KABARBURSA.COM - Kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) pada kuartal kedua 2025 menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah awal tahun yang cukup berat.
Dalam laporan keuangannya, perusahaan berhasil membukukan pendapatan Rp1 triliun di 2Q25, melonjak 29,4 persen secara kuartalan dan 23,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan ini terutama didorong oleh pulihnya penjualan produk herbal, meningkatnya kontribusi ekspor, serta pengendalian belanja iklan dan promosi.
Hasil ini membuat total pendapatan semester I/2025 mencapai Rp1,8 triliun, meski angka tersebut masih turun 3,6 persen secara tahunan dan baru memenuhi sekitar 45 persen dari target setahun penuh.
Dalam catatan MNC Sekuritas, di sisi laba, SIDO mencatatkan hasil yang lebih menggembirakan. Laba bersih semester I/2025 tercatat Rp600,5 miliar, hanya terkoreksi tipis 1,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun jika melihat kuartal kedua saja, laba bersih justru melesat 68,6 persen menjadi Rp367,5 miliar. Margin laba bersih pun terjaga tinggi di level 35,3 persen, yang memperlihatkan efisiensi operasional yang cukup baik.
Tingginya profitabilitas ini tercermin dari return on equity yang mencapai 34,9 persen dan return on assets 31,8 persen, level yang jarang ditemui di emiten konsumer lain.
Posisi Keuangan SIDO Sangat Sehat
Secara fundamental, posisi keuangan SIDO terbilang sangat sehat. Perusahaan tanpa utang berbunga, memiliki kas Rp624 miliar, dan mencatat current ratio 7,23 kali. Beban liabilitas juga minim dengan debt-to-equity ratio hanya 0,09 kali.
Rasio keuangan ini menegaskan bahwa SIDO punya fleksibilitas tinggi untuk ekspansi tanpa terbebani kewajiban besar. Free cash flow yang dihasilkan pun solid, mencapai Rp1,2 triliun pada periode berjalan.
Tak heran jika SIDO tetap konsisten dalam membagikan dividen, dengan dividend yield saat ini di atas 7 persen, termasuk salah satu yang tertinggi di Bursa Efek Indonesia.
Tantangan SIDO Masih Berat
Namun demikian, jika melihat kinerja jangka panjang, SIDO masih menghadapi tantangan. Dalam lima tahun terakhir, pendapatan perusahaan cenderung stagnan dengan tren pertumbuhan yang terbatas.
Bahkan dibandingkan puncak kinerja di 2021, tren penjualan domestik relatif melambat. Manajemen sendiri merevisi panduan pertumbuhan tahun ini hanya di kisaran 5 persen, lebih rendah dari target awal 10 persen.
Artinya, ekspektasi pasar terhadap SIDO harus lebih realistis, karena pertumbuhan cepat tampaknya sulit dicapai di pasar herbal domestik yang semakin ketat persaingannya.
Dari sisi valuasi, saham SIDO diperdagangkan dengan price to earnings ratio sekitar 13,5 kali, jauh di bawah rata-rata historis lima tahun di 19 kali. Price to book value berada di kisaran 4,7 kali, menunjukkan bahwa saham ini masih dihargai premium dibandingkan aset bersihnya, tetapi lebih murah ketimbang valuasi masa lalu.
Dengan dividend payout ratio mendekati 100 persen, investor praktis mengandalkan imbal hasil dividen sebagai daya tarik utama.
Performa Harga Saham Masih Mengecewakan
Performa harga saham dalam setahun terakhir masih mengecewakan. SIDO terkoreksi 27 persen dalam 12 bulan terakhir dan turun 11 persen sejak awal tahun, jauh tertinggal dari indeks sektoral konsumer yang relatif lebih stabil.
Tekanan harga saham ini sebagian besar disebabkan stagnasi kinerja penjualan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga pasar menunggu katalis baru untuk mendorong valuasi naik kembali.
Melihat keseluruhan catatan, SIDO tidak bisa dikatakan mengalami kemunduran, tetapi lebih tepat disebut sedang berada dalam fase konsolidasi. Kuartal kedua memberi sinyal positif bahwa perusahaan masih mampu mencetak pertumbuhan ketika faktor musiman dan pasar ekspor mendukung.
Namun tanpa inovasi produk yang lebih agresif dan strategi penetrasi pasar yang lebih luas, terutama ke mancanegara, kinerja SIDO berisiko kembali stagnan.
Ke depan, prospek SIDO akan banyak ditentukan oleh seberapa cepat manajemen bisa memanfaatkan peluang di pasar ekspor dan menghidupkan kembali pertumbuhan domestik.
Untuk investor, saham ini tetap menawarkan fundamental solid, neraca sehat, dan dividen tinggi, tetapi potensi kenaikan harga saham dalam jangka menengah mungkin terbatas kecuali ada kejutan dari ekspansi baru atau inovasi produk yang mampu mengubah tren penjualan.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.