Logo
>

Trump Tangguhkan Tarif: Wall Street Terbang-IHSG Ragu-ragu

Efeknya, dalam sehari, indeks utama Wall Street melesat, tetapi euforia tersebut belum cukup kuat menopang IHSG secara menyeluruh.

Ditulis oleh Syahrianto
Trump Tangguhkan Tarif: Wall Street Terbang-IHSG Ragu-ragu
Ilustrasi residen Donald Trump dan keputusan menunda tarif hingga 90 hari ke depan. (Gambar dibuat oleh AI untuk keperluan KabarBursa.com)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya mengumumkan penangguhan selama 90 hari pada hampir semua tarifnya, kecuali China dan Kanada. Pengumