KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat (AS) langsung melejit pada Selasa, 26 November 2024, setelah Presiden Terpilih Donald Trump ngumumin bakal pasang tarif impor gila-gilaan. Semua produk dari Meksiko dan Kanada bakal kena tarif 25 persen, sementara barang dari China kena tambahan tarif 10 persen. Langkah ini katanya demi mengatasi imigrasi ilegal dan perdagangan narkoba.
Dilansir dari Reuters, indeks saham di Asia yang sempat menguat sehari sebelumnya langsung balik arah. Padahal, Senin kemarin pasar sempat sumringah setelah Trump menunjuk Scott Bessent, seorang fund manager pro-Wall Street, sebagai Menteri Keuangan. Tapi komentar Trump soal tarif bikin investor balik khawatir.
“Ini kayak Trump mau ngingetin siapa bosnya, meski dia baru aja kasih sinyal positif lewat nominasi Bessent,” kata analis senior di City Index, Matt Simpson.
Indeks Nikkei Jepang ambles 1,4 persen, tergerus kekhawatiran soal tarif yang bakal menghantam industri ekspor besar seperti otomotif. Saham Toyota turun lebih dari 2 persen, sementara Nissan ambruk hampir 4 persen. Pasar saham Australia juga melemah 0,69 persen setelah sehari sebelumnya cetak rekor. Taiwan dan China daratan ikut-ikutan lesu.
Dolar Tancap Gas, Mata Uang Lain Terseok
[caption id="attachment_99140" align="alignnone" width="2061"] Karyawan Haji La Tunrung Money Changer Juanda memamerkan mata uang pecahan 100 dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, 12 November 2024. (Kabar Bursa/Abbas Sandji)[/caption]
Mata uang peso Meksiko jadi korban paling parah, anjlok 1,5 persen ke level 20,58 per USD. Dolar Kanada juga ikut turun 0,9 persen. Bahkan yuan China yang diperdagangkan di luar negeri melemah ke level terendah sejak Juli, meski dampaknya disebute nggak separah Meksiko dan Kanada.
Di sisi lain, euro dan poundsterling juga kena imbas, masing-masing turun 0,2 persen dan 0,17persen. Sementara itu, yen Jepang sempat menguat tapi akhirnya melemah 0,3 persen setelah dolar kembali perkasa.
“Trump udah sering bilang, ‘Kata paling indah di kamus itu tarif,’ jadi harusnya inie nggak kagetin. Yang bikin pasar kepukul itu waktunya yang tiba-tiba,” ujar analis mata uang di ITC Markets, Sean Callow.
Bitcoin Stabil, Emas dan Komoditas Tertekan
[caption id="attachment_51804" align="alignnone" width="709"] BITCOIN - Harga Bitcoin mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, mencapai sekitar USD93.000 (setara dengan Rp1,47 miliar dengan kurs Rp15.830 per dolar AS). (Foto: Unsplash/Jievani Weerasinghe)[/caption]
Bitcoin justru naik 1 persen ke USD94.661, merangkak lagi setelah minggu lalu nyaris tembus USD100.000. Spekulasi pasar bahwa Trump bakal lebih ramah pada regulasi kripto bikin aset digital ini tetap menarik. Di sisi lain, emas terpeleset ke level terendah seminggu di USD2.604 per ons gara-gara dolar yang makin kuat.
Tembaga di London Metal Exchange juga turun 0,4 persen ke USD9.010 per ton, sementara kontrak tembaga di Shanghai hanya turun tipis 0,1 persen. Harga minyak sedikit rebound setelah kemarin anjlok. Brent Crude naik 0,25 persen ke USD73,19 per barel, sedangkan WTI naik 0,23 persen ke USD69,10 per barel.
Investor kini sibuk menghitung dampak langkah Trump terhadap ekonomi global. Analis Gary Ng dari Natixis bilang, “Tarif China mungkin enggak sebesar ancaman buat Kanada dan Meksiko, tapi tetap bikin aset China tertekan, terutama sektor ekspor.”
Meski dolar terus menguat, pasar masih menanti kelanjutan drama Trump. Apakah ini hanya gertakan awal, atau benar-benar jadi langkah awal dari perang dagang babak baru.
Langkah Awal Trump di Kursi Presiden
Setelah bikin heboh dengan ancaman tarif yang mengguncang pasar global, Trump ternyata nggak cuma berhenti di situ. Fokusnya nggak hanya di perdagangan internasional, tapi juga merambah sektor energi dengan rencana besar yang sudah disiapkan tim transisinya. Kalau tarif jadi senjata Trump buat menekan negara-negara mitra dagang, langkah di bidang energi ini menunjukkan ambisinya untuk memperkuat posisi AS sebagai raksasa energi.
Dilansir dari Reuters, tim transisinya sudah merancang strategi yang mencakup izin ekspor proyek gas alam cair (LNG) baru, serta perluasan pengeboran minyak di lepas pantai dan lahan federal. Semua ini sesuai janji kampanyenya untuk memperkuat ketahanan energi AS. Nampaknya, Trump tidak hanya ingin mengubah peta perdagangan global, tapi juga mengukuhkan AS sebagai raksasa energi dunia.
Begitu resmi jadi presiden, langkah pertama dia adalah cabut aturan Biden yang sempat ngerem izin ekspor LNG. Izin-izin yang selama ini nyangkut di meja birokrasi bakal langsung dilolosin, plus pengeboran di lahan federal juga bakal dikebut. Bahkan, dia siap hidupin lagi rencana pengeboran lima tahunan di lepas pantai AS, termasuk jualan sewa lahan pengeboran lebih banyak.
Yang enggak kalah panas, Trump mau hidupin lagi Keystone Pipeline, proyek yang pernah bikin geger para aktivis lingkungan. Dulu, Biden sempat stop proyek ini, tapi Trump bakal teken izinnya di hari pertama. Meski gitu, perusahaan yang minat bangun pipa ini harus mulai dari nol lagi karena hak lahan udah dikembalikan ke pemiliknya.
“Rakyat Amerika bisa santai, Trump bakal pakai semua kekuatan eksekutifnya dari hari pertama buat buktiin janjinya,” kata Karoline Leavitt, jubir tim transisinya.
Sebagai produsen gas alam terbesar dunia, AS sempat jadi eksportir LNG nomor satu di 2022. Itu gara-gara Eropa butuh alternatif setelah lepas dari ketergantungan energi Rusia akibat invasi Ukraina. “Isu LNG ini kayak peluang emas, dan Trump enggak main-main buat manfaatin momen ini,” kata salah satu sumber yang tahu soal rencananya.(*)