KABARBURSA.COM - Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) kembali menunjukkan pergerakan melemah pada perdagangan Selasa, 28 Oktober 2025. Di sesi pertama, sahamnya ditutup turun tipis di level Rp785, atau terkoreksi 0,63 persen dari sesi sebelumnya.
Selama perdagangan, saham TBLA sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp800. Namun, tekanan jual yang cukup kuat di pertengahan sesi membuat saham ini kehilangan momentum kenaikan dan kembali ke area bawah.
Nilai transaksi hariannya tercatat sekitar Rp1,2 miliar dengan volume hanya 15 ribu lot. Angka ini jauh menurun dibandingkan rata-rata pekan sebelumnya. Sepertinya pasar sedang berada dalam fase menunggu arah baru, dengan minat beli yang masih terbatas dan tekanan jual yang belum sepenuhnya mereda.
Secara teknikal, posisi TBLA saat ini diperkirakan tengah berada dalam fase wave [iv] dari wave C, menurut analisis MNC Sekuritas. Artinya, saham sedang bergerak dalam fase korektif jangka pendek setelah mengalami reli terbatas di pertengahan Oktober.
Struktur seperti ini lazim terjadi ketika saham memasuki tahap retracement untuk menguji ulang area support sebelum melanjutkan tren utama berikutnya.
Rekomendasi buy on weakness di kisaran Rp755–Rp775 menjadi panduan teknikal yang logis, karena area tersebut berpotensi menjadi titik balik harga jika tekanan jual mulai mereda. Sementara itu, target jangka pendek ditetapkan di Rp830–Rp845, dengan batas stoploss di bawah Rp745 untuk mengantisipasi penembusan support psikologis.
Dari sisi pergerakan pasar, karakter transaksi TBLA hari ini cenderung lemah. Volume perdagangan yang menurun drastis menunjukkan adanya penurunan minat beli sementara, terutama setelah saham sempat naik konsisten selama dua pekan terakhir dari level 735 menuju 800-an.
Data orderbook memperlihatkan keseimbangan pasar yang mulai condong ke sisi jual. Hal ini terlihat dari total antrian offer di atas harga pasar mencapai sekitar 74 ribu lot, jauh lebih besar dibandingkan antrian bid di bawah harga pasar yang hanya 26 ribu lot.
Kondisi ini mencerminkan tekanan jual yang masih mendominasi, meskipun belum dalam kategori agresif.
Jika diperhatikan, sebagian besar tekanan berada di rentang Rp795–Rp805, dengan volume jual yang cukup besar di area tersebut. Pelaku pasar sepertinya cenderung melepas saham ketika harga mendekati batas atas harian.
Namun, ada hal menarik di sisi pembelian. Antrian bid terbesar tercatat di kisaran Rp775–Rp785, di mana mulai muncul buying support dari investor yang memanfaatkan pelemahan harga untuk menambah posisi.
Pola seperti ini sering kali menandakan fase bottom testing, yaitu pasar sedang menguji batas bawah sebelum menentukan arah selanjutnya. Apabila tekanan jual mereda dan volume mulai meningkat kembali di area Rp770-an, potensi technical rebound akan terbuka cukup lebar.
Dari broker summary, terlihat bahwa pergerakan TBLA hari ini masih didominasi oleh transaksi menengah dengan partisipasi merata antara pelaku ritel dan institusional kecil. Broker seperti GR, XL, dan BK mencatatkan transaksi terbesar, masing-masing dengan nilai antara Rp300–460 juta, di harga rata-rata Rp795–Rp803.
Ini menunjukkan adanya aktivitas distribusi ringan di harga atas, seiring investor yang mengambil keuntungan jangka pendek setelah reli mini pekan lalu. Sementara broker NI, PD, dan CC juga aktif dengan nilai transaksi serupa, tetapi di harga sedikit lebih rendah di kisaran Rp785–Rp794.
Ada indikasi pelaku mulai mengumpulkan posisi kecil di dekat area support. Selain itu, tidak ada dominasi tunggal dari satu broker besar, yang artinya pergerakan TBLA masih ditentukan oleh pasar ritel dan trader jangka pendek, bukan oleh dana institusi.
Secara historis, TBLA sempat menguat hampir 6,7 persen dalam sebulan terakhir, dari level 670 ke 815, sebelum memasuki fase koreksi ringan saat ini. Dalam jangka panjang, saham ini masih mencatatkan kenaikan 28,4 persen sejak awal tahun.
Namun, pergerakan jangka pendek jelas masih dibayangi tekanan jual akibat pelemahan sentimen pada sektor agrikultur dan turunnya minat beli di tengah volatilitas harga komoditas global.
Dengan kondisi seperti ini, TBLA bisa dikatakan sedang berada dalam fase “cooling down” setelah reli singkat. Tekanan jual memang masih terlihat, tapi volume yang menurun justru menandakan potensi koreksi mulai terbatas.
Jika harga mampu bertahan di area Rp755–Rp775 dan muncul peningkatan volume di area tersebut, peluang untuk rebound menuju Rp830–Rp845 cukup terbuka. Sebaliknya, jika tekanan jual kembali meningkat dan harga menembus Rp745, maka pola koreksi berisiko berlanjut menuju area bawah 700.
Secara keseluruhan, TBLA saat ini bukan dalam fase distribusi besar, melainkan dalam proses konsolidasi alamiah setelah kenaikan cepat. Dengan volatilitas rendah dan partisipasi pasar yang tersebar, saham ini tampak sedang mencari pijakan baru sebelum menentukan arah berikutnya.
Bagi investor jangka menengah, fase seperti ini justru bisa menjadi peluang masuk secara bertahap, yaitu dengan memanfaatkan koreksi untuk akumulasi ringan sambil menunggu konfirmasi penguatan volume di pekan-pekan mendatang.(*)