KABARBURSA.COM - Ada transaksi jumbo yang menarik perhatian di saham PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW). Baru-baru ini, pasar negosiasi mencatatkan transaksi besar untuk saham dengan kode FASW pada 20 Agustus 2024. Dalam transaksi tersebut, sebanyak 13,68 juta lot atau setara dengan 1,3 miliar saham FASW diperdagangkan dengan nilai mencapai Rp7,5 triliun pada harga Rp5,5 miliar.
Yang menarik, jumlah saham yang diperdagangkan ini hampir sebanding dengan kepemilikan SCGP Solutions, pengendali saham Fajar Surya Wisesa, yang memegang 55,23 persen saham. Namun, saham tersebut masih tercatat di papan pemantauan khusus FCA, yang menunjukkan likuiditas yang rendah.
Rita Efendy, Founder of Indonesia Investment Education, menjelaskan bahwa saham FASW masuk dalam papan pemantauan khusus FCA karena likuiditasnya yang rendah dan tidak memenuhi persyaratan free float.
"Itulah alasan saham ini masuk dalam pemantauan FCA. Selain itu, salah satu komisaris Fajar Surya Wisesa juga baru saja mengundurkan diri," ungkap Rita pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Selain itu, perusahaan juga akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 20 September 2024.
Fajar Surya Wisesa dikenal sebagai salah satu produsen kertas kemasan terkemuka di Indonesia, dengan produksi bahan untuk kotak karton dan kemasan display, serta kapasitas produksi lebih dari 1,5 juta ton per tahun.
Data dari RTI menunjukkan bahwa BCA Sekuritas menjadi satu-satunya broker yang menangani transaksi saham FASW hari itu. Saham FASW sendiri merupakan salah satu saham yang masuk dalam papan pemantauan khusus FCA karena tidak memenuhi persyaratan Bursa Efek Indonesia terkait free float.
Dari sisi kinerja keuangan, PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) mencatatkan hasil yang kurang memuaskan selama tahun 2023. Perusahaan ini membukukan kerugian sebesar Rp625,86 miliar, sementara penjualannya turun 29,08 persen year on year (yoy) menjadi Rp7,72 triliun dibandingkan Rp10,89 triliun pada tahun sebelumnya.
Penurunan penjualan ini juga diikuti oleh penurunan beban pokok penjualan sebesar 22,25 persen yoy, dari Rp9,89 triliun menjadi Rp7,69 triliun. Akibatnya, laba bruto FASW menyusut drastis sebesar 97,18 persen yoy menjadi hanya Rp27,90 miliar, dari sebelumnya Rp991,96 miliar pada 2022.
Pada saat yang sama, perusahaan berhasil menekan beban penjualan menjadi Rp271,66 miliar dari Rp332,25 miliar di 2022. Namun, beban umum dan administrasi meningkat 7,80 persen menjadi Rp180,92 miliar, dibandingkan dengan Rp167,82 miliar pada tahun sebelumnya.
Pengunduran diri salah satu komisarisnya, Kitti Tangjitrmaneesakda, yang diumumkan pada 14 Agustus 2024, juga menjadi sorotan. Fajar Surya Wisesa menyatakan bahwa mereka akan menjalankan prosedur sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyusul pengunduran diri tersebut.
Pengunduran Diri Komisaris
Pada 14 Agustus kemarin, PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW) baru saja mengumumkan pengunduran diri salah satu komisarisnya, Kitti Tangjitrmaneesakda. Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), FASW menyatakan bahwa surat pengunduran diri dari Kitti Tangjitrmaneesakda, yang menjabat sebagai komisaris sejak Maret 2020, telah diterima pada tanggal tersebut.
Sekretaris Perusahaan FASW, Marco Hardy, menjelaskan bahwa perusahaan akan mengikuti prosedur sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 33 Tahun 2014 menyusul pengunduran diri ini.
Dalam hal kinerja keuangan, FASW mencatat kerugian sebesar Rp472,8 miliar pada semester I-2024, yang meningkat signifikan sebesar 118 persen year-on-year (yoy) dibandingkan kerugian Rp216,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan rugi per saham dasar FASW melonjak menjadi Rp190,83 per saham, dibandingkan Rp87,25 per saham pada semester I-2023.
Pendapatan FASW pada semester pertama 2024 mencapai Rp3,89 triliun, mengalami penurunan 4,9 persen yoy dari Rp4,09 triliun pada semester I-2023. Pendapatan ini terutama berasal dari penjualan produk kertas kemasan.
Kerugian yang Membengkak
PT Fajar Surya Wisesa Tbk, yang dikenal sebagai Fajar Paper (FASW), melaporkan kerugian sebesar Rp472,8 miliar pada semester pertama 2024. Kerugian ini meningkat drastis, mencapai 118 persen year-on-year (yoy) dibandingkan dengan kerugian Rp216,2 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini menyebabkan rugi per saham dasar FASW melonjak menjadi Rp190,83 per saham, dari sebelumnya Rp87,25 per saham.
Pendapatan FASW selama semester pertama 2024 tercatat sebesar Rp3,89 triliun, mengalami penurunan 4,9 persen dibandingkan Rp4,09 triliun pada semester pertama 2023. Sebagian besar pendapatan ini berasal dari penjualan produk kertas kemasan, dengan pasar domestik tetap menjadi penopang utama, dan ekspor mencapai Rp872 miliar.
Sayangnya, FASW mengalami peningkatan beban pokok, terutama karena kenaikan biaya bahan baku dan produksi, sehingga secara operasional perusahaan mencatat kerugian Rp80,4 miliar. Setelah mempertimbangkan berbagai beban, termasuk beban keuangan dan penjualan, FASW mencatat kerugian sebelum pajak penghasilan sebesar Rp495 miliar, sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan yang diterbitkan pada 24 Juli 2024.
Dari sisi neraca, tidak banyak perubahan signifikan. Modal bersih atau ekuitas FASW turun 10,8 persen year-to-date (ytd) menjadi Rp3,8 triliun, sementara utang atau liabilitasnya naik 9,3 persen ytd menjadi Rp8,94 triliun. Akibatnya, total aset FASW terkumpul sebesar Rp12,8 triliun.
Kas perusahaan hingga akhir Juni menyusut sebesar Rp10,9 miliar, menyisakan Rp64,7 miliar, seiring dengan pengeluaran yang terjadi untuk aktivitas operasional dan investasi.
Menurut data RTI Business, saham FASW tetap stabil di harga Rp5.500 pada perdagangan hari ini. Saham produsen kertas ini masuk dalam papan pemantauan khusus dengan kriteria nomor 6 dan 7. Kriteria 6 menyatakan bahwa saham tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk tetap tercatat di Bursa sesuai dengan Peraturan Nomor I-A dan I-V, khususnya terkait jumlah saham free float.
Sementara kriteria 7 mengacu pada likuiditas rendah, di mana nilai transaksi rata-rata harian saham kurang dari Rp5 juta dan volume transaksi rata-rata harian saham kurang dari 10 ribu saham selama tiga bulan terakhir di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.