Logo
>

Skema FLPP Baru Bisa Dongkrak Kinerja, Saham BBTN Tambah Menarik

Ditulis oleh Syahrianto
Skema FLPP Baru Bisa Dongkrak Kinerja, Saham BBTN Tambah Menarik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN telah lama dikenal sebagai pemimpin dalam sektor perumahan di Indonesia, khususnya melalui inisiatif perumahan bersubsidi.

    Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan yang terjangkau bagi masyarakat berpendapatan rendah, BBTN terus beradaptasi dengan perkembangan program perumahan pemerintah dan berkomitmen untuk memperluas inklusi keuangan melalui penyediaan pembiayaan rumah. Melalui berbagai inisiatif strategis, termasuk skema baru untuk mendukung Program 3 Juta Rumah, BBTN memposisikan diri untuk memperoleh manfaat jangka panjang dan mendorong pertumbuhan sektor hipotek bersubsidi di Indonesia.

    Sebagai bagian dari upaya mendukung program perumahan pemerintah, BBTN telah mengajukan skema baru dalam Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menilai bahwa kombinasi antara subsidi selisih bunga (SSB) dan FLPP merupakan skema yang efektif untuk mendukung program perumahan melalui penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi.

    Dalam skema ini, bank-bank akan menyumbang 50 persen dari pendanaan FLPP, yang sebelumnya sepenuhnya didanai oleh pemerintah. Langkah ini akan mengurangi beban anggaran pemerintah, yang pada tahun fiskal 2025 diperkirakan mencapai Rp18,8 triliun, meningkat 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Makanya kami usulkan ada SSB, karena menggunakan dana dari bank, pemerintah hanya mensubsidi selisih bunganya. Bank bisa menjual portofolio KPR-nya melalui sekuritisasi, dan dana yang diperoleh bisa digunakan untuk KPR baru. Dengan cara ini, likuiditas tidak hanya bergantung pada APBN, dan dana bisa diputar terus,” kata Nixon dalam acara Dialog Solusi Pendanaan Program 3 Juta Rumah di Jakarta, Senin, 16 Desember 2024.

    Dengan peran yang lebih besar dalam pendanaan, BBTN memprediksi bahwa total perumahan bersubsidi yang disalurkan akan mencapai Rp209 triliun pada tahun 2025, naik 16 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Selain peningkatan kontribusi dalam pendanaan FLPP, BBTN juga mengusulkan untuk menaikkan suku bunga rumah bersubsidi dari 5 persen menjadi 7 persen, serta memperpanjang tenor pinjaman dari 20 tahun menjadi 30 tahun. Menurut perhitungan BBTN, perubahan ini akan memungkinkan bank untuk tetap menjaga kemampuan pembayaran angsuran yang stabil bagi debitur. Skema baru ini juga diperkirakan akan meningkatkan hasil EA (Earnings Asset) menjadi 7,4 persen, dari sebelumnya 7,0 persen.

    Secara keseluruhan, perubahan tersebut akan memperbaiki Net Interest Margin (NIM) BBTN, yang diproyeksikan meningkat dari 2,8 persen menjadi 2,9 persen.

    BBTN terus mendominasi pasar perumahan Indonesia, terutama dalam sektor perumahan bersubsidi. Pada September 2024, BBTN memiliki portofolio pinjaman perumahan terbesar di antara bank-bank BUMN, yang mencakup 85,2 persen dari total pinjaman. Dari jumlah tersebut, sekitar 56,9 persen merupakan perumahan bersubsidi yang ditujukan untuk masyarakat berpendapatan rendah. Seiring dengan pencapaian ini, BBTN berhasil mempertahankan pangsa pasar FLPP yang signifikan, dengan kontribusi mencapai 67 persen, 71 persen, dan 69 persen pada 2022, 2023, dan 2024, berturut-turut.

    BBTN memiliki proporsi deposito berjangka yang lebih tinggi dalam dana pihak ketiga dibandingkan dengan bank-bank besar lainnya, dengan 49 persen simpanan pada September 2024 berasal dari deposito berjangka. Karena deposito berjangka lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga acuan, BBTN diperkirakan akan mengalami dampak signifikan dari pemangkasan suku bunga yang diantisipasi sebesar 75 basis poin pada akhir tahun fiskal 2025.

