KABARBURSA.COM - Sentimen negatif dari kinerja saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) untuk semester pertama 2024 yang berada di bawah ekspektasi, menyebabkan saham TLKM terkoreksi 5,57 persen pada perdagangan hari ini. Koreksi memicu aksi profit taking pada saham-saham big caps lainnya seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Astra International Tbk (ASII).
“Sentimen negatif dari kinerja TLKM memicu aksi profit taking pada saham big caps lainnya,” ujar analis pasar modal dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading, Satrio Utomo alias Tommy, kepada KabarBursa, Selasa, 30 Juli 2024.
Tommy menjelaskan, rebound yang terjadi pada saham-saham big caps gorengan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BNREN) yang naik 0,58 persen dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang melonjak 7,23 persen, memang menahan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG tidak terlalu dalam.
IHSG bergerak turun 47,033 poin (-0,645 persen) sehingga ditutup pada level 7.241,86. Kegagalan IHSG untuk ditutup di atas support 7.274 membuat tren jangka pendek IHSG kembali menjadi tren turun, atau setidaknya mendatar pada kisaran 7.210-7.350.
“Pelaku pasar sebenarnya masih cenderung berada dalam posisi wait and see menjelang keputusan suku bunga The Fed besok malam,” kata Tommy.
Dia menambahkan, kinerja emiten yang buruk membuat pelaku pasar mengambil langkah profit taking karena dalam sebulan terakhir, IHSG sudah naik cukup signifikan. “Pelaku pasar sebaiknya tetap selektif dalam melakukan posisi beli, dan hanya melakukan posisi beli pada saham-saham dengan kinerja baik,” katanya.
Tommy sebelumnya memprediksi kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) yang kurang memuaskan pada semester I-2024 akan memberikan tekanan tambahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Padahal, pasar sedang menantikan rilis laporan keuangan bank-bank besar seperti BBRI dan BBNI, serta keputusan The Fed terkait suku bunga.
“Kinerja Buruk dari TLKM ini, diperkirakan akan memberikan tekanan tambahan pada Perdagangan di Bursa Efek Indonesia,” ujar Tommy dalam outlook hariannya kepada KabarBursa.
Tommy mengungkapkan laba per saham atau Earnings Per Share (EPS) TLKM pada semester I-2024 meleset dari ekspektasi pasar. Kondisi ini diperkirakan akan membuat IHSG bergerak flat hingga sedikit terkoreksi pada kisaran 7.274-7.350.
“Jika IHSG gagal bertahan di atas level support 7.274, maka tren naik jangka pendek yang sedang berlangsung berpotensi berakhir,” kata Tommy.
Investor Wait and See
Tommy berujar sentimen pasar saat ini cenderung wait and see untuk menantikan sejumlah katalis penting. Selain laporan keuangan bank-bank besar, yakni Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BNI (BBNI) keputusan The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar Rabu, 31, Juli 2024, malam atau Kamis dini hari WIB juga menjadi sorotan utama.
“Kinerja Buruk dari TLKM sepertinya bakal memberikan tekanan,” kata Tommy.
Sementara itu, sejumlah emiten besar seperti Astra International (ASII) dan United Tractors (UNTR) juga diprediksi akan segera merilis laporan keuangannya. Kinerja perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar.
IHSG Gagal Respons Sentimen Positif
Harapan penurunan suku bunga oleh The Fed yang menggairahkan perdagangan saham di kawasan Asia, sebelumnya malah memicu aksi profit taking di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hanya naik tipis 0,730 poin atau 0,010 persen, ditutup pada level 7.288,90.
Pergerakan pagi menunjukkan IHSG sempat mencapai titik tertinggi di level 7.333,90. “Berita lonjakan laba bersih AMMN sebesar 298 persen memang membuat perdagangan pagi bergairah,” ujar analis dari Komunitas Trader Saham Rencana Trading, Satrio Utomo atau Tommy, dalam outlook hariannya kepada KabarBursa, Senin, 29 Juli 2024.
Tommy menjelaskan, aksi profit taking pada saham-saham penggerak indeks utama seperti BBCA, BREN, dan ARTO berhasil membuat IHSG kembali mendekati level penutupan pekan lalu. Tidak seperti indeks Nikkei yang naik 2,29 persen atau Hang Seng yang naik 1,28 persen, IHSG hanya mengalami kenaikan tipis.
“Keengganan IHSG untuk bergerak naik di tengah sentimen positif dari bursa global dan regional Asia ini bukan kabar bagus,” ujar Tommy. Menurutnya, pasar terlihat masih wait and see, menunggu pengumuman kinerja BMRI dan BBNI dalam satu-dua hari ke depan.
Ketika pasar gagal merespon berita positif dengan benar, Tommy melanjutkan, muncul kekhawatiran bahwa pasar sedang bersiap menghadapi koreksi yang lebih besar.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.