Logo
>

Simak! Saham yang Tahan Banting jelang Pilkada 2024

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Simak! Saham yang Tahan Banting jelang Pilkada 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Indonesia bakal menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 secara serentak pada November mendatang. Lalu, saham apa yang kayak dikoleksi di tengah kondisi politik seperti sekarang ini?

    Direktur of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, para investor bisa mengoleksi dua saham BBCA dan BMRI.

    "Tentu kalau kita bicara jangka panjang ,kita harus memilih saham-saham yang masuk ke dalam kategori saham yang terus bertumbuh  seperti BBCA dan BMRI untuk saat ini dua itu," kata dia dalam acara webinar 'Telisik Peluang Pasar Modal Jelang Pilkada 2024' yang diselenggarakan Kabar Bursa, Kamis, 22 Agustus 2024.

    Selain memiliki pertumbuhan yang positif, kata Nico, BBCA dan BMRI juga merupakan saham yang menarik karena keduanya mampu menawarkan dividen yang luar biasa.

    Kendati begitu, Nico juga tidak menampik jika saham lainnya dikoleksi. Tapi, dia mengimbau para investor agar selalu mengelola portofolio dengan baik.

    "Kalau ga ada waktu untuk mengelola portfolionya dan ga ada waktu untuk melihat setiap hari, alangkah baiknya membeli saham-saham yang masuk kategori terus tumbuh," ungkapnya.

    "Turun pasti ada, tapi dalam kurun setahun dua tahun lima tahun itu harga saham terus mengalami kenaikan," tambah dia.

    Diberitakan sebelumnya, peluang penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) semakin besar seiring dengan laju inflasi Amerika Serikat (AS) yang moderat pada Juli 2024 dan penurunan inflasi tahunan. Kondisi ini mendorong ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) juga akan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), sejalan dengan perbaikan kondisi pasar keuangan global.

    Namun, apa dampaknya bagi saham perbankan di tengah kemungkinan penurunan suku bunga ini? Tim analis JP Morgan Sekuritas dalam riset terbaru mereka mencatat beberapa saham bank sebagai pilihan utama, terutama dengan semakin terbukanya ruang untuk penurunan suku bunga.

    JP Morgan berpendapat bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara emerging market yang paling diuntungkan oleh pemangkasan suku bunga The Fed.

    “JP Morgan memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada bulan September dan tambahan 50 bps lagi pada bulan November,” demikian dinyatakan dalam riset yang dipublikasikan pada Rabu, 21 Agustus 2024.

    Selanjutnya, BI diprediksi akan mengikuti langkah ini dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps antara September hingga Desember tahun ini, dan kemungkinan tambahan 50 bps lagi pada semester pertama tahun 2025.

    Menanggapi situasi ini, JP Morgan lebih memilih sektor perbankan dan properti sebagai sektor unggulan di tengah prospek penurunan suku bunga acuan. Hal ini mengingat bahwa sektor otomotif dihadapkan pada kompetisi yang semakin ketat di pasar kendaraan roda empat.

    Beberapa saham perbankan yang menjadi pilihan utama JP Morgan mencakup PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Jago Tbk (ARTO).

    Walaupun diperkirakan bahwa net interest margin (NIM) dari sebagian besar bank di Indonesia tidak akan meningkat secara signifikan saat terjadi pemangkasan suku bunga, perbaikan kondisi likuiditas dan peningkatan arus modal diharapkan tetap memberikan keuntungan bagi sektor perbankan.

    JP Morgan juga menilai bahwa BBRI memiliki potensi untuk mengalami peningkatan margin, terutama karena tingginya porsi komposisi fixed loan yield yang berasal dari segmen mikro, yang akan diuntungkan oleh penurunan biaya dana (cost of fund).

    BBCA

    BBCA berhasil mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp850 triliun pada semester I 2024, mengalami peningkatan sebesar 15,5 persen secara year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit ini diklaim melampaui rata-rata industri.

    Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan bahwa segmen kredit korporasi menunjukkan pertumbuhan paling signifikan per Juni 2024, dengan peningkatan 19,9 persen yoy menjadi Rp388,6 triliun. Kredit komersial mengalami pertumbuhan sebesar 7,9 persen yoy menjadi Rp127,8 triliun, sementara kredit usaha kecil dan menengah (UKM) naik 12,7 persen yoy mencapai Rp114,4 triliun.

    Menurut data BCA, portofolio kredit konsumer naik 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun, yang sebagian besar didorong oleh penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen yoy mencapai Rp126,9 triliun serta peningkatan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp62,1 triliun. Selain itu, outstanding pinjaman konsumer lainnya, yang sebagian besar berasal dari kartu kredit, tercatat meningkat 20,2 persen yoy mencapai Rp17,8 triliun.

    Penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan juga menunjukkan pertumbuhan, dengan peningkatan sebesar 9,3 persen yoy mencapai Rp198 triliun per Juni 2024, yang setara dengan 23,2 persen dari total portofolio pembiayaan. Termasuk di dalamnya adalah investasi pada obligasi hijau serta kredit dengan skema sustainability linked loans.

    BCA juga menunjukkan komitmen dalam pembiayaan kendaraan bermotor listrik, dengan total pembiayaan mencapai sekitar Rp1,5 triliun per Juni 2024, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Peningkatan kualitas pinjaman BCA seiring dengan pertumbuhan kredit yang solid. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 6,4 persen pada semester I 2024, turun dibandingkan dengan 9 persen pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat berada di angka 2,2 persen, dengan rasio pencadangan NPL dan LAR yang masing-masing berada pada level 190,2 persen dan 71,2 persen, dianggap memadai.

    BBCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp26,9 triliun sepanjang semester pertama 2024, meningkat sebesar 11,1 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy). Peningkatan laba ini didorong oleh ekspansi pembiayaan serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

    Kredit komersial juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,9 persen yoy menjadi Rp127,8 triliun, sedangkan kredit UKM naik 12,7 persen yoy menjadi Rp114,4 triliun.

    Portofolio kredit konsumer turut meningkat 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun, yang terutama didorong oleh penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen yoy mencapai Rp126,9 triliun, serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp62,1 triliun. Outstanding pinjaman konsumer lainnya, yang sebagian besar terdiri dari kartu kredit, tercatat naik 20,2 persen yoy mencapai Rp17,8 triliun.

    BMRI

    BMRI mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp1.532 triliun pada kuartal II 2024, mengalami peningkatan 20,5 persen secara tahunan (yoy), jauh melampaui rata-rata industri perbankan yang tumbuh sebesar 12,36 persen.

    Menurut laporan keuangan, kinerja positif ini didorong oleh konsistensi Bank Mandiri dalam mengelola dua segmen kredit utamanya, yaitu wholesale dan retail. Di segmen retail, strategi pertumbuhan dijalankan melalui pendekatan ecosystem approach dan memanfaatkan sektor-sektor unggulan di setiap wilayah.

    Pada segmen korporasi, Bank Mandiri mencatatkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 29,7 persen yoy, mencapai Rp561 triliun pada kuartal II 2024. Pertumbuhan serupa juga tercatat di segmen komersial, yang meningkat 21,7 persen menjadi Rp262 triliun, dan di segmen konsumer yang naik 9,02 persen menjadi Rp116 triliun. Kredit untuk UMKM juga mengalami peningkatan 6,3 persen, mencapai Rp127 triliun.

    Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menegaskan bahwa segmen korporasi adalah kontributor utama bagi kinerja perusahaan sepanjang paruh pertama 2024.

    Penyaluran kredit investasi juga menunjukkan tren positif, didorong oleh pemulihan ekonomi yang meningkatkan permintaan kredit. Hingga akhir Juni 2024, total kredit investasi Bank Mandiri mencapai Rp528,69 triliun, tumbuh 24,32 persen yoy. Sektor manufaktur, perdagangan, dan jasa menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.