KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang tengah dalam tren menurun bertepatan dengan masa 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming. Namun analis menyebut, keduanya tidak sepenuhnya berkaitan dan saling memengaruhi.
"Kita tidak ngomong 100 hari pemerintahan Prabowo-Gibran berpengaruh baik atau buruk pada bursa karena kondisi bursa tidak bergantung pada 100 harinya mereka," kata CEO Tiamo Capital Hendra Martono Liem dalam dialog bersama Bursa Pagi-Pagi secara daring di kanal YouTube KabarBursaCom, Jumat, 31 Januari 2025.
Ia menjabarkan bahwa kinerja pasar modal lebih terpengaruh pada kondisi ketidakstabilan geopolitik dan perekonomian global. "Kerjanya bursa itu bergantung pada situasi dan kondisi seluruh dunia secara global," imbuhnya.
Meski begitu, Hendra pun membenarkan bahwa performa IHSG pada tiga bulan terakhir terus merosot namun tidak sepenuhnya signifikan karena kinerja pemerintahan dan perpolitikan nasional.
"Kalau kita melihat bahwa 100 hari, kita melihat mulai dari tiga bulan, Oktober 2024 itu (pasar modal) sebulan kita naik 0,30 persen, kemudian November minus 6,7 persen dan Desember minus 0, 50 persen, dan kemudian pada awal 2025 turun 0,23 persen. Meski begitu, menurut saya tidak bisa kita mengatakan 100 hari (Prabowo-Gibran) berpengaruh pada bursa," paparnya.
Lebih jauh, Hendra justru menyoroti tantangan dan peluang para investor ketika pasar modal di Indonesia dalam kondisi melemah. Tantangannya adalah bahwa saham-saham perbankan dan blue chip perlu dihindari saat ini karena berisiko terus turun.
"Lebih bagus kalau kita melihat bahwa bursa lagi sedang turun berarti Anda dan para trader jangan sekali-kali trading pada saham perbankan, blue chip, dan sebagainya karena LQ45 turun," jelas Hendra.
Sementara peluang yang bisa didapat oleh para investor adalah melakukan pembelian saham pada emiten lapis dua dan tiga. "Jadi kita fokusnya pada saham-saham lapis dua, lapis tiga, karena memberikan lebih banyak kesempatan," tukas dia.
January Effect Ada?
Sebelumya, CEO Tiamo Capital itu sudah mengungkapkan bahwa IHSG pada awal tahun tidak dapat disebut mengalami January effect. Alih-alih menunjukkan performa apik, pasar modal justru tengah dalam kondisi menurun.
“January effect itu biasanya terjadi ketika tanggal 15 (Januari) sudah mulai naik, namun melihat kondisi terakhir per kemarin sudah turun lumayan banyak. Maka sudah definetly tetap tidak bisa dikatakan January effect,” ujarnya.
Ia pun membeberkan ciri-ciri dari January effect tersebut, yang antara lain performa positif IHSG bulan Desember berlanjut pada Januari. Meski begitu, Hendra memberi isyarat lain yang akan terjadi Juni tahun ini.
“January effect itu biasanya terjadi bukan secara keseluruhan bursa itu naik. Ini kan sudah dari Desember, bursa sudah bagus, tapi biasanya Januari enggak jalan (bagus), maka Juni-nya itu baru mulai bagus,” jelas Hendra.
Sebagaimana diketahui pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup melemah 92 poin atau turun 1,29 persen ke level 7.073 pada perdagangan Kamis, 30 Januari 2025.
Merujuk data perdagangan RTI Business, pergerakan IHSG hari ini terpantau bervariasi, dengan level tertinggi di 7.168 dan terendah di 7.042.
Pada perdagangan hari ini, volume transaksi tercatat sebanyak 18,459 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp12,071 triliun. Adapun frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 1.231.378 kali.
Sebanyak 206 saham terpantau menguat, 389 saham melemah, dan 213 saham stagnan.
Saham INET mencatat kenaikan tertinggi sebesar 35,00 persen, menjadikannya pemimpin dalam daftar top gainer kemarin.
Sementara itu, saham BSML mengalami koreksi terdalam dengan penurunan 26,06 persen.
Di sisi lain, Indeks LQ45 juga terkoreksi, melemah 1,67 persen. Saham dengan penurunan terdalam dalam indeks ini adalah ANTM, yang turun 6,38 persen.
Adapun dari sisi sektoral, mayoritas sektor berada di zona merah. Hanya dua sektor yang mengalami penguatan, yaitu non-siklis dan teknologi.
Bursa Asia Pagi ini
Sebagian besar bursa Asia dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Jumat, 31 Januari 2025, usai tersulut sentimen positif Wall Street yang berhasil melejit pada Kamis, 30 Januari 2025.
Berdasarkan data CNBC, indeks acuan Jepang, Nikkei 225, memulai hari dengan naik 0,16 persen, sementara indeks yang lebih luas, Topix, meningkat 0,11 persen.
Indeks harga konsumen (CPI) Tokyo, tidak termasuk makanan segar, naik 2,5 persen secara tahunan pada Januari, dibandingkan dengan 2,4 persen pada bulan sebelumnya. Angka terbaru ini sesuai dengan perkiraan Reuters.
Tingkat pengangguran Jepang untuk bulan Desember turun menjadi 2,4 persen dari 2,5 persen pada bulan sebelumnya, meleset dari perkiraan Reuters yang memperkirakan angka 2,5 persen.
Sementara itu, penjualan ritel Jepang untuk Desember naik 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan output industri negara tersebut tumbuh 0,3 persen secara bulanan, bangkit dari penurunan 2,2 persen di bulan sebelumnya.
Di Korea Selatan, pasar saham dibuka lebih rendah setelah libur empat hari. Indeks Kospi memulai hari dengan turun 0,97 persen, sementara indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq melemah 0,46 persen.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 naik 0,71 persen.
Indeks harga produsen negara tersebut meningkat 3,7 persen sepanjang tahun hingga kuartal Desember 2024, menurut data yang dirilis pada hari Jumat oleh Biro Statistik Australia.
Sementara itu, pasar saham Hong Kong dan China tetap tutup untuk libur Tahun Baru Imlek. (*)