KABARBURSA.COM - PT Sentul City Tbk. (BKSL) kembali menjadi bahan perbincangan pelaku pasar setelah Samuel Sekuritas Indonesia merilis riset inisiasi dengan rekomendasi “beli” dan target harga Rp200 per saham.
Proyeksi ini mencerminkan potensi kenaikan hingga 125 persen dari level perdagangan terakhir di Rp89. Di tengah tren pemulihan sektor properti, ekspektasi ini tak datang tanpa alasan.
Sentul City menyimpan aset yang tak main-main, 14.543 hektare land bank, menjadikannya pemilik cadangan lahan terbesar di Indonesia. Dari total tersebut, sekitar 2.210 hektare sudah siap dikembangkan, berlokasi strategis di Bogor, hanya sekitar satu jam dari pusat Jakarta.
Lokasinya dikelilingi akses infrastruktur yang terus berkembang, termasuk Tol Jagorawi, tol Jakarta Outer Ring Road, serta jaringan LRT dan kereta cepat. Posisi inilah yang memberi nilai lebih bagi proyek township BKSL yang saat ini mencakup lebih dari 3.250 hektare kawasan hunian hijau dan mandiri.
Tak hanya mengandalkan keunggulan lokasi, Sentul City juga menjalin kemitraan dengan sejumlah nama besar, mulai dari AEON, Sumitomo, Panasonic Gobel, hingga Hankyu Hanshin dan Genting Malaysia Group.
Kerja sama ini menjadi motor penggerak pengembangan proyek-proyek hunian, komersial, dan gaya hidup kelas menengah atas. Sebuah sinyal kuat tentang kredibilitas dan ambisi jangka panjang manajemen.
Kinerja Keuangan BKSL Mulai Bertumbuh: Valuasi Murah
Secara fundamental, tren kinerja keuangan BKSL mulai menunjukkan arah pertumbuhan. Pendapatan yang sebelumnya hanya di kisaran Rp951 miliar pada 2019 diperkirakan naik hampir dua kali lipat menjadi Rp1,72 triliun di 2023.
Proyeksi pertumbuhan juga terus berlanjut, dengan estimasi pendapatan menyentuh Rp4 triliun pada 2028. Di saat yang sama, laba bersih dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) juga mulai membaik, dengan ROE diproyeksi mencapai 4,5 persen dalam lima tahun ke depan.
Saat ini, saham BKSL masih diperdagangkan dengan valuasi yang sangat murah, diskon 88 persen terhadap RNAV (revalued net asset value).
Namun analis memperkirakan seiring dengan progres pengembangan proyek dan mulai pulihnya sentimen terhadap sektor properti, diskon tersebut bisa menyempit menjadi sekitar 75 persen. Jika itu terjadi, rerating harga saham bisa menjadi keniscayaan.
Katalis lain datang dari pengaruh infrastruktur di sekitar kawasan. Salah satunya, kedekatan dengan proyek-proyek milik Presiden terpilih Prabowo Subianto di daerah Bojong Koneng, yang dinilai bisa mendorong permintaan lahan dan hunian di kawasan Sentul.
Efek limpahan pembangunan (spillover effect) ini sudah mulai dirasakan pasar, terutama dari sisi sentimen dan apresiasi harga tanah.
Meski potensi pertumbuhannya besar, bukan berarti tanpa risiko. Ketergantungan pada proyek besar, potensi penundaan realisasi, hingga ketidakpastian ekonomi makro tetap menjadi faktor yang perlu dicermati investor.
Namun untuk saat ini, dengan valuasi yang rendah dan land bank yang sangat besar, BKSL sedang berdiri di titik menarik, mereka yang percaya pada siklus properti bisa melihat ini sebagai momen awal kebangkitan.
Dalam situasi di mana tak banyak saham properti yang menawarkan perpaduan antara skala, lokasi, dan valuasi semenarik ini, Sentul City layak mendapat tempat di radar para investor jangka menengah hingga panjang.
Ini bukan hanya soal potensi naiknya harga saham, tapi juga narasi tentang pengembang besar yang sedang kembali menemukan arah lajunya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.