Logo
>

Surplus Dagang RI Tembus USD1,46 Miliar, India Terbesar

Ditulis oleh Syahrianto
Surplus Dagang RI Tembus USD1,46 Miliar, India Terbesar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada bulan April 2024, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap beberapa negara. India memimpin dengan surplus senilai USD1,46 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat (AS) dengan surplus USD1,09 miliar, dan Filipina dengan surplus sebesar USD700 juta.

    Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan yang penting dengan India disebabkan oleh hasil yang baik dari beberapa kategori barang, termasuk bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan atau tumbuhan (HS15), serta logam mulia dan perhiasan/permata (HS71).

    Sementara itu, dengan AS, surplus perdagangan tercatat menurun dibandingkan kinerja Maret 2024 sebesar USS1,50 miliar. Capaian surplus April 2024 masih lebih tinggi dibanding April tahun lalu yang sebesar USS914,0 juta.

    Selanjutnya, surplus perdagangan dengan Filipina pada April 2024 tercatat lebih rendah jika dibandingkan capaian bulan Maret yang sebesar USS878,7 juta, sementara pada April 2023 tercatat sebesar USS657,0 juta.

    Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan 3 terdalam Australia defisit USD0,44 juta, Brasil defisit USD0,39 juta, Thailand USD0,16 juta.

    Tak hanya itu, terdapat tiga negara penyumbang defisit pada April 2024, terdalam dengan Australia defisit USD438,5 juta, selanjutnya Brasil tercatat defisit USD388,3 juta, dan Jerman USD155,1 juta.

    “Defisit terdalam yang dialami dengan Australia didorong komoditas bahan bakar mineral atau HS27, bijih logam terak dan abu HS26, dan serealia HS10,” ujarnya.

    Untuk diketahui, Indonesia membukukan surplus neraca dagang pada April. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sudah tercipta selama 48 bulan tanpa putus.

    Terkait itu nilai ekspor Indonesia pada April sebesar USD19,62 miliar dan impor USD16,06 miliar. Dengan demikian, terjadi surplus neraca perdagangan sebesar USD3,56 miliar.

    Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengatakan bahwa catatan surplus beruntun itu bukanlah rekor tertinggi. Sebelumnya, sudah pernah tercipta rentetan surplus yang lebih panjang lagi.

    "Berdasarkan catatan BPS, surplus terpanjang pernah terjadi 152 bulan berturut-turut pada Juni 1995-April 2008. Kemudian, pernah terjadi juga surplus beruntun tetapi hanya dalam 18 bulan pada Januari 2016-Juni 2017," ungkapnya.

    Kinerja Ekspor Merosot

    BPS juga mencatat nilai ekspor pada April 2024 mencapai USD19,62 miliar atau turun sebesar 12,97 persen dibanding Maret 2024. Pudji mengatakan kinerja ekspor pada April 2024 secara bulanan didorong oleh penurunan ekspor non migas.

    Dia mengatakan, ekspor non migas USD18,27 miliar, atau turun sebanyak 14,06 persen. Sementara nilai eskspor migas tercatat sebesar USD1,35 miliar, naik 5,03 persen.

    “Penurunan nilai ekspor April secara bulanan didorong oleh penurunan ekspor non migas terutama pada logam mulia dan perhiasan atau permata yaitu HS 71 dengan andil penurunan sebesar 2,12 persen,” ujar Pudji.

    Lalu, lanjut dia, ada juga mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85 dengan andil penurunan sebesar 1,44 persen. Lalu kendaraan dan bagiannya atau HS 87 dengan andil penurunan sebesar 0,77 persen.

    Pudji menyebut terdapat peningkatan pada ekpor migas. Dia bilang, hal ini didorong oleh peningkatan nilai ekspor gas dengan andil sebesar 0,80 persen.

    Adapun Pudji mengatakan nilai ekspor pada April 2024 secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 1,72 persen. Kata dia, kenaikan ini didorong oleh peningkatan ekspor non migas.

    “Terutama pada logam mulia dan perhiasan atau Permata atau HS 71, kemudian barang dari besi dan baja atau HS 73 dan nikel dan barang daripadanya atau HS 75,” pungkasnya.

    Di sisi lain, Pudji memberikan update sejumlah data pada April 2024. Seperti harga komoditas di pasar internasional yang mengalami peningkatan dibanding Maret 2024. Sebagai contoh harga energi, yang didorong oleh kenaikan batu bara.

    Sementara itu harga logam mulia meningkat cukup signifikan. Kata Pudji, Hal ini disebabkan karena di tengah tekanan geopolitik di Timur Tengah.

    Dia juga membeberkan terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada April 2024. Menurutnya, mata uang Indonesia itu lebih lemah dibanding bulan sebelumnya.

    Dan yang terakhir, Pudji menyampaikan PMI manufaktur negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat China dan India masih berada di zona ekspansi.

    Kekhawatiran Pelaku Bisnis

    Pelaku bisnis memperkirakan bahwa kinerja ekspor akan semakin sulit setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen bulan ini.

    Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno menyatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan tentu akan meningkatkan bunga pinjaman lembaga keuangan, termasuk bunga surat utang negara (SUN).

    “Dampaknya, biaya produksi akan meningkat dan hal ini akan menurunkan daya saing kita sebagai eksportir,” katanya.

    Kondisi ini semakin rumit karena eksportir Indonesia juga akan menghadapi penurunan pangsa pasar akibat tantangan global yang beragam. Benny menyebut ada setidaknya tiga tantangan utama dalam kinerja ekspor nasional saat ini.

    Pertama, setiap negara tengah melindungi pasar domestiknya dengan mengurangi impor dan cenderung menjadi lebih proteksionis.

    Kedua, kenaikan harga minyak dunia karena ketegangan geopolitik yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya bahan bakar dan logistik bagi eksportir.

    “Ketiga, WTO (World Trade Organization) hampir tidak punya peran dalam tujuannya untuk menjaga perdagangan bebas dan perdagangan global. Sebaliknya, hampir semua negara malah melakukan kebijakan proteksi dengan hambatan nontarif,” kata Benny.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.