KABARBURSA - Indeks harga konsumen Cina per Mei 2024 naik 0,3 persen (year-on-year) dan lebih rendah dari perkiraan ekonom sebesar 0,4 persen. Kenaikan harga konsumen di Cina yang lebih lemah dari perkiraan itu mengindikasikan bahwa Cina belum terbebas dari tekanan inflasi.
Sementara itu, harga di tingkat pabrik turut memperpanjang laju deflasi yang telah terjadi sejak akhir 2022 silam. Indeks harga produsen pun turun 1,4 persen pada Mei 2024.
Seperti dilansir dari analisa Zhang Zhiwei, Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management dari laman Bloomberg bahwa kebijakan yang lebih komprehensif dan proaktif mencakup sektor fiskal, moneter dan properti mungkin diperlukan untuk meningkatkan permintaan domestik secara lebih efektif.
Menurutnya, pemerintah Cina tengah kesulitan untuk mendorong belanja rumah tangga yang lebih tinggi di tengah kemerosotan sektor properti yang berkepanjangan ditambah suramnya pasar kerja. Sementara turunnya harga produsen mengikis profit perusahaan sehingga membuat perusahaan menunda investasi.
Di sisi lain, ada pula risiko bahwa konsumen akan semakin enggan membelanjakan uangnya karena mengantisipasi harga barang yang lebih murah di masa depan.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.