Logo
>

The Fed: Resesi dan Utang Bayangi Stabilitas Keuangan AS

Ditulis oleh Yunila Wati
The Fed: Resesi dan Utang Bayangi Stabilitas Keuangan AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat mengkhawatirkan terjadinya resesi dan utang yang tinggi membayangi stabilitas keuangan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.

    Mengutip Reuters, Sabtu, 23 November 2024, berdasarkan hasil survey The Fed yang dilakukan pada Agustus hingga Oktober kemarin, yang dilakukan sebelum Trump resmi terpilih, memberikan gambaran tentang risiko ekonomi yang menjadi perhatian utama para pelaku sektor keuangan.

    Dilaporkan, ada sejumlah tantangan yang dapat mempengaruhi stabilitas sektor keuangan AS, yaitu risiko utang, resesi, serta perdagangan global.

    Yang menjadi fokus utama dalam survei tersebut adalah keberlanjutan utang fiskal AS. Mengutip fiscaldata.treasury.gov, utang fiskal AS per 14 November 2024 adalah sebesar USD35,97 triliun. Utang ini mengalami peningkatan sebesar USD2,30 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

    Utang nasional adalah uang yang dipinjam pemerintah federal untuk menutupi saldo pengeluaran yang belum dibayar. Rasio utang terhadap Produk Domestik Brudo (PDB) AS pada tahun 2024 adalah 123 persen. Rasio utang yang tinggi ini menunjukkan bahwa pemerintah akan mengalami kesulitan dalam membayar utangnya.

    Selain itu, peningkatan penerbitan obligasi Treasury, yang diperlukan untuk membiayai defisit federal, dapat berisiko menggeser investasi swasta dan membatasi kemampuan pemerintah merespons krisis ekonomi di masa depan.

    Dengan imbal hasil obligasi Treasury bertenor 10 tahun, yang meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi jangka panjang.

    Tidak berhenti sampai di situ, premi risiko obligasi Treasury berada pada puncak tertinggi sejak 2010. Ini menunjukkan bahwa investor menuntut kompensasi lebih besar untuk memegang obligasi jangka panjang.

    Artinya, ada ketidakpastian yang cukup tinggi mengenai arah kebijakan moneter, prospek pertumbuhan ekonomi, dan inflasi di pemerintahan mendatang.

    Ekonomi Melemah dan Ancaman Perdagangan Global

    Selanjutnya, potensi pelemahan ekonomi menjadi isu yang semakin menonjol, diikuti risiko perang dagang global. Dalam hal ini, pelaku pasar mengkhawatirkan bahwa kebijakan tarif akan menjadi lebih proteksionis. Hal ini seperti yang telah disinyalkan Trump selama masa kampanye.

    Dengan kebijakan yang lebih proteksionis ini, maka dapat memicu langkah balasan dari negara mitra dagang. Di sini, hal tersebut dapat mengurangi arus perdagangan internasional, meningkatkan inflasi, serta menekan aktivitas ekonomi.

    Tekanan terhadap perdagangan global ini dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi secara keseluruhan dan meningkatkan risiko resesi yang dapat berdampak luas.

    Transisi Trump inilah yang nampaknya akan membawa kombinasi kebijakan yang berisiko.

    Trump diperkirakan akan membawa kebijakan fiskal yang agresif, seperti pemotongan pajak dan tarif impor. Kombinasi ini, menurut beberapa ekonom, dapat memicu inflasi sekaligus memperburuk defisit federal yang sebenarnya sudah sangat besar.

    Ketika pasar obligasi terus menuntut imbal hasil yang tinggi, maka kapasitas pemerintah untuk meminjam dengan biaya rendah, dapat terganggu. Di sinilah risiko tekanan ekonomi dapat memburuk.

    Meskipun Trump diyakini dapat mewarisi sistem keuangan yang cukup stabil, beberapa tekanan tersebut mulai terlihat.

    Contohnya saja, nilai aset yang tinggi, termasuk properti komersial, sedang berada di bawah tekanan karena risiko pembalikan harga yang tajam jika sentimen pasar memburuk. Kemudian, meskipun pinjaman rumah tangga lebih moderat, tingkat gagal bayar mulai nampak, terutama di segmen tertentu.

    Keberlanjutan Stabilitas Keuangan

    Dalam laporannya, The Fed juga menyebutkan bahwa sektor perbankan tetap dilaporkan tangguh dengan tingkat modal yang baik. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pertumbuhan 'stablecoin' atau aset digital dalam ekosisten cryptocurrency.

    Pertumbuhan aset digital ini pada dasarnya sangat rentan terhadap aksi penarikan massal. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dalam sektor keuangan juga membawa risiko baru yang perlu diwaspadai.

    Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan Federal Reserve ini mengingatkan kepada pemerintah AS bahwa kebijakan ekonomi yang tidak seimbang dapat memicu volatilitas pasar yang lebih besar.

    Peningkatan utang fiskal, ketegangan perdagangan global, dan pelemahan ekonomi dapat menjadi kombinasi paling berbahaya bagi stabilitas keuangan.

    Bagi pemerintahan Trump yang baru, yang akan dimulai pada Januari 2025, tantangan utamanya adalah menavigasi risiko-risiko tersebut tanpa memperburuk ketidakseimbangan yang sudah ada.

    Dengan pasar obligasi yang semakin sensitif terhadap berita ekonomi, langkah-langkah kebijakan yang berhati-hati dan terukur akan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan pasar.

    Sekali lagi, Federal Reserve memproyeksikan periode yang penuh tantangan bagi sektor keuangan AS, terutama dengan risiko utang dan ketegangan perdagangan yang membayangi.

    Jika pemerintahan Trump berhasil mengelola kombinasi kebijakan fiskal dan perdagangan dengan baik, maka akan menjadi faktor penentu dalam menjaga stabilitas ekonomi, baik di tingkat domestik maupun global.

    Di tengah volatilitas seperti ini, respons kebijakan yang efektif dan fleksibel akan sangat penting untuk menghindari dampak ekonomi yang lebih besar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79