KABARBURSA.COM - PT United Tractors Tbk (UNTR), salah satu emiten grup Astra, baru-baru ini mengumumkan keputusan strategis untuk menghentikan ekspansi dalam bisnis tambang batu bara dan pembangkit listrik berbasis batu bara. Perusahaan ini berkomitmen untuk beralih fokus ke pengembangan bisnis energi baru terbarukan, termasuk sektor mineral lainnya.
Sekretaris Korporasi United Tractors Sara K. Loebis, mengungkapkan bahwa perusahaan akan menghentikan penambahan portofolio terkait tambang batu bara dan pembangkit listrik berbasis batu bara. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk beralih ke pengembangan bisnis di sektor mineral-mineral lainnya.
"Kami tidak lagi menambah portofolio terkait tambang batu bara maupun pembangkit listrik berbasis batu bara. Kami akan mengembangkan bisnis ini pada mineral-mineral lain," jelas Sara dalam Astra Media Day pada 18 September 2024.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan perusahaan untuk mendukung transisi energi global dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang kotor.
Portofolio Bisnis Energi Terbarukan dan Mineral
United Tractors telah melakukan diversifikasi yang signifikan dalam portofolio bisnisnya. Perusahaan ini saat ini aktif dalam beberapa sektor energi terbarukan dan mineral:
- Tambang Emas: UNTR mengoperasikan tambang emas melalui PT Agincourt Resources dan PT Sumbawa Juta Raya (SJR).
- Tambang Nikel: Perusahaan memiliki tambang nikel di Stargate, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, serta partisipasi di tambang nikel lainnya.
- Energi Terbarukan: UNTR juga terlibat dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga mini hydro, instalasi solar untuk kendaraan listrik (EV), dan sektor geothermal.
Langkah ini menunjukkan komitmen UNTR untuk mendiversifikasi sumber pendapatannya dan berinvestasi dalam sektor-sektor yang mendukung transisi energi bersih.
Keputusan UNTR untuk meninggalkan batu bara tidak terlepas dari tekanan global untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Batu bara, sebagai sumber energi kotor dan penyumbang emisi terbesar, telah menjadi fokus kritik dari berbagai negara dan organisasi internasional.
Inisiatif Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (Just Energy Transition Partnership/ JETP) yang dipimpin oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, telah menyoroti pentingnya transisi dari batu bara ke energi bersih. Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022, Presiden AS Joe Biden menyebutkan bahwa inisiatif ini bernilai hingga USD20 miliar (sekitar Rp300 triliun), yang dirancang untuk mendukung negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dalam peralihan energi bersih.
Implikasi dan Prospek Masa Depan
Langkah UNTR untuk meninggalkan bisnis batu bara dan fokus pada energi terbarukan mencerminkan perubahan paradigma dalam industri energi dan tambang. Ini juga merupakan langkah strategis untuk meningkatkan reputasi perusahaan dalam hal keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.
Dengan berfokus pada sektor-sektor seperti tambang nikel, emas, serta energi terbarukan, UNTR tidak hanya mematuhi standar internasional tetapi juga memanfaatkan peluang pertumbuhan dalam industri energi bersih dan mineral yang semakin diminati. Investasi dalam energi terbarukan dan mineral strategis diharapkan dapat memperkuat posisi UNTR dalam jangka panjang dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan serta ekonomi global.
Tentang Spin-Off ADRO
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia yang dimiliki oleh konglomerat Garibaldi 'Boy' Thohir, telah mengumumkan rencana strategis untuk melakukan spin-off anak usaha utamanya dalam bisnis batu bara termal, yaitu PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan nilai perusahaan di pasar modal serta memberikan kesempatan investasi baru kepada pemegang saham.
PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) merupakan anak usaha ADRO yang memegang saham di beberapa perusahaan pertambangan batu bara termal, antara lain PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai. AAI juga memiliki saham di dua perusahaan tambang batu bara termal yang sedang dikembangkan, yaitu PT Pari Coal dan PT Ratah Coal.
Selain itu, AAI juga memiliki bisnis jasa logistik dan berbagai usaha pendukung di sektor pertanahan, air, investasi, dan ketenagalistrikan. Menurut keterbukaan informasi, manajemen Adaro berencana untuk menjual sebanyak 99,99 persen saham AAI, atau sekitar tujuh miliar lembar saham, dengan estimasi nilai transaksi sekitar USD2,45 miliar atau Rp37,6 triliun. Nilai ini setara dengan 31,8 persen dari total ekuitas Adaro.
AAI memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja keuangan PT Adaro Energy Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan hingga 30 Juni 2024, AAI mencatatkan pendapatan sebesar USD2,65 miliar, yang setara dengan 89,4 persen dari total pendapatan ADRO. Selain itu, laba bersih AAI mencapai USD922,76 juta, setara dengan 104,8 persen dari total laba bersih ADRO yang sebesar USD880,19 juta. Ini menunjukkan bahwa AAI berperan sebagai sumber pendapatan utama bagi Adaro, dan keputusannya untuk melakukan spin-off akan berdampak langsung pada kinerja keuangan perusahaan.
Keputusan Adaro untuk melakukan spin-off AAI mencerminkan upaya strategis perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan fokus pada portofolio bisnis yang lebih beragam. Dengan memisahkan AAI, Adaro dapat lebih fokus pada segmen-segmen usaha yang masih dalam tahap pengembangan atau membutuhkan perhatian lebih besar.
Bagi investor, spin-off ini merupakan kesempatan emas untuk membeli saham AAI di harga diskon sebelum melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, penting bagi investor untuk mengevaluasi potensi risiko dan keuntungan dari spin-off ini serta dampaknya terhadap kinerja jangka panjang Adaro.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.