KABARBURSA.COM - Saham-sahan perbankan dinilai masih akan terkena sentimen negatif dalam beberapa hari terakhir. Hal ini tidak lepas dari kondisi global, terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada mengatakan saat ini para pelaku pasar masih ingin mencermati seperti apa imbas dari keputusan the fed terhadap tingkat suku bunganya.
"Itu yang mungkin membuat pelaku pasar bahwa potensi terjadinya peningkatan laju kredit masih terbatas," ujar dia kepada Kabarbursa.com dikutip, Selasa, 14 Januari 2025.
Reza menjelaskan, pendapatan perbankan mayoritas dihasilkan dari peningkatan laju kredit. Sehingga dengan kondisi seperti ini, kata dia, saham perbankan masih belum dilirik para pelaku pasar.
"Karena peningkatan laju kreditnya masih terbatas, pelaku pasar juga mungkin masih tidak terlalu banyak dalam melakukan pembelian di saham-saham perbankan," pungkasnya.
Meski terdapat sentimen negatif, Reliance Sekuritas dalam risetnya pada Selasa, 14 Januari 2024, menyampaikan terdapat satu saham perbankan yang direkomendasikan yaitu Bank Syariah Indonesia (BRIS).
Berikut detail riset Reliance Sekuritas terkait saham BRIS:
BRIS - Buy
▪︎ Harga berhasil menembus MA5.
▪︎ Candle terakhir berbentuk white spinning top, yang mengartikan saham ini berpeluang besar melanjutkan kenaikannya.
▪︎ Stochastic golden cross.
Entry : 2,670 – 2,720
Resistance : 2,840 – 2,950
Support : 2,560
Target : 3,200
Stoploss : 2,550
Catatan Kinerja BRIS
Merujuk data perdagangan Stockbit, Selasa, 14 Januari 2024 pukul 10.45, saham BRIS terpantau melemah sebesar 20 poin atau turun 0,74 ke level 2,700.
Meski begitu, perusahaan yang melantai di bursa efek pada 2018 ini memiliki kinerja saham yang positif selama sepekan terakhir yakni 0,37 persen, meningkat dibanding satu bulan terakhir sebesar -6,90 persen.
Di sisi lain, BRIS berhasil mencatatkan kinerja profitabilitas yang solid berdasarkan data keuangan terbaru. Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 1,78 persen, mengindikasikan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari asetnya.
Return on Equity (ROE) BRIS mencapai 15,20 persen, ini menunjukkan tingkat pengembalian yang menguntungkan bagi para pemegang saham.
Sementara itu Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) untuk kuartal ini tercatat di angka 68,90 persen, mencerminkan efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan.
Operating Profit Margin (Marjin Laba Operasi) berada di 35,74 persen, mengindikasikan keberhasilan perusahaan dalam mengelola biaya operasional.
Terakhir, BRIS memiliki Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) sebesar 26,96 persen, menegaskan kinerja kuat perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari pendapatan.
Kinerja ini menunjukkan posisi keuangan yang stabil dan pengelolaan operasional yang efisien dari BRIS, yang dapat memberikan optimisme bagi investor dan pelaku pasar keuangan.
BRIS Dominasi Emiten Perbankan
Diberitakan sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Raih Predikat Emiten Perbankan dengan Return Tertinggi Sepanjang 2024
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berhasil mencatatkan diri sebagai emiten dengan return tertinggi di sektor perbankan pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2024.
Harga saham BRIS ditutup di level Rp2.730 pada akhir perdagangan tahun ini, mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 56,9 persen secara year-to-date (ytd). Pada awal tahun, saham BRIS diperdagangkan di level Rp1.740.
“Tahun 2024 menjadi masa penuh tantangan sekaligus peluang bagi BSI. Alhamdulillah, kami berhasil melewati tahun ini dengan pencapaian luar biasa. Hal ini terlihat dari performa saham BRIS yang solid, menjadi magnet bagi investor,” ujar Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, di Jakarta, Selasa 31 Desember 2024.
BRIS juga membukukan price-to-book value (PBV) sebesar 2,90 dan price-to-earning (P/E) ratio di angka 19,05. Angka tersebut menjadikan BRIS sebagai bank pelat merah dengan valuasi paling premium dibandingkan bank pemerintah lainnya.
Valuasi ini, menurut Hery, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap strategi bisnis dan prospek pertumbuhan berkelanjutan BSI di masa depan.
Selain itu, kapitalisasi pasar BRIS mencapai Rp125,93 triliun, menempatkannya dalam jajaran lima besar emiten perbankan dengan kapitalisasi terbesar di Indonesia.
“Pencapaian ini semakin mengukuhkan posisi BRIS sebagai salah satu pemain utama dalam industri perbankan nasional,” tegas Hery.
Dari sisi YTD return, BRIS unggul dibandingkan bank BUMN lainnya, seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI).
Di segmen perbankan syariah, BRIS juga menduduki peringkat teratas dalam hal valuasi dan return, jauh meninggalkan pesaing seperti Bank BTPN Syariah (BTPS) dan Bank Panin Syariah (PNBS).
Pencapaian ini semakin memperkuat posisi BRIS sebagai pemimpin di industri perbankan syariah. Meski baru berusia kurang dari empat tahun sejak merger, BRIS berhasil membuktikan diri sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
“Keberhasilan ini merupakan buah dari strategi kami yang memadukan prinsip syariah dengan inovasi digital serta layanan berkualitas tinggi,” kata Hery.
Ia juga menegaskan komitmen BSI untuk terus menghadirkan nilai tambah bagi nasabah, investor, dan masyarakat.
“Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, kami bertekad untuk memberikan layanan keuangan yang inklusif, inovatif, dan kompetitif,” pungkas Hery.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, sehingga KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.