Logo
>

Terendah dalam 10 Tahun Terakhir, Saham Gudang Garam Anjlok

Ditulis oleh KabarBursa.com
Terendah dalam 10 Tahun Terakhir, Saham Gudang Garam Anjlok

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham perusahaan rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), mengalami penurunan yang signifikan dalam perdagangan hari Senin, tanggal 5 Agustus 2024.

    Sekitar pukul 15.43 WIB, harga saham Gudang Garam turun menjadi Rp15.025, mengalami penurunan sebesar 3,38 persen, dan bahkan sempat menyentuh level terendahnya dalam 10 tahun terakhir di Rp15.000.

    Dalam sepekan terakhir, saham Gudang Garam turun sebesar 9,06 persen. Dalam satu bulan terakhir, saham ini mengalami penurunan sebesar 12,24 persen, sementara dalam periode year to date (ytd) tercatat penurunan yang cukup signifikan, mencapai 40,92 persen.

    Padahal, saham GGRM pernah menembus level Rp90.000 dan sempat menyentuh Rp100.000 dalam perdagangan intraday pada 4 Maret 2019.

    Saham Gudang Garam jatuh seiring dengan kinerja keuangan perseroan yang juga melemah sepanjang semester I-2024.

    Gudang Garam (GGRM) mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitis induk Rp 925,51 miliar sepanjang semester I-2024.

    Angkanya anjlok 71,85 persen dari Rp3,28 triliun pada periode yang sama tahun 2023 lalu.

    Laba per saham juga turun menjadi Rp481 per 30 Juni 2024. Dari Rp1.709 per periode akhir Juni 2023.

    Penurunan laba Gudang Garam (GGRM) dipicu melemahnya pendapatan menjadi Rp50,01 triliun di paruh pertama tahun ini.

    Pada semester pertama tahun lalu, Gudang Garam yang berbasis di Kediri, Jawa Timur ini mencatatkan pendapatan Rp55,85 triliun.

    Biaya pokok pendapatan juga sebenarnya berkurang jadi Rp44,95 triliun. Dari sebelumnya Rp47,91 triliun di enam bulan pertama tahun 2023 lalu.

    Tak mampu menahan laba bruto yang harus turun ke posisi Rp5,06 triliun di Januari hingga Juni 2024. Raihan laba bruto semester I-2023 sebesar Rp7,93 triliun.

    Nasib Saham GOTO dan Bukalapak

    Sementara itu, kinerja emiten teknologi secara umum lebih baik dari perkiraan, meskipun mencatatkan hasil yang lebih lemah pada kuartal II-2024 karena faktor musiman. Lantas, bagaimana dengan GOTO dan Bukalapak (BUKA)?

    Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli mengungkapkan bahwa tren besar berikutnya di Indonesia adalah live commerce. Segmen tersebut sedang booming dengan 83,7 persen masyarakat Indonesia mengaksesnya.

    E-commerce, yang menyumbang 75,6 persen dari gross merchandise value (GMV) sebesar USD82 miliar, melihat minat konsumen yang tinggi didorong oleh harga lebih rendah, pengiriman gratis, dan kenyamanan,” tulis Christopher dalam risetnya.

    Sementara itu, pada kuartal II-2024, gross transaction value (GTV) inti Grup GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) mencapai Rp63,2 triliun atau melonjak 54 persen yoy. Sedangkan GTV Grup GOTO senilai Rp121,5 triliun atau tumbuh 26 persen yoy. Pendapatan kotor meningkat 39 persen yoy menjadi Rp4,3 triliun dan pendapatan bersih melejit 115 persen yoy menjadi Rp 3,5 triliun.

    Adapun kerugian EBITDA GOTO yang disesuaikan mengalami penurunan 95 persen yoy menjadi Rp48 miliar. Sementara itu, rugi bersih perusahaan mencapai Rp954 miliar, mengalami penurunan drastis sebesar 63 persen yoy.

    “Pengguna GOTO yang bertransaksi bulanan meningkat sebesar 20 persen yoy, menandai peningkatan EBITDA yang disesuaikan selama delapan kuartal berturut-turut. GOTO tetap pada jalur pertumbuhan dan profitabilitas,” ungkap Christopher.

    Di lain pihak, total processing value (TPV) Bukalapak (BUKA) pada kuartal II-2024 mendatar di Rp41,2 triliun, dengan O2O Rp21 triliun atau naik 13,8 persen yoy dan marketplace Rp20,2 triliun atau turun 10,8 persen yoy. Pendapatan bersih mencapai Rp1,24 triliun, meningkat 5,9 persen yoy.

    Rekomendasi dan Target Harga Saham

    Pada semester pertama tahun 2024, total nilai transaksi Bukalapak mengalami pertumbuhan sebesar 1,8 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp83 triliun. Sementara itu, pendapatan bersih perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 10,6 persen yoy menjadi Rp2,41 triliun.

    Pada semester pertama tahun 2024, EBITDA Bujakapak yang disesuaikan mengalami peningkatan menjadi minus Rp26 miliar. Sementara itu, laba inti dari perusahaan dengan kode saham BUKA ini mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, melonjak sebesar 324 persen year on year (yoy) menjadi Rp306 miliar.

    Online to offline (O2O) melebihi ekspektasi selama Lebaran dan pasar melihat peningkatan dari divisi game,” ungkap Christopher.

    Meskipun kinerja GOTO dan BUKA membaik, sentimen positif terhadap sektor teknologi masih diperlukan untuk mendorong harga saham. Potensi penurunan suku bunga pada semester II-2024 dapat meningkatkan sentimen di sektor teknologi.

    Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, Mirae memutuskan untuk mempertahankan peringkat netral untuk sektor teknologi secara keseluruhan. Meskipun demikian, Mirae merekomendasikan untuk membeli saham GOTO dengan target harga sebesar Rp80 dan saham BUKA dengan target harga Rp160. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi