KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka melemah sebesar 0,17 persen atau turun 11 poin ke level 6.460 pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025.
Di sisi lain, meski IHSG menunjukkan penurunan, pasar saham Wall Street mengalami rebound pada 17 Maret 2025, setelah penurunan empat pekan berturut-turut, dengan indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya mencatatkan kenaikan.
Merujuk data perdagangan RTI Business, pembukaan pagi ini menorehkan 337,482 juta saham dengan nilai transaksi Rp318.171 miliar, serta frekuensi 20,918.
Meski dibuka melemah, 174 saham terpantau menguat, 71 saham di zona merah, dan 217 saham mengalami stagnan.
Sementara mengutip Stockbit, saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) memimpin top gainer dengan lonjakan harga sebesar 33,80 persen menjadi 95 per lembar saham.
Saham lainnya yang turut mencatatkan kenaikan signifikan adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) yang naik 24,81 persen ke 1.685 dan PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) naik 12,22 persen ke 505.
Ada juga PT KS Food Sejahtera Tbk. (AISA) yang mencatat performa positif sebesar 10,31 persen ke 107 serta PT enn Teknologi Indonesia Tbk. (MENN) dengan kenaikan 10,00 persen ke level 44.
Di sisi lain, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) mengalami koreksi paling tajam dengan penurunan 16,37 persen ke 121.050 per lembar saham.
Beberapa saham lain yang juga mengalami penurunan, seperti PT Graha Prima Mentari Tbk. (GRPM) yang terkoreksi sebesar 9,46 persen ke 67.
Ada pula PT Isra Presisi Indonesia Tbk. (ISAP) yang turun 9,09 persen ke 10, lalu PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. (IOTF) turun 7,38 persen ke 113, dan terakhir PT Bersama Mencapai Puncak Tbk. (BAIK) turun 7,22 persen ke 90.
Adapun Reliance Sekuritas, memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran support pada level 6,443 dan resistance pada level 6,547 dengan kecenderungan menguat.
"Secara teknikal, candle IHSG berbentuk black spinning top, dibawah MA5 dan MA20 namun indikator MACD masih dalam keadaan golden cross. Ini mengartikan IHSG berpeluang besar berbalik arah menjadi naik," tulis Reliance dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com.
Reliance merekomendasikan beberapa saham pilihan yang menunjukkan sinyal positif, antara lain SMRA, CTRA, SCMA, dan EMTK. Untuk SMRA, harga saham berhasil menembus MA20, meskipun candle terakhir berbentuk black spinning top, indikator MACD menunjukkan histogram hijau yang mengindikasikan adanya akumulasi beli, dengan MACD yang juga mengalami golden cross. Saham ini direkomendasikan untuk dibeli pada level entry 396 hingga 406, dengan resistance di 416 hingga 434, support di 376, dan target di 480. Stoploss disarankan pada level 374.
Sementara itu, CTRA juga menunjukkan sinyal yang baik, dengan harga yang berhasil menembus MA20 dan candle terakhir berbentuk white spinning top, yang menandakan potensi kenaikan harga lebih lanjut. Ditambah dengan golden cross pada indikator MACD, CTRA memiliki peluang untuk melanjutkan tren positifnya. Level entry yang direkomendasikan untuk saham ini adalah di kisaran 840 hingga 860, dengan resistance di 885 hingga 920, support di 800, dan target di 1,010, sementara stoploss disarankan di 795.
SCMA dan EMTK juga menjadi saham yang direkomendasikan untuk diperhatikan. SCMA berhasil menembus MA5 dan menunjukkan candle berbentuk white spinning top, mengindikasikan peluang kenaikan lebih lanjut. Stochastic golden cross yang terjadi di area oversold menambah potensi positifnya. Level entry yang disarankan adalah 195 hingga 202, dengan resistance di 206 hingga 214, support di 186, target di 238, dan stoploss di 185.
Begitu juga dengan EMTK, yang menunjukkan rebound mendekati MA5 dengan candle berbentuk white spinning top serta stochastic golden cross di area oversold. Saham ini direkomendasikan untuk dibeli pada level entry 510 hingga 530, dengan resistance di 540 hingga 560, support di 494, target di 615, dan stoploss di 492.
Tak Sejalan dengan Rebound-nya Wall Street
Seluruh indeks Wall Street menghijau pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025 setelah Nasdaq Composite dan S&P 500 mengalami penurunan selama empat minggu berturut-turut.
Seperti dikutip dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 353,44 poin atau 0,85 persen menjadi 41.841,63, S&P 500 bertambah 36,18 poin atau 0,64 persen menjadi 5.675,12, dan Nasdaq Composite menguat 54,58 poin atau 0,31 persen menjadi 17.808,66.
Jumlah saham yang naik melebihi jumlah saham yang turun dengan rasio 4,44 banding 1 di NYSE dan 2,47 banding 1 di Nasdaq.
Volume perdagangan di bursa Amerika Serikat (AS) mencapai 13,86 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 16,53 miliar saham dalam 20 sesi perdagangan terakhir.
Pasar saham telah merosot dalam beberapa pekan terakhir, dengan S&P 500 turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya pada Februari, penurunan yang masuk dalam kategori koreksi. Pasar mengalami rebound pada hari Jumat karena investor mulai memburu saham-saham yang diperkirakan lebih tahan terhadap kebijakan Trump.
Indeks Dow, yang berisi saham-saham unggulan, kini hanya sekitar 3 persen dari zona koreksi setelah kenaikan dalam dua sesi terakhir, sementara Nasdaq sudah memasuki wilayah koreksi sejak 6 Maret.
S&P 500 mencatat sembilan level tertinggi baru dalam 52 minggu dan satu level terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite mencatat 45 level tertinggi baru dan 111 level terendah baru.
Dari 11 sektor utama S&P 500, sektor real estat dan energi memimpin kenaikan, sedangkan sektor barang konsumsi diskresioner menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan.
IHSG Diramal Sulit Tembus Level 7.000
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksikan belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I tahun 2025. Hal ini disebabkan oleh beberapa sentimen.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memperkirakan pergerakan IHSG hingga kuartal I nanti masih cenderung mengarah ke bawah.
"Kalau sepanjang kuartal 1 sampai dengan bulan Maret 2025 mungkin pergerakannya (IHSG) agak sedikit melebar ke bawah ya," ujar dia dalam acara Media Day Mirae Asset di Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025.
Meski diprediksi bergerak ke arah bawah, Rully berharap IHSG tidak menyentuh ke level 6.200 seperti beberapa waktu lalu. Dia menyebut pergerakan indeks masih dipengaruhi oleh sentimen dari global.
Selain itu, tidak adanya sentimen positif yang signifikan terhadap pasar menjadikan IHSG belum bisa mencapai level 7.000 pada kuartal I 2025 mendatang.
Menurut Rully, sentimen positif terdekat yang bisa dimanfaatkan ialah pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan ini.
"Salah satu yang bisa mendorong apabila Bank Indonesia di bulan Maret ini menurunkan suku bunga, itu mungkin yang akan mendorong IHSG lebih tinggi. Mudah-mudahan bisa mendekati antara 6.700 sampai 6.800," tuturnya.
Lebih lanjut Rully memprediksi, IHSG baru akan mencapai level 7.000 ialah pada semester I 2025. Dalam hal ini, ia memperkirakan indeks akan berada di kisaran 6.500 hingga 7.000.
"Kalau di semester 1 sampai dengan Juni 2025 mungkin di level 6.500 sampai 7.000" pungkasnya. (*)