Logo
>

SMIL Buyback Saham Rp7,87 Miliar: Saham Tergelincir, Fundamental Kokoh

SMIL lakukan buyback Rp7,87 miliar di harga Rp486 per saham, manajemen nilai saham undervalued meski valuasi tinggi, kinerja operasional tetap solid.

Ditulis oleh Yunila Wati
SMIL Buyback Saham Rp7,87 Miliar: Saham Tergelincir, Fundamental Kokoh
Salah satu forklift yang disewakan oleh PT Sarana Mitra Luas Tbk. Foto: Dok SMIL.

KABARBURSA.COM - PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) kembali menarik perhatian pelaku pasar setelah merealisasikan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp7,87 miliar pada Rabu, 27 Agustus 2025. Dalam aksi tersebut, perseroan memborong 16,2 juta lembar saham di harga Rp486 per saham, setara 0,9 persen dari total saham beredar. 

Langkah ini menambah porsi kepemilikan hasil buyback menjadi 20,60 juta lembar atau 0,11 persen, melanjutkan aksi sebelumnya pada 25 Agustus ketika SMIL mengakuisisi 4,4 juta lembar saham di kisaran Rp458–Rp462.

Direktur Utama SMIL Hadi Suhermin, menegaskan bahwa keputusan buyback merupakan bentuk investasi langsung sekaligus cerminan keyakinan manajemen terhadap prospek bisnis. Menurutnya, harga saham SMIL saat ini masih undervalued bila dibandingkan dengan fundamental perseroan. 

Sentimen ini diperkuat dengan fakta bahwa Hadi sendiri aktif menambah kepemilikan saham sepanjang tahun, termasuk transaksi besar pada Februari dan April lalu dengan nilai akumulasi puluhan miliar rupiah.

Secara teknis, saham SMIL sempat terkoreksi tipis 0,82 persen ke level Rp484 pada perdagangan terakhir, setelah sempat menyentuh Rp492. Namun dalam rentang yang lebih panjang, kinerja saham terbilang impresif. 

Secara bulanan, harga sudah melonjak 53 persen, sementara dalam enam bulan terakhir naik lebih dari 74 persen. Bahkan sepanjang tahun berjalan (YtD), kenaikannya mencapai 148 persen, menempatkan SMIL sebagai salah satu saham yang mencetak lonjakan signifikan di pasar.

Kondisi Keuangan Campuran, Profitabilitas Solid

Dari sisi fundamental, SMIL menghadirkan kondisi keuangan yang campuran. Perusahaan mencatat Price to Earnings Ratio (PER) TTM sebesar 44,74, relatif tinggi dibanding median IHSG di 8,92, yang menandakan valuasi mahal. 

Meski demikian, profitabilitas terlihat solid dengan margin laba bersih 21,18 persen, return on equity (ROE) 12,73 persen, dan operating profit margin mencapai 37,78 persen. Pertumbuhan laba kuartalan juga impresif, dengan net income naik 137,83 persen secara tahunan.

Di sisi neraca, posisi keuangan SMIL tergolong sehat. Current ratio sebesar 4,84 dan quick ratio 3,92 menegaskan likuiditas yang kuat. Debt to equity ratio hanya 0,45, menunjukkan tingkat utang yang masih terkendali. Altman Z-score di 5,72 menandakan perusahaan berada dalam zona aman dari risiko kebangkrutan. 

Namun, tantangan nyata terlihat pada arus kas, yaitu free cash flow TTM tercatat negatif Rp29 miliar, yang bisa memberi tekanan pada pendanaan ekspansi jangka panjang.

Dari perspektif investor, buyback yang dilakukan SMIL memberi sinyal kepercayaan manajemen bahwa harga saham saat ini belum mencerminkan nilai intrinsiknya. 

Dengan free float sebesar 17,46 persen dan jumlah investor mencapai 7.219 orang, aksi ini juga diharapkan dapat memperkuat struktur kepemilikan sekaligus menjaga stabilitas harga di pasar. Kendati demikian, valuasi yang sudah tinggi menjadi pertimbangan penting bagi investor baru.

Secara keseluruhan, SMIL berada pada fase yang menarik. Dari sisi pasar, sahamnya tengah menikmati tren bullish tajam, sementara fundamental memperlihatkan kombinasi antara profitabilitas kuat dan valuasi premium. 

Bagi investor jangka panjang, buyback menambah keyakinan bahwa manajemen berkomitmen menjaga nilai perusahaan. Namun, bagi trader jangka pendek, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat volatilitas tinggi dan rasio valuasi yang sudah melampaui rata-rata sektor.

Dengan momentum ini, SMIL berhasil mengirim pesan jelas: manajemen percaya pada prospek bisnisnya, dan buyback menjadi strategi untuk mengunci kepercayaan pasar. 

Kini, ujian berikutnya adalah konsistensi kinerja operasional dan kemampuan memperbaiki arus kas agar optimisme tidak hanya terjaga di lantai bursa, tetapi juga tercermin pada fondasi bisnis jangka panjang.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79