KABARBURSA.COM - Indonesia terus mengimpor beras. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data impor beras pemerintah Indonesia selama tiga tahun terakhir atau 2021 sampai 2023 sebagai bahan perbandingan.
Seperti dilihat dari laman resmi BPS, impor beras pemerintah periode itu rata-rata pada kisaran 400 ribu ton. Pada 2021, pemerintah mengimpor beras sebanyak 407,7 ribu ton, sedangkan pada 2022, ada sekitar 429 ribu ton beras masuk ke Indonesia.
Khusus tahun 2023, pemerintah memecahkan rekor impor beras. BPS menyebutkan, Indonesia mengimpor sebanyak 3,06 juta beras atau sekitar 600 persen lebih banyak pada 2022.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa urgensi pemerintah mengimpor beras dari sejumlah negara. Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjelaskan alasan pemerintah melakukan impor beras antara lain ialah impor dilakukan untuk memperkuat cadangan pangan pemerintah (CPP), cadangan beras pemerintah (CBP), merosotnya jumlah produksi beras dalam negeri, dan meningkatkan konsumsi beras masyarakat.
Data BPS menunjukkan, total produksi padi di Indonesia pada 2022 sebanyak 54,75 juta ton gabah kering giling (GKG). Ini menghasilkan sekitar 31,54 juta ton beras setelah dikonversikan menjadi beras konsumsi pangan masyarakat.
Tahun 2023, Indonesia mengalami kemerosotan pada sektor ini. Menurut BPS Indonesia hanya memproduksi GKG 34 juta metrik ton. Artinya produksinya turun 1,2 persen dari tahun 2022.
Sementara itu, Indonesia merupakan negara keempat terbanyak dalam konsumsi beras. Pertama adalah Cina dengan 153,68 juta ton, kedua India dengan 109,17 juta ton, dan ketiga Bangladesh 36,73 juta ton. Indonesia berada di urutan keempat dengan konsumsi beras mencapai 35,37 sepanjang 2023.
Namun jika dihitung berdasarkan per kapita per tahun, Indonesia berada di peringkat pertama. Konsumsi beras Indonesia mencapai sebanyak 124 kilogram per kapita per tahun. Peringkat kedua dan ketiga masing-masing ialah China (60 kg) dan Jepang (50 kg).
Jika dua data tersebut di atas dikomparasikan maka hasilnya Indonesia defisit beras. Defisit ini makin melebar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang secara rinci, 900 ribu metrik ton pada 2022 dan 900 ribu metrik ton pada 2021.
Pemerintah mengambil kebijakan impor beras untuk menjawab persoalan defisit tersebut. Impor yang berlanjut menjadi tren hanya menyisakan pertanyaan lain, salah satunya bagaimana dengan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi padi dalam negeri.
Pemerintah belum terbuka atas hal tersebut. Maka jangan heran jika masyarakat terus bertanya seputar bahan makanan pokok masyarakat Nusantara itu yang makin memprihatinkan.
Lalu, apakah pemerintah Indonesia hanya mengandalkan impor beras sebagai jalan pintas pemenuhan kebutuhan konsumsi beras? (ary/prm)