Logo
>

SPRE Melantai di BEI, Bidik Pertumbuhan Bisnis Sektor ini

Ditulis oleh Syahrianto
SPRE Melantai di BEI, Bidik Pertumbuhan Bisnis Sektor ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk (SPRE) resmi melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 3 Juli 2024. Emiten produsen perlengkapan rumah asal Padang, Sumatera Barat ini, menjadi perusahaan tercatat atau emiten ke-26 yang listing di 2024.

    Direktur Utama SPRE Rizet Ramawi mengatakan, perseroan menawarkan sebanyak 240 juta lembar saham baru kepada publik, dengan harga penawaran sebesar Rp125 per saham. Adapun nominal IPO yang dibidik perseroan mencapai Rp30 miliar.

    "Dengan IPO ini, kami membuka peluang sebesar-besarnya bagi masyarakat umum untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam catatan sejarah perseroan,” kata Rizet.

    Rencananya, 90,71 persen dari dana IPO itu bakal dipakai untuk membeli persediaan bahan baku. Kemudian sisanya sekitar 9,29 persen akan dipakai untuk pembelian mesin baru serta membeli dua unit truk dan satu unit kendaraan operasional.

    Perseroan telah menunjuk PT MNC Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek. Proses bookbuilding telah dilaksanakan pada 10-12 Juni 2024, dan Perseroan melaksanakan penawaran umum pada 27 Juni-1 Juli 2024.

    Prospek Bisnis SPRE

    Lebih lanjut Rizet menyampaikan beberapa hal mengenai prospek usaha di bidang bisnis dari Soraya Berjaya Indonesia. Menurutnya, bidang usaha perseroan yang bergerak dalam produksi perlengkapan kamar tidur dan aksesoris rumah tangga itu berpeluang untuk terus tumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah rumah tangga dan daya beli masyarakat.

    Meskipun penjualannya sempat mengalami penurunan pada kuartal III-2023, daya beli masyarakat khususnya di pulau Sumatera atas produk-produknya cukup meningkat di periode Juni 2024 secara tahunan.

    “Tahun ini penjualan kami meningkat lebih kurang 5-10 persen per Juni secara tahunan karena ada event HUT kami yang diadakan secara besar-besaran,” ungkap Rizet.

    Dikatakan Rizet, tahun ini, perseroan menargetkan kenaikan pendapatan (revenue) sebesar lebih dari Rp60 miliar dari sekitar Rp49 miliar di tahun 2023. Sementara untuk laba bersih akan didongkrak 15-20 persen dari realisasi tahun lalu yang berada di kisaran Rp3 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan menambah agen-agen penjual di seluruh pulau Sumatera.

    “Kami juga akan meningkatkan produksi untuk menunjang itu dan di tahun 2025, kami akan buka satu cabang di kota Jambi dan di 2027 kita akan buka cabang di kota Medan sehingga pasar kita memang masih fokus di Sumatera,” beber dia.

    Menurut Rizet, bisnis perlengkapan kamar tidur di Indonesia bertumbuh dalam jangka panjang. Faktor-faktor seperti pertumbuhan pasar perabotan rumah tangga, tren desain interior dan fashion, perkembangan teknologi dan belanja online, serta kebutuhan masyarakat akan perlengkapan kamar tidur sebagai kebutuhan pokok, membuat prospek bisnis perlengkapan kamar tidur menjanjikan.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menyebutkan, konsumsi rumah tangga menyumbang 53 persen dari total PDB Indonesia. Besarnya kontribusi tersebut dipengaruhi oleh kategori perlengkapan rumah tangga sebagai sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,55 persen dari total konsumsi rumah tangga masyarakat Indonesia.

    Pertumbuhan pasar perabotan rumah tangga, tren desain interior dan fashion, perkembangan teknologi, belanja online, serta kebutuhan dasar akan perlengkapan kamar tidur, menjadikan prospek bisnis ini sangat menjanjikan untuk jangka panjang.

    PT Soraya Berjaya Indonesia Tbk, yang telah berdiri selama 24 tahun, merupakan pemimpin dalam industri perlengkapan kamar tidur di Sumatera. Dengan 2 pabrik dan 6 gerai, Perseroan memasarkan produknya melalui berbagai saluran, termasuk online dan offline, serta memiliki sertifikasi SNI dan ISO untuk produknya.

    Prospek bisnis perlengkapan kamar tidur di Indonesia terus menjanjikan dengan pertumbuhan pasar perabotan rumah tangga dan peningkatan daya beli masyarakat.

    Perdagangan Perdana SPRE

    Dalam aksi kali ini, harga saham SPRE tercatat naik tipis. SPRE membuka perdagangan perdananya, Rabu, 3 Juli 2024 dengan menguat 2,4 persen ke level Rp128 per saham. Tak lama setelahnya SPRE melonjak 5,6 persen dan berada di level Rp135 per saham.

    Hingga akhir perdagangan sesi pertama pada Rabu, 3 Juli 2024, berada di level Rp133 per saham atau menguat 6,40 persen. Kapitalisasi pasar SPRE mencapai Rp106,40 miliar.

    Sebagai gambaran, SPRE berhasil mengantongi penjualan sebesar Rp 49,13 miliar pada 2023. Penjualan SPRE melesat 448 persen secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 8,96 miliar di tahun sebelumnya.

    Dari sisi bottom line, SPRE membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp2,93 miliar. Keuntungan Soraya Berjaya meningkat dari Rp907,48 juta pada 2022. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.