KABARBURSA.COM - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa APBN masih mengalami surplus hingga pertengahan Maret 2024. Namun, nilai surplus APBN tersebut mengalami penurunan dari posisi awal tahun 2024.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa APBN mencatatkan surplus sebesar Rp22,8 triliun hingga 15 Maret 2024, setara dengan 0,10 persen dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
Data Kemenkeu menunjukkan bahwa nilai surplus APBN pada Januari 2024 mencapai Rp31,3 triliun, atau setara dengan 0,14 persen dari PDB.
Meskipun terjadi penurunan, Sri Mulyani menyebut bahwa kondisi APBN masih baik.
“APBN masih dapat berjalan cukup baik dan solid,” ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Maret 2024 di Kantor Kemenkeu, Jakarta, pada Senin, 25 Maret 2024.
Dia menjelaskan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh realisasi pendapatan negara yang menurun, sementara belanja negara tumbuh pesat.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp439,2 triliun, setara dengan 17,6 persen dari target APBN, yang lebih rendah 5,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Penurunan pendapatan tersebut terutama disebabkan oleh fenomena high base effect, dimana pertumbuhan penerimaan negara yang signifikan pada tiga tahun terakhir mengalami normalisasi pada tahun ini.
Sri Mulyani menambahkan, bahwa realisasi belanja negara telah mencapai Rp470,3 triliun, atau setara dengan 14,1 persen dari pagu APBN, meningkat 18,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan perkembangan tersebut, APBN masih mencatatkan surplus keseimbangan primer sebesar Rp132,1 triliun.
Keseimbangan primer merupakan total pendapatan negara dikurangi pengeluaran negara, di luar pembayaran utang.
“Posisi APBN masih mengalami surplus, sebesar Rp22,8 triliun atau 0,1 persen dari PDB, dengan keseimbangan primer surplus Rp132,1 triliun,” jelas Sri Mulyani. (*/adi)