KABARBURSA.COM – PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp122,4 miliar hingga November 2025.
Pasca Initial Public Offering (IPO) , posisi permodalan Superbank semakin solid dan mendorong perseroan memenuhi kriteria Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti atau KBMI 2.
KBMI merupakan klasifikasi bank yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan besaran modal inti. Bank yang masuk dalam kategori KBMI 2 adalah bank dengan modal inti di atas Rp6 triliun hingga Rp14 triliun. Status tersebut menandakan bahwa bank memiliki permodalan yang lebih kuat dan stabil dibandingkan bank dengan modal inti lebih kecil.
Bagi Superbank, masuk ke dalam kelompok KBMI 2 memberikan sejumlah manfaat strategis. Dengan modal inti yang lebih besar, ruang gerak perseroan dalam mengembangkan bisnis menjadi lebih luas, termasuk dalam memperluas penyaluran kredit, mengembangkan produk dan layanan digital, serta meningkatkan kapasitas teknologi dan manajemen risiko.
Selain itu, status KBMI 2 juga memperkuat persepsi pasar terhadap ketahanan dan kredibilitas Superbank sebagai emiten perbankan digital yang telah memiliki fondasi permodalan memadai.
Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, menyebut kinerja positif Superbank hingga November 2025 ditopang oleh lonjakan pendapatan bunga bersih yang tumbuh signifikan sebesar 165 persen secara tahunan menjadi Rp1,4 triliun.
Pertumbuhan itu juga diklaim sejalan dengan ekspansi intermediasi yang agresif namun terukur, tercermin dari Dana Pihak Ketiga yang melonjak 149 persen secara tahunan menjadi Rp11,0 triliun, serta penyaluran kredit yang meningkat 58 persen menjadi Rp9,3 triliun.
Seiring dengan itu, total aset Superbank tercatat tumbuh 69 persen menjadi Rp18,0 triliun per akhir November 2025. Tigor menegaskan bahwa capaian tersebut mencerminkan fondasi bisnis perseroan yang semakin kuat.
“Pertumbuhan jumlah nasabah, peningkatan aktivitas transaksi, dan kinerja keuangan yang berkelanjutan menunjukkan bahwa model bisnis Superbank semakin matang,” ujar Tigor melalui keterangan tertulis yang diterima KabarBursa.com pada Ahad, 21 Desember 2025.
Dari sisi operasional, akselerasi pertumbuhan terlihat jelas sejak peluncuran aplikasi digital pada Juni 2024. Hingga November 2025, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah di seluruh Indonesia.
Aktivitas pengguna juga terus meningkat, tercermin dari rata-rata transaksi harian yang telah menembus lebih dari 1 juta transaksi per hari. Pada kuartal ketiga 2025, jumlah transaksi bahkan melonjak lebih dari 40 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Tigor menambahkan, fokus perseroan tetap pada penguatan layanan perbankan digital yang relevan dan berkelanjutan.
“Fokus kami tetap pada membangun layanan perbankan digital yang relevan dengan kebutuhan sehari-hari, dijalankan secara prudent, dan didukung oleh fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata dia.
Menurut dia melalui status KBMI 2 pasca IPO pada 17 Desember 2025, Superbank kini memiliki pijakan yang lebih kuat untuk memasuki fase pertumbuhan berikutnya sebagai perusahaan publik.
Dukungan permodalan yang lebih besar, basis nasabah yang terus berkembang, serta peningkatan aktivitas transaksi menempatkan Superbank pada posisi strategis untuk memperkuat daya saing di tengah industri perbankan digital nasional yang semakin kompetitif.(*)