KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai maksimal Rp3 triliun. Buyback ini akan dilakukan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 29 Tahun 2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan Oleh Perusahaan Terbuka.
Dalam keterbukaan informasi yang dikutip Minggu, 2 Februari 2025, manajemen BRI menyatakan bahwa aksi korporasi ini akan dilakukan baik melalui Bursa Efek Indonesia maupun di luar bursa, dengan metode bertahap maupun sekaligus. Pelaksanaan buyback akan diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), yang dijadwalkan berlangsung pada 11 Maret 2025.
Dana buyback akan bersumber dari kas internal perusahaan, dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas dan permodalan agar tidak mengganggu stabilitas keuangan BRI. Manajemen juga memastikan bahwa langkah ini akan mematuhi seluruh ketentuan peraturan yang berlaku.
Sejalan dengan rencana buyback, harga saham BRI pada perdagangan 31 Januari 2025 mengalami kenaikan 2,43 perseb, ditutup di level Rp4.220. Hal ini mencerminkan respons positif pasar terhadap kebijakan perusahaan.
Jika disetujui dalam RUPST, pelaksanaan buyback akan dimulai pada 12 Maret 2025 dan berlangsung hingga 11 Maret 2026.
Langkah buyback ini dapat meningkatkan nilai bagi pemegang saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar, sekaligus mencerminkan keyakinan manajemen terhadap prospek bisnis BRI ke depan. Dengan fundamental yang solid dan strategi yang jelas, aksi korporasi ini berpotensi memberikan dampak positif bagi perusahaan maupun para investor.
Kinerja Keuangan Stabil
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI mencatatkan kinerja keuangan yang stabil hingga kuartal ketiga 2024. Catatan ini menunjukkan pengelolaan permodalan, risiko, dan likuiditas yang kuat di tengah dinamika ekonomi global.
Modal inti utama (CET1) BRI tercatat sebesar Rp296,280 triliun pada September 2024, naik dari Rp283,949 triliun pada Desember 2023. Total modal juga mengalami peningkatan dari Rp296,449 triliun menjadi Rp309,197 triliun pada periode yang sama.
Rasio kecukupan modal juga menunjukkan penguatan. Rasio CET1 pada September 2024 mencapai 25,65 persen, lebih tinggi dibandingkan Desember 2023 yang berada di angka 21,12 persen. Total rasio modal meningkat menjadi 26,76 persen, mengindikasikan posisi permodalan yang sehat untuk menghadapi risiko sistemik.
Total ATMR pada September 2024 mencapai Rp1.155,258 triliun, naik dari Rp1.086,957 triliun pada Desember 2023. Pertumbuhan ini menunjukkan ekspansi bisnis yang terukur dengan tetap menjaga rasio permodalan yang memadai.
Seperti dikutip dari laporan Bank BRI, Senin, 27 Januari 2025, BRI mempertahankan Capital Conservation Buffer pada level 2,50 persen dan Countercyclical Buffer di 0,00 persen. Tambahan modal untuk Capital Surcharge Bank D-SIB tetap stabil di angka 2,50 persen, menjadikan total tambahan modal sebagai penyangga konsisten pada angka 5,00 persen dari ATMR.
Total Eksposure Meningkat
Total eksposur BRI meningkat menjadi Rp1.974,600 triliun pada September 2024 dari Rp1.945,448 triliun pada Desember 2023. Rasio kecukupan likuiditas (LCR) juga meningkat dari 150,37 persen pada Desember 2023 menjadi 151,87 persen pada September 2024.
Pendanaan stabil bersih (NSFR) mencapai 125,80 persen pada September 2024, naik dari 122,88 persen pada Desember 2023, menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Aset likuid berkualitas tinggi (HQLA) tercatat sebesar Rp320,397 triliun pada September 2024, turun dari Rp356,403 triliun pada Desember 2023. Namun, arus kas keluar bersih meningkat menjadi Rp205,558 triliun dari Rp213,466 triliun pada periode yang sama.
Selain mencatatkan kinerja keuangan yang positif, BRI berhasil meraih dua penghargaan bergengsi dalam Malam Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024 yang digelar Komisi Informasi Pusat di Jakarta. BRI menempati peringkat tiga besar nasional dengan skor 98,89 dalam kategori Kualifikasi Informatif BUMN.
Penghargaan Badan Publik Terbaik Nasional “Arkaya Wiwarta Prajanugraha” juga diraih oleh BRI bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Universitas Negeri Malang.
Direktur Retail Funding and Distribution BRI Andrijanto, mengatakan bahwa keterbukaan informasi tersebut adalah kunci penting dalam membangun kepercayaan serta meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat.
“Penghargaan ini menjadi bukti nyata komitmen BRI untuk terus menghadirkan tata kelola perusahaan yang transparan, inovatif, dan berorientasi pada kebutuhan nasabah,” ujar Andrijanto dalam siaran persnya, Senin, 27 Januari 2025.
Ketua Komisi Informasi Pusat Donny Yoesgiantoro, menyampaikan bahwa jumlah badan publik yang mendapatkan kualifikasi informatif meningkat pada tahun 2024 menjadi 162 badan atau 44,63 persen dari total 363 badan publik.
“Ini menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun 2023 yang mencatatkan 139 badan publik,” jelas Donny.
Metode penilaian mencakup self-assessment questionnaire (SAQ) hingga uji publik untuk memastikan dampak kebijakan keterbukaan informasi di masing-masing badan publik.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.