    Meskipun demikian, meskipun CoF (Cost of Funds) diperkirakan akan meningkat menjadi 4,4 persen pada 2025, BBTN diharapkan tetap dapat mengelola likuiditas dan pendanaan untuk mendukung pertumbuhan properti bersubsidi yang semakin besar.

    Di Indonesia, backlog perumahan tetap menjadi tantangan besar. Menurut data BPS, lebih dari 15 persen rumah tangga Indonesia hingga 2023 belum memiliki rumah, yang setara dengan sekitar 11 juta rumah tangga. Program 3 Juta Rumah yang baru diluncurkan pemerintah bertujuan untuk mengurangi backlog perumahan ini dengan membangun 3 juta unit rumah per tahun.

    BBTN, dengan dukungan penuh dari pemerintah, memainkan peran kunci dalam mewujudkan program ini, dengan kontribusi yang signifikan dalam penyediaan pembiayaan rumah bersubsidi.

    Meskipun ada potensi besar untuk mengurangi backlog, pelaksanaan Program 3 Juta Rumah tidak akan mudah. Selain memperluas skema FLPP, program ini juga perlu melibatkan pengembang swasta, baik yang berfokus pada rumah tangga berpendapatan rendah (MBR) maupun non-MBR, yang diperkirakan bertanggung jawab atas 77 persen dari pembangunan rumah di bawah program ini.

    Pemerintah juga perlu memperhatikan kebutuhan renovasi rumah, bukan hanya pembangunan rumah baru, untuk memastikan pencapaian tujuan jangka panjang.

    Secara keseluruhan, prospek BBTN sangat tergantung pada keberhasilan implementasi skema FLPP yang baru, yang dapat memperbesar pangsa pasar properti bersubsidi dan meningkatkan NIM bank. Dengan perkiraan laba bersih yang terus tumbuh meskipun ada peningkatan CoF, BBTN diprediksi akan mempertahankan daya saingnya di pasar properti Indonesia.

    BBTN diperkirakan akan mencapai laba bersih sebesar Rp3.222 miliar pada FY24F, dengan pertumbuhan EPS yang lebih moderat, namun diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Dengan harga target Rp1.500, yang mengindikasikan PBV sebesar 0,6x, kami memberikan rating "Beli" untuk saham BBTN, yang mencerminkan optimisme terhadap potensi pertumbuhan jangka panjang yang didorong oleh program perumahan pemerintah dan pengelolaan yang hati-hati terhadap biaya pendanaan dan kualitas pinjaman.

    BBTN terus memainkan peran sentral dalam upaya inklusi keuangan melalui program perumahan bersubsidi, yang telah menjadi pilar utama dalam penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah di Indonesia. Dengan skema FLPP baru dan inovasi dalam pembiayaan properti, BBTN diposisikan untuk meraih keuntungan jangka panjang meskipun menghadapi tantangan likuiditas dan persaingan pasar yang ketat.

    Seiring dengan pelaksanaan Program 3 Juta Rumah, BBTN akan tetap menjadi pemain utama dalam sektor perumahan Indonesia, mendorong inklusi keuangan dan meningkatkan kesejahteraan sosial.

    Menurut BRI Danareksa Sekuritas Analyst, Victor Stefano, dan Naura Reyhan Muchlis, implementasi skema baru ini diyakini akan memperkuat posisi BBTN sebagai pemimpin dalam sektor perumahan bersubsidi. Kedua analis mencatat bahwa meskipun ada tantangan likuiditas dan kemungkinan dampak dari perubahan suku bunga, BBTN memiliki landasan yang kuat dalam mendukung program perumahan pemerintah. Mereka menilai bahwa langkah-langkah strategis BBTN, seperti peningkatan suku bunga KPR bersubsidi dan perluasan tenor pinjaman, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan laba dan daya saing bank di pasar. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.