KABARBURSA.COM - Emiten sawit lokal, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk atau SSMS tersandung dinamika CPO global. Sahamnya runtuh signifikan dan hasil panennya pun mengalami penurunan hingga 11 persen secara tahunan.
Saat ini SSMS terus beradaptasi dengan dinamika industri minyak kelapa sawit (CPO) global melalui strategi diversifikasi produk turunan yang lebih luas. Dengan tantangan dari faktor iklim dan persaingan dari minyak nabati alternatif, perusahaan tetap optimistis dalam mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.
Pada kuartal ketiga tahun 2024 (3Q24), SSMS mencatat penurunan penjualan sebesar 19 persen secara kuartalan (QoQ), lebih besar dibandingkan dengan penurunan 10 persen yang terjadi pada kuartal sebelumnya (2Q24). Tren ini sejalan dengan pola musiman di mana kuartal pertama dan ketiga cenderung mengalami penurunan dalam volume penjualan.
Namun, berdasarkan data historis, kuartal keempat sering kali menunjukkan lonjakan signifikan. Sebagai contoh, pada 4Q23 dan 4Q22, pertumbuhan penjualan mencapai masing-masing 303 persen dan 85 persen secara kuartalan. Meski demikian, pertumbuhan penjualan pada 4Q24 diperkirakan lebih moderat, seiring dengan pemulihan tingkat utilisasi setelah momentum pertumbuhan CPO yang tinggi serta permintaan yang relatif stabil di pasar domestik dan global.
Dari sisi produksi, luas lahan perkebunan inti yang telah matang meningkat tipis sebesar 0,1 persen menjadi 68.940 hektare dibandingkan dengan 68.901 hektare pada sembilan bulan pertama tahun 2023. Namun, hasil panen tandan buah segar (FFB) per hektare mengalami penurunan sebesar 11 persen secara tahunan menjadi 17 ton per hektare akibat fenomena El Nino yang mengurangi kelembaban tanah dan mengganggu tingkat panen.
Perkebunan SSMS yang berlokasi di Kalimantan Tengah memiliki suhu rata-rata tahunan sebesar 32,5°C, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 29,6°C. Meskipun demikian, suhu ini masih berada dalam rentang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit selama curah hujan tetap terdistribusi dengan baik. Dengan kembali normalnya kondisi iklim, terdapat potensi peningkatan hasil panen pada tahun fiskal 2025.
Produksi minyak kelapa sawit global pada tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 2,97 persen menjadi 79,32 juta ton dari puncaknya di tahun 2023 yang mencapai 81,68 juta ton. Tren ini mengindikasikan bahwa industri minyak sawit mungkin menghadapi kesulitan dalam menembus produksi tahunan di atas 84 juta ton di masa mendatang.
Selain itu, meskipun ekonomi global telah melewati masa sulit akibat pandemi serta ketidakpastian lingkungan seperti El Nino dan La Nina, para produsen CPO masih harus bersaing dengan minyak nabati alternatif seperti minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahari.
Namun demikian, pasar minyak sawit global tetap menunjukkan ketahanan dengan nilai pasar mencapai USD70,4 miliar, di mana lebih dari separuhnya atau sekitar 68,9 persen berasal dari pasar Asia Pasifik.
Dari catatan di atas, Ezaridho Ibnutama dari NH Korindo Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi beli untuk saham SSMS dengan target harga Rp2.750, mencerminkan rasio P/E 13x berdasarkan estimasi EPS untuk tahun fiskal 2025.
Meskipun SSMS diperdagangkan dengan valuasi lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri CPO sebesar 14,28x, premium ini dinilai wajar mengingat perusahaan memiliki Return on Equity (ROE) tertinggi di antara para pesaingnya serta Net Profit Margin (NPM) sebesar 10,3 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang hanya mencapai 8,9 persen.
Dengan strategi diversifikasi produk turunan CPO serta potensi pemulihan produksi di tahun mendatang, SSMS berada dalam posisi yang baik untuk memperkuat daya saingnya di pasar global.
Adaptasi terhadap perubahan iklim dan inovasi produk menjadi kunci bagi perusahaan dalam menghadapi tantangan industri sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan yang tersedia.
Siapkan Rp700 Miliar untuk Capex 2025
Untuk mencapai peningkatan hasil panen di tahun ini, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk mengalokasikan belanja modal (CAPEX) sebesar Rp700 miliar. Direktur Utama SSMS Jap Hartono, menyatakan bahwa anggaran ini dirancang untuk mendukung berbagai aspek operasional dan pengembangan perusahaan, termasuk pemeliharaan perkebunan, pembelian mekanisasi alat berat, serta perawatan mesin.
Namun, sebagian besar dana tersebut akan difokuskan pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas di perkebunan guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas jangka panjang.
Langkah ini sejalan dengan optimisme perusahaan terhadap prospek harga minyak kelapa sawit (CPO) di tahun mendatang. Dengan prediksi peningkatan harga CPO, SSMS menargetkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, mencapai 80 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2024.
Proyeksi ini mencerminkan strategi yang matang dalam memanfaatkan peluang pasar sekaligus meningkatkan efisiensi operasional melalui modernisasi dan penguatan infrastruktur.
Selain fokus pada ekspansi dan peningkatan kapasitas produksi, SSMS juga semakin serius dalam mengembangkan program keberlanjutan jangka panjang. Keberlanjutan dalam bisnis kelapa sawit menjadi salah satu aspek krusial yang tidak hanya berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan tetapi juga memperkuat posisi perusahaan di tengah tuntutan global akan praktik industri yang ramah lingkungan.
Dengan menerapkan strategi keberlanjutan yang terencana, SSMS berharap dapat meningkatkan kepercayaan investor dan memperluas akses ke pasar internasional yang semakin ketat dalam menerapkan standar keberlanjutan.
Secara keseluruhan, rencana investasi besar-besaran SSMS untuk tahun 2025 menunjukkan ambisi perusahaan dalam memperkuat posisinya di industri kelapa sawit. Dengan kombinasi antara strategi ekspansi, optimalisasi operasional, dan inisiatif keberlanjutan, SSMS berupaya menjaga daya saing dan meningkatkan profitabilitas di tengah dinamika pasar yang terus berkembang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.