KABARBURSA.COM - Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menutup paruh pertama 2025 dengan kinerja yang sedikit mengecewakan. Laba bersih pada kuartal kedua tercatat Rp12,6 triliun, turun 9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dan merosot 8 persen dari kuartal sebelumnya.
Secara kumulatif, laba bersih semester pertama mencapai Rp26,3 triliun, terkoreksi 12 persen secara tahunan. Angka ini masih tertinggal dari ekspektasi pasar, karena baru sekitar 45 persen dari proyeksi konsensus setahun penuh.
Sebagai perbandingan, dalam dua tahun terakhir realisasi laba di paruh pertama rata-rata mencapai 49 persen dari target tahunan.
Faktor utama yang menekan kinerja bank pelat merah ini adalah kenaikan tajam beban provisi. Pada kuartal kedua, beban provisi melonjak 41 persen secara tahunan. Padahal, dari sisi operasional, BBRI sebenarnya menunjukkan perbaikan.
Laba operasional sebelum provisi atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) tumbuh 8 persen YoY, dan secara kumulatif sepanjang semester pertama masih mencatatkan kenaikan tipis 2 persen YoY. Namun, lonjakan provisi sebesar 26 persen sepanjang enam bulan pertama membuat pertumbuhan laba bersih ikut tergerus.
Di sisi lain, ada perkembangan positif pada pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang mulai menunjukkan tren pemulihan. NII pada kuartal kedua naik 8 persen YoY, mendorong pertumbuhan NII sepanjang semester pertama menjadi 3 persen YoY.
Peningkatan ini didukung oleh perbaikan penyaluran kredit yang tumbuh 6 persen YoY dan dana murah atau CASA yang naik 11 persen YoY per Juni 2025, lebih baik dibanding Maret yang masing-masing hanya 5 persen dan 7 persen YoY.
Meski demikian, pendapatan non-bunga atau Non-Interest Income (Non-II) justru melemah 3 persen YoY di kuartal kedua.
Kendati begitu, secara kumulatif Non-II masih naik 6 persen YoY. Penurunan pada kuartal kedua terutama disebabkan penerapan standar akuntansi baru IFRS 17, yang mengubah metode pencatatan premi asuransi. Jika sebelumnya pendapatan diakui sekaligus di awal pembayaran, kini pencatatannya dilakukan bertahap sesuai periode perlindungan.
Kualitas aset juga masih menjadi sorotan, khususnya di segmen pembiayaan mikro. Secara keseluruhan, rasio kredit bermasalah (NPL) bruto memang stabil di level 3 persen pada kuartal kedua.
Namun, di balik angka itu, segmen mikro mencatat kenaikan NPL dari 3,36 persen pada Maret menjadi 3,86 persen per Juni 2025. Sebaliknya, segmen korporasi justru membaik, dengan NPL turun dari 2,36 persen menjadi 1,61 persen pada periode yang sama.
Perbaikan ini selaras dengan akselerasi kredit korporasi yang tumbuh 16 persen YoY per Juni, naik dari 13 persen pada Maret. Di sisi lain, kredit mikro masih berjalan lambat dengan pertumbuhan hanya 1,6 persen YoY, mencerminkan proses restrukturisasi yang belum sepenuhnya rampung.
Ke depan, manajemen BBRI tetap menaruh harapan pada paruh kedua tahun ini. Mereka memperkirakan percepatan belanja pemerintah dan tren penurunan suku bunga akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya bakal meningkatkan permintaan kredit dan memperkuat likuiditas perbankan.
Kendati begitu, BBRI memilih bersikap konservatif, dengan memproyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran bawah dari target 7–9 persen YoY. Biaya kredit atau Cost of Credit (CoC) juga diperkirakan akan berada di batas atas, bahkan sedikit di atas panduan 3–3,2 persen.
Sementara itu, terkait program Koperasi Desa Merah Putih, manajemen menegaskan bahwa pendanaan akan ditopang oleh Kementerian Keuangan. Namun, detail skema pendanaan tersebut belum dijelaskan lebih lanjut.
Secara keseluruhan, kinerja BBRI di paruh pertama 2025 mencerminkan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, bank ini masih bergulat dengan kenaikan beban provisi dan masalah di segmen mikro. Namun di sisi lain, ada sinyal positif dari perbaikan pendapatan bunga dan pertumbuhan kredit korporasi.
Stockbit Sekuritas melihat semester kedua akan menjadi ujian penting bagi BBRI untuk membuktikan apakah pemulihan ekonomi benar-benar mampu mengangkat kinerja bank terbesar di Tanah Air ini kembali ke jalur pertumbuhan yang lebih solid.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.