KABARBURSA.COM - Rupiah Rabu, 25 September 2024, terus melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD), dengan pasangan USD/IDR saat ini diperdagangkan di sekitar 15.329, turun 0,42 persen dari sesi sebelumnya. Berdasarkan indikator teknikal dan analisis Fibonacci, pasangan ini telah menembus level support penting dan analis memperkirakan potensi penurunan lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang.
Pasangan USD/IDR berada di bawah tekanan sejak puncaknya di 16.234 awal tahun ini, didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik. Salah satu kekhawatiran utama adalah penguatan Dolar AS karena para investor mencari aset safe-haven di tengah ketidakpastian global, termasuk peningkatan imbal hasil obligasi AS dan sikap hawkish Federal Reserve terkait suku bunga.
Selain itu, data ekonomi domestik yang lebih lemah dari perkiraan menempatkan Rupiah dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Mengutip data Stockbit hari ini, rupiah telah jatuh di bawah level penting 15.550 dan baru-baru ini level support di 15.360. Jika pasangan ini bertahan di bawah 15.360, analis teknikal memprediksi koreksi lebih dalam dengan target jangka pendek di 15.096 dan target jangka panjang di 14.762.
Level Fibonacci retracement menunjukkan bahwa pasangan ini telah menembus di bawah level 0,236 (15.622) dan kini mendekati level 0 (15.360). Penurunan lanjutan di bawah level ini dapat membawa pasangan menuju ekstensi Fibonacci 1,272 di 15.096 dan kemungkinan hingga ekstensi 1,618 di 14.762.
Indikator MACD juga mendukung prospek bearish ini, menunjukkan crossover negatif. Indikator momentum ini, yang melacak perbedaan antara moving averages, mengisyaratkan pelemahan rupiah lebih lanjut terhadap dolar.
Ditutup di Level Rp15.187 per Dolar AS
Pada penutupan perdagangan Selasa sore, 24 September 2024, nilai tukar rupiah melanjutkan tren penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ini memperpanjang tren positif yang sudah berlangsung sejak pekan lalu. Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, ketidakpastian di pasar keuangan mulai mereda, menciptakan suasana yang lebih stabil bagi para investor.
Rupiah yang diperdagangkan antarbank di Jakarta tercatat menguat sebesar 18,5 poin pada hari ini, ditutup di level Rp15.187 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di level Rp15.285,5. Sepanjang hari, mata uang Garuda sempat menguat hingga 35 poin, menunjukkan tanda-tanda pemulihan dari penurunan yang terjadi sebelumnya.
Ibrahim menjelaskan bahwa stabilitas aktivitas bisnis di AS pada bulan September turut berperan dalam penguatan rupiah. Indeks Output PMI Gabungan AS tercatat di angka 54,4, yang menandakan ekspansi. Meski demikian, kenaikan harga rata-rata untuk barang dan jasa di AS masih berpotensi memicu inflasi di masa mendatang.
Dengan stabilitas yang semakin kuat, investor terus memantau perkembangan ekonomi global, termasuk kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral di berbagai negara. Penguatan rupiah ini diharapkan bisa membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global yang perlahan mereda.
Implikasi Bagi Ekonomi Indonesia
Melemahnya rupiah dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi perekonomian. Di satu sisi, mata uang yang lebih lemah dapat membuat ekspor Indonesia lebih kompetitif, yang berpotensi meningkatkan neraca perdagangan negara.
Namun, di sisi lain, hal ini dapat memicu tekanan inflasi karena impor, terutama barang-barang penting seperti bahan bakar, menjadi lebih mahal.
Bank Indonesia telah menyatakan akan terus memantau pergerakan nilai tukar dengan cermat dan siap melakukan intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan untuk menjaga stabilitas Rupiah.
Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun 2024. Pertumbuhan ekonomi pada semester I-2024 mencapai 5,08 persen, dengan proyeksi BI untuk pertumbuhan tetap berada di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen.
Ibrahim memperkirakan bahwa pertumbuhan stabil ini akan mendorong aliran modal masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
“Meskipun terdapat ketidakpastian di pasar keuangan, aliran modal mulai menunjukkan tren positif,” ujar Ibrahim.
Prospek ke Depan
Ke depannya, pasar akan memantau dengan cermat pertemuan kebijakan moneter Bank Indonesia yang akan datang, karena setiap penyesuaian suku bunga atau alat moneter lainnya dapat mempengaruhi pergerakan Rupiah. Selain itu, kebijakan Federal Reserve AS terkait inflasi dan suku bunga juga akan memainkan peran penting dalam menentukan kinerja Rupiah dalam beberapa bulan mendatang.
Bank-bank lokal seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga secara aktif memantau fluktuasi nilai tukar ini karena dapat mempengaruhi transaksi valuta asing dan eksposur risiko mereka.
Investor harus bersiap menghadapi volatilitas lebih lanjut dalam pasangan USD/IDR karena ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi terus mempengaruhi pasar keuangan global.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.