KABARBURSA.COM - Perjalanan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) belakangan ini kembali menjadi sorotan lantaran pergerakannya yang terus berada di zona merah. Pada perdagangan Senin sore, 22 September 2025, saham GOTO ditutup di level Rp54 per saham, melemah 1,82 persen dari sesi sebelumnya.
Volume perdagangan tercatat cukup tinggi dengan 15,15 juta lot berpindah tangan, namun aliran transaksi yang besar tidak serta-merta memberi dorongan positif pada harga.
Jika dilihat lebih dalam, kinerja harga GOTO selama beberapa periode menunjukkan tren yang cukup mengkhawatirkan. Dalam sepekan terakhir, saham ini terkoreksi 5,26 persen, sementara dalam sebulan turun lebih dari 11 persen.
Bahkan sejak awal tahun (YTD), penurunan mencapai 22,86 persen, dan jika dibandingkan tiga tahun terakhir, harga sudah tergerus hingga hampir 80 persen dari puncaknya di Rp266.
Angka-angka tersebut memperlihatkan tekanan jual yang masif dan konsisten, yang membuat saham ini terjebak dalam tren pelemahan yang sulit ditembus.
Dari sisi teknikal, sinyal yang muncul juga belum mendukung kebangkitan jangka pendek. Relative Strength Index (RSI) berada di level 31, mendekati area oversold, yang menandakan saham berada dalam tekanan jual berlebih.
Indikator MACD masih negatif di -1,22, ADX menunjukkan tren turun kuat dengan nilai 43,53, dan indikator lain seperti CCI (-185) serta Williams %R (-83) menegaskan kondisi jenuh jual. Hampir seluruh Moving Average, baik jangka pendek maupun panjang, memberikan sinyal jual, dengan harga saat ini yang konsisten berada di bawah MA5 hingga MA200.
Peluang ke Level 50 Bukan Hal Mustahil
Pivot point juga memperlihatkan kecenderungan harga yang mendekati level support di Rp53–Rp54, dan membuka peluang bahwa penurunan ke Rp50 bukan hal yang mustahil jika tekanan jual berlanjut.
Menariknya, secara fundamental GOTO sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Perusahaan mulai memangkas kerugian, meningkatkan efisiensi, dan memperbaiki arus kas. Namun, perbaikan fundamental tersebut belum sepenuhnya tercermin pada harga saham.
Namun investor tampaknya masih berhati-hati, mengingat valuasi yang dianggap belum murah serta ketidakpastian dalam menjaga profitabilitas berkelanjutan. Sentimen pasar terhadap saham teknologi di Indonesia ini juga masih terombang-ambing, sehingga banyak pelaku pasar lebih memilih menunggu kepastian kinerja keuangan yang lebih solid.
Dengan kondisi tersebut, wajar bila muncul pertanyaan apakah saham GOTO sudah tidak lagi layak dikoleksi. Jawabannya lebih pada perspektif jangka waktu.
Untuk investor jangka pendek, sinyal teknikal yang “sangat jual” memang memberikan indikasi bahwa risiko pelemahan masih besar, sehingga langkah aman adalah menghindari atau setidaknya menunda akumulasi.
Namun, bagi investor jangka panjang dengan toleransi risiko yang tinggi, saham ini mungkin masih bisa dipertimbangkan sebagai opsi spekulatif, terutama jika ke depan GOTO mampu membuktikan konsistensi laba dan memperkuat neraca keuangannya.
Kesimpulannya, meskipun fundamental GOTO mulai berbenah, tekanan jual yang tinggi dan tren teknikal yang negatif membuat saham ini rentan untuk kembali menguji level psikologis Rp50.
Dalam kondisi seperti ini, saham GOTO memang belum direkomendasikan sebagai pilihan utama, kecuali bagi investor yang siap bersabar dan menanggung volatilitas tinggi demi potensi jangka panjang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.