KABARBURSA.COM - Starlink Indonesia telah mengubah strategi penawaran paket berlangganan internet satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO). Awalnya, perusahaan memberikan diskon hingga Rp3 juta untuk paket berlangganan, yang berakhir pada 10 Juni 2024. Namun, kini, meskipun masih memberikan diskon, potongan maksimalnya telah dikurangi menjadi Rp1,9 juta. Diskon tersebut berlaku untuk pembelian perangkat set. Harga normal perangkat adalah Rp7,8 juta dengan biaya langganan termurah Rp750.000 per bulan untuk paket individu rumah.
"Internet berkecepatan tinggi, di mana pun Anda tinggal. Rp5.900.000 untuk perangkat keras. Rp750.000 per bulan untuk layanan," tulis Starlink Indonesia dalam salah satu unggahan mereka di media sosial, yang meresmikan layanan satelit di Bali pada 19 Mei kemarin.
Meskipun harga diskon masih menguntungkan, perubahan ini mencerminkan strategi baru perusahaan dalam menarik pelanggan dan menghadirkan layanan internet berkecepatan tinggi di seluruh Indonesia.
Untuk segmen bisnis, Starlink menawarkan tarif yang bervariasi, dengan harga termahalnya mencapai Rp86 juta. Biaya perangkatnya sebesar Rp43,7 juta. Dengan berbagai pilihan paket yang ditawarkan, Starlink Indonesia berupaya menjangkau berbagai kalangan pelanggan, mulai dari individu hingga bisnis, dengan menawarkan akses internet cepat di mana pun mereka berada.
Namun, kehadiran Starlink di Indonesia tidak terlepas dari kontroversi. Beberapa pihak mengkritik perusahaan karena dugaan praktik harga predatorinya.
"Jadi bisa dibandingi berapa perbedaan harganya," ucap Sekjen Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Sigit Jatipuro, dalam sebuah wawancara dengan media lokal, merujuk pada perbandingan harga antara layanan Starlink dan penyedia layanan satelit lokal lainnya.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) juga mengkhawatirkan dampak dari kehadiran Starlink terhadap keberlangsungan usaha penyedia layanan internet lokal. Mereka mengingatkan bahwa persaingan yang sehat di pasar telekomunikasi sangat penting untuk melindungi industri lokal dan mencegah praktik ilegal seperti penyebaran aktivitas judi online dan pornografi.
Dalam menanggapi pernyataan-pernyataan tersebut, pemerintah juga turut bersuara. Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas) menyatakan perlunya regulasi yang memastikan keamanan data dan persaingan usaha yang sehat di sektor telekomunikasi. Kementerian Kominfo juga diminta untuk melakukan penyelarasan agar Starlink dan penyedia layanan telekomunikasi lainnya dapat bersaing secara sehat dan adil.
Dengan adanya perubahan dalam penawaran paket dan respons dari berbagai pihak terhadap kehadiran Starlink, industri telekomunikasi Indonesia menghadapi tantangan dan peluang baru. Diharapkan bahwa dengan regulasi yang tepat dan persaingan yang sehat, masyarakat Indonesia dapat menikmati layanan internet berkualitas dengan harga yang terjangkau, sambil tetap melindungi keberlangsungan usaha penyedia layanan lokal.
Kelemahan Starlink
Layanan Internet Starlink, meskipun menawarkan akses internet global yang ambisius, memiliki sejumlah kelemahan yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, ketidakstabilan jaringan menjadi salah satu kekhawatiran utama. Dikarenakan Starlink menggunakan satelit dalam orbit rendah, jaringannya rentan terhadap gangguan cuaca dan faktor lingkungan lainnya. Ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan sinyal yang dapat mempengaruhi kualitas dan ketersediaan layanan internet.
Kedua, kapasitas terbatas juga menjadi masalah. Layanan internet berbasis satelit memiliki batasan kapasitas, dan jika penggunaan melebihi kuota yang tersedia, kecepatan internet dapat menurun drastis atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Meskipun Starlink mengklaim tidak ada batasan kuota, peningkatan penggunaan atau jumlah perangkat yang terhubung dapat menguras kapasitas jaringan.
Selanjutnya, meningkatnya jumlah satelit di orbit juga menimbulkan risiko kecelakaan antariksa. Dengan ratusan bahkan ribuan satelit Starlink yang direncanakan, ada kekhawatiran tentang kemungkinan tabrakan antara satelit tersebut, yang dapat menyebabkan penumpukan puing-puing antariksa dan meningkatkan risiko tabrakan lebih lanjut. Ini tidak hanya mengancam misi antariksa masa depan tetapi juga kelestarian lingkungan antariksa.
Terakhir, biaya yang tinggi menjadi faktor penghambat bagi sebagian orang. Selain biaya berlangganan yang tinggi, pengguna juga diharuskan membeli perangkat 'Starlink Kit' dengan biaya yang signifikan. Hal ini menjadikan Starlink lebih mahal dibandingkan dengan paket internet serat optik atau penyedia broadband lainnya.
Untuk sebuah layanan internet, Starlink masuk kategori lebih mahal. Beberapa provider yang memanfaatkan jaringan broadband. Harga berlangganan mulai Rp750.000 dan Anda harus membeli perangkat ‘Starlink Kit’ Rp7,8 juta.
Meskipun demikian, Starlink tetap menjadi pilihan yang menarik untuk memberikan akses internet di daerah-daerah terpencil atau yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel tradisional. Namun, pengguna perlu mempertimbangkan secara cermat kelebihan dan kekurangan layanan ini sebelum membuat keputusan penggunaannya.(*)