KABARBURSA.COM - Program tiga juta rumah yang dicanangkan pemerintahan Prabowo-Gibran, disebut dapat mencegah terjadinya over suplay. Terkait hal ini, analis menyebut ada beberapa emiten yang akan diuntungkan, seperti SMGR dan INTP.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, mengatakan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) bisa saja terbawa efek positif adanya program perumahan tersebut.
"SMGR maupun INTP sebenarnya sudah mengalami kenaikan harga ya sebelumnya ya," kata dia kepada Kabarbursa.com, Rabu, 30 Oktober 2024.
Berkaca dari catatan itu, Nafan melihat progaram itu menjadi sentimen positif bagi kedua emiten. Jika program ini mampu diimplementasikan, lanjut dia, permintaan semen domestik berpotensi meningkat.
"Sehingga ini juga bisa mencegah terjadinya over supply daripada semen secara domestik," tutur Nafan.
Namun, jika melihat dari pergerakan saham hari ini, baik SMGR maupun INTP sedang sedang mengalami penurunan harga. Saham SMGR tercatat turun tajam hingga 5,11 persen atau setara dengan 210 poin ke level Rp3.900. Sedangkan INTP terjerembab 2,68 persen atau setara dengan 200 poin menuju level Rp7.250.
Kinerja SMGR
Mengutip data Stockbit, Rabu, 30 Oktober 2024, dari sisi valuasi SMGR memiliki rasio PE (Price to Earnings) sebesar 26,53 secara annualized dan 14,74 secara TTM (Trailing Twelve Months). Sementara itu, rasio PE ke depan (Forward PE Ratio) tercatat sebesar 12,01.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM berada pada level 0,70, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari harga sahamnya.
Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) tercatat sebesar 0,62, menunjukkan bahwa harga saham saat ini relatif rendah terhadap nilai aset perusahaan. Selain itu, rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) TTM tercatat 4,55, dan rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) TTM sebesar 6,39.
Rasio EV (Enterprise Value) terhadap EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) TTM tercatat sebesar 5,00, memberikan indikasi efisiensi operasional perusahaan.
Data tersebut menunjukkan kondisi finansial SMGR yang cukup stabil, meskipun beberapa rasio berada di atas dan di bawah rata-rata industri.
Dari sisi likuiditas, rasio lancar (Current Ratio) SMGR tercatat pada 1,28, sementara rasio cepat (Quick Ratio) berada di angka 0,85, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Adapun Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio) tercatat 0,27, yang mencerminkan tingkat leverage yang relatif rendah.
Pindah ke profitabilitas, Perusahaan ini menunjukkan kinerja profitabilitas yang stabil dengan Return on Assets (ROA) sebesar 2,31 persen dan Return on Equity (ROE) mencapai 4,17 persen.
Angka ROA ini mencerminkan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan keuntungan, sementara ROE mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan ekuitas pemegang saham untuk mendatangkan laba.
Meskipun ada ruang untuk peningkatan, performa ini menunjukkan potensi yang menjanjikan bagi investor yang mencari perusahaan dengan pengelolaan aset dan ekuitas yang efisien. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat terus meningkatkan nilai tambah bagi para pemegang saham di masa mendatang.
Kinerja INTP
Di sisi lain, Rasio PE (Price to Earnings) tahunan INTP berada pada angka 30,80, sementara rasio PE TTM (Trailing Twelve Months) tercatat sebesar 15,88. Selain itu, rasio PE ke depan (Forward PE Ratio) menunjukkan nilai 15,88, yang memberikan gambaran ekspektasi harga saham terhadap laba di masa mendatang.
Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) TTM tercatat sebesar 1,48, mengindikasikan nilai saham dibandingkan dengan pendapatan per sahamnya. Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di level 1,29, yang menunjukkan valuasi pasar saham INTP terhadap nilai aset bersihnya.
Perusahaan ini menunjukkan performa keuangan yang stabil dengan rasio keuangan yang cukup solid. Current ratio (quarter ) tercatat di angka 1,37, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Meski sedikit di bawah standar ideal, quick ratio (quarter) yang mencapai 0,87 tetap mencerminkan likuiditas yang layak tanpa mempertimbangkan inventaris.
Menariknya, debt to equity ratio perusahaan berada di angka 0,13, menunjukkan tingkat utang yang rendah dibandingkan ekuitas. Ini menunjukkan perusahaan mengelola pinjaman dengan sangat hati-hati, yang dapat menjadi sinyal positif bagi investor terkait manajemen risiko.
Dari segi profitabilitas, return on assets (ROA) mencapai 6,08 persen dan return on equity (ROE) berada di 8,11 persen. Kedua indikator ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memaksimalkan aset dan ekuitasnya untuk menghasilkan keuntungan yang cukup kompetitif. Dengan kombinasi rasio keuangan ini, perusahaan tampak memiliki landasan yang kuat untuk terus tumbuh dalam jangka panjang.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.