KABARBURSA.COM - Tokocrypto menganggap dampak pemilu di dalam negeri terhadap pasar kripto mungkin tidak begitu signifikan secara langsung. Meskipun Indonesia memiliki lebih dari 18 juta investor kripto, negara ini tidak selalu menjadi fokus utama dalam pergerakan pasar kripto global.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengungkapkan pemilu luar negeri, terutama pemilu Amerika Serikat yang juga berlangsung tahun justru memiliki dampak yang lebih besar.
"Regulasi AS secara konsisten mempengaruhi pasar kripto global, karena negara ini sering dijadikan pedoman oleh negara-negara lain dalam hal regulasi kripto," jelas dia kepada kabarbursa.com, Rabu 14 Februari 2024.
Kendati demikian, dia menyarankan para pelaku pasar harus tetap menahan diri dan menunggu kejelasan terkait regulasi sebelum melakukan keputusan investasi yang besar.
Dalam hal ini, para investor kripto dan pelaku pasar harus tetap waspada terhadap dinamika politik dan regulasi yang mungkin berdampak pada pasar kripto, serta untuk membuat keputusan investasi berdasarkan analisis yang teliti dan strategi yang matang.
"Setidaknya untuk jangka pendek, spesifik mengacu pada pemilu di dalam negeri. Namun, untuk jangka lebih panjang, mungkin mengacu pada pemilu AS dan banyak negara lain yang juga digelar tahun ini," lanjut dia.
Lanjut dia, sebelum pemilu AS, biasanya pasar kripto mengalami peningkatan aktivitas ekonomi yang dikenal sebagai "mark-up" terkait dengan peningkatan pengeluaran dan perputaran uang di masyarakat.
Hal ini dapat mengarah pada peningkatan minat dan investasi dalam aset kripto.
Namun, setelah pemilu terutama jika terjadi peralihan kekuasaan atau status quo, mungkin terjadi penundaan dalam pengeluaran dan investasi, yang dapat berdampak pada penurunan harga aset kripto.
"Selain itu, isu-isu terkait regulasi yang mungkin muncul pasca-pemilu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, juga dapat mempengaruhi pergerakan harga aset kripto," terang dia.
Sebagai informasi, pergerakan pasar kripto mengalami penurunan lebih dari 2,39 persen pada pagi ini, pikul 06.00 WIB.
Hal ini terjadi seiring dengan perilisan data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS bulan Januari yang menunjukkan inflasi AS (yoy) sebesar 3,1 persen, turun dari 3,4 persen pada bulan Desember. Namun angka tersebut berada di atas perkiraan median MarketWatch sebesar 2,9 persen.
Pelaku pasar kini hanya melihat peluang sebesar 34 persen bagi The Fed untuk memangkas suku bunganya pada bulan Mei, turun dari 52 persen sehari yang lalu, menurut CME FedWatch Tool.
Bitcoin juga telah mencapai total kapitalisasi pasar $1 triliun, menciptakan tantangan baru bagi BTC untuk terus melanjutkan tren kenaikannya.
Selain itu, indikator RSI yang menunjukkan kondisi overbought menambah potensi penurunan harga Bitcoin dalam waktu dekat.
Meskipun demikian, koreksi harga ini masih dianggap sebagai bagian yang wajar dari tren bullish Bitcoin dalam jangka panjang.
Proyeksi untuk minggu mendatang memperkirakan potensi penurunan lebih dari -5,7 persen, dengan perkiraan harga mencapai $46.000.
Namun, jika penurunan berlanjut, Bitcoin bisa menuju ke harga $43.500 dalam jangka menengah.
Dalam konteks pasar kripto yang dinamis, investor diharapkan untuk memperhatikan dengan cermat perkembangan harga dan faktor-faktor yang memengaruhi pasar, serta melakukan analisis yang teliti sebelum mengambil keputusan investasi. (Yub/Dev)