KABARBURSA.COM - Saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) berencana untuk melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PM-HMETD I) atau right issue. Penambahan modal ini dilakukan dengan menerbitkan 1,33 miliar lembar saham baru. Berdasarkan keterbukaan informasi, nominalnya cukup menarik, yaitu Rp100 per saham.
Namun, pelaksanaan aksi korporasi ini harus terlebih dulu mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham. Caranya, melalui RUPS Luar Biasa yang akan digelar pada 27 November 2025. Tidak hanya itu, juga harus memperoleh pernyataan efektif dari OJK (Otoritan Jasa Keuangan)
Rencana ini menyita perhatian pelaku pasar. Terbukti, harga saham emiten Hermanto Tanoko ini melesat hingga 19,67 persen dan menyentuh Rp7.300 per lembar pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025.
Kenaikan ini bukan hal yang biasa, karena jika menelusuri data historisnya, RISE telah mencatatkan kenaikan lebih dari 600 persen dalam setahun terakhir. Harganya dari hanya Rp282 per lembar, menjadi Rp7.300.
Lonjakan ini menimbulkan dua interpretasi. Pertama, pasar merespons positif potensi ekspansi besar-besaran grup Tanrise Property ini. Kedua, Sebagian besar kenaikan bersifat euforia spekulatif menjelang aksi korporasi besar, yang belum tentu langsung menguntungkan investor ritel.
Secara teknikal, pergerakan harga RISE kali ini menunjukkan pola Auto Rejection Atas (ARA) dengan harga tertahan di Rp7.300 sepanjang sesi perdagangan pertama. Pola ini tanpa fluktuasi, yang artinya ada permintaan luar biasa beli di sisi bid dan potensi overbought karena seluruh kenaikan murni bersumber dari antusiasme spekulatif.
Volume transaksi tercatat sebanyak 30,84 ribu lot dengan nilai mencapai Rp22,5 miliar. Transaksi yang relative tinggi untuk saham sektor properti yang selama ini cenderung sepi.
Tujuan: Pengembangan Proyek-proyek Besar
Rencana right issue RISE bukan tanpa tujuan. Emiten properti ini akan menggunakan dana hasil right issue untuk pengembangan proyek-proyek besar, seperti Tanrise City Bandung, Tanrise City Sidoarjo, Kawasan Industri Banjarbaru di Kalimantan Selatan, dan Kawasan Resor Taman Dayu.
Dengan risht issue, RISE berupaya memperkuat struktur permodalan, mengurangi rasio utang, serta menurunkan beban bunga. Sebuah langkah yang tergolong sehat secara korporasi.
Namun, menarik tidaknya right issue ini bergantung pada dua variabel kunci, yaitu harga pelaksanaan dan nilai pasar wajar saham. Dari sisi valuasi, jika menghitung secara konservatif berdasarkan rasio Price to Book Value (PBV) dan Price to Earnings Ratio (PER) sektor properti, maka harga wajarnya diperkirakan berada di kisaran Rp1.200-1.800 per lembar.
Dengan harga pasar saat ini, di Rp7.300, saham RISE secara fundamental sudah berada jauh di atas nilai wajarnya.
Dalam konteks Hermanto Tanoko sebagai pengendali, publik cenderung menaruh kepercayaan tinggi. Apalagi, rekam jejak Tancorp dalam mengelola bisnis consumer goods dan property, seperti Tanrise Property, Avian Brands, dan Taman Dayu, sangat baik.
Akan tetapi, investor tetap harus membedakan antara reputasi grup dengan nilai intrinsic saham RISE itu sendiri.
Jadi, rencana right issue RISE secara strategis memang menjanjikan, terutama karena dana akan digunakan untuk memperluas proyek-proyek bernilai tinggi di bawah jaringan Tanrise. Namun, dari perspektif investasi, saham RISE saat ini lebih mencerminkan euforia pasar ketimbang nilai fundamental.
Dengan harga pasar yang telah melonjak drastis jauh di atas estimasi wajar, investor sebaiknya menunggu kejelasan harga pelaksanaan right issue sebelum mengambil posisi baru.
RISE menarik dari sisi narasi ekspansi dan potensi bisnis jangka Panjang. Tetapi dari sisi valuasi, saham ini sudah berada di zona yang perlu diwaspadai, atau lebih layak untuk dicermati ketimbang dikejar.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.