KABARBURSA.COM - BTN dikabarkan membatalkan rencananya untuk mengakuisisi Bank Muamalat Indonesia. Kabar ini semakin ramai dibicarakan di kalangan ekonom dan pasar keuangan. Menurut beberapa sumber, kedua pihak sulit mencapai kata sepakat sehingga memilih untuk fokus pada strategi masing-masing.
BTN sekarang lebih fokus mengembangkan unit usaha syariah (UUS), seiring dengan perintah dari Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023. Di sisi lain, Bank Muamalat tengah melanjutkan agenda konsolidasi dan mencari mitra strategis, termasuk melalui rencana penawaran umum perdana (IPO).
“Rumor tentang pembatalan akuisisi BTN sepertinya memang benar. Selama proses due diligence, kedua belah pihak mungkin tidak sejalan dalam visi mereka, sehingga memilih jalur yang berbeda,” ujar Sutan Emir Hidayat dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
Dia menambahkan bahwa kendala teknis, seperti masalah akad kredit eksisting dan struktur pemegang saham, mungkin menjadi faktor penentu. “Jika terlalu banyak hambatan, pisah adalah pilihan terbaik,” tambahnya.
Muhammadiyah juga menyarankan agar Bank Muamalat tetap mandiri, bukan bergabung dengan keluarga BUMN. “Tidak semua proses due diligence harus berujung pada merger dan akuisisi,” kata Anwar Abbas dari Majelis Ulama Indonesia.
Direktur Eksekutif Segara Research & Institute, Piter Abdullah, juga menyatakan bahwa kesepakatan valuasi mungkin tidak tercapai antara BTN dan BPKH, pemegang saham Muamalat. Hal ini bisa mempengaruhi keputusan akhir mereka.
Dengan demikian, meskipun proses akuisisi terhenti, kedua bank akan fokus pada strategi masing-masing untuk menghadapi tantangan di masa depan.
Kinerja Bank Muammalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk melaporkan penurunan signifikan laba bersih yang bisa diatribusikan kepada pemilik pada Maret 2024, mencapai Rp 2,78 miliar, mengalami penurunan sebesar 72,82 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan penurunan pendapatan setelah distribusi bagi hasil.
Menurut laporan keuangannya yang dirilis pada Rabu (8/5/2024), pendapatan dari penyaluran dana bank mengalami kenaikan sebesar 18,53 persen secara tahunan menjadi Rp 526,55 miliar. Namun, bagi hasil untuk pemilik dana investasi naik lebih tinggi, yaitu 23,29 persen menjadi Rp 477,16 miliar. Akibatnya, pendapatan setelah distribusi bagi hasil bank mengalami penurunan sebesar 13,62 persen menjadi Rp 49,38 miliar.
Tekanan pada bagi hasil juga tercermin dari penurunan rasio net imbalan (NI) bank sebesar 9 basis poin (bps) menjadi 0,35 persen.
Bank Muamalat juga mencatat penurunan pada pendapatan berbasis komisi atau fee based income. Pendapatan dari komisi, provisi, dan administrasi turun 48,57 persen secara tahunan menjadi Rp 130,06 miliar.
Di sisi lain, total penyaluran pembiayaan Bank Muamalat per 31 Maret 2024 mencapai Rp 21,4 triliun, meningkat 10,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan rasio pembiayaan terhadap simpanan (FDR) naik secara tahunan dari 42,47 persen menjadi 46,32 persen pada akhir Maret 2024.
Dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh 1,3 persen secara tahunan dari Rp 45,5 triliun menjadi Rp 46,1 triliun. Giro, sebagai bagian dari strategi aktif perusahaan dalam layanan pengelolaan keuangan berbasis internet (CMS), menjadi faktor penting dengan pertumbuhan 39,4 persen secara tahunan.
Direktur Utama Bank Muamalat, Indra Falatehan, menjelaskan bahwa pertumbuhan dana murah atau CASA, khususnya giro, menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kenaikan sebesar 11,7 persen tahunan. Keterpercayaan nasabah terhadap Bank Muamalat terjaga baik, didukung dengan kerja sama aktif di sektor pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Bank Muamalat juga menawarkan layanan CMS bernama MADINA yang meningkatkan penempatan giro untuk transaksi nasabah.
Sementara itu, aset Bank Muamalat naik 5,4 persen secara tahunan menjadi Rp 64,9 triliun. Kualitas aset bank juga mengalami peningkatan dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross turun dari 2,75 persen menjadi 2,22 persen dalam setahun. Namun, NPF net meningkat dari 0,75 persen menjadi 1,17 persen dalam periode yang sama.
Kinerja BTN
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) mencatat kinerja positif sepanjang tahun 2023 dengan meraih laba sebesar Rp3,5 triliun, mengalami kenaikan 14,94 persen secara tahunan (yoy) dari Rp3,04 triliun.
"Dalam tahun 2023, kami berhasil meningkatkan pendapatan fee base income secara signifikan. Ini luar biasa karena meskipun NII (net interest income) menghadapi tekanan, kami berhasil melakukan perubahan strategis dalam bisnis transaksi. Fee base income tumbuh 60,1 persen yoy, mencapai Rp3,2 triliun," ujar Nixon L.P Napitupulu, Direktur Utama BTN, dalam konferensi pers pada Senin, 12 Februari 2024.
Peningkatan laba juga didukung oleh pendapatan bunga bersih yang naik 9,2 persen yoy menjadi Rp28,27 triliun hingga akhir 2023. Namun, beban bunga BTN juga meningkat 36,31 persen yoy menjadi Rp20,05 triliun.
Dari sisi intermediasi, BTN berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp333,7 triliun, meningkat 11,9 persen yoy selama tahun 2023. Kualitas kredit juga terjaga dengan NPL (non performing loan) net yang turun menjadi 3,01 persen dari 3,38 persen tahun sebelumnya.
Di sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) BTN mencapai Rp349,93 triliun pada tahun 2023, naik 8,7 persen yoy dari Rp321,94 triliun pada akhir tahun 2022.
"DPK kami tumbuh 8,7 persen, jauh melebihi pertumbuhan DPK nasional yang hanya 3,8 - 4 persen, hampir dua kali lipat dari pertumbuhan nasional," tambah Nixon.
Dengan demikian, total aset BTN juga mengalami kenaikan signifikan, naik 9,1 persen yoy menjadi Rp438,75 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp402,15 triliun. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.