diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar spot, DNDF, dan SBN untuk menjaga stabilitas Dalam jangka pendek, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp15.900–Rp16.150 per dolar AS," katanya.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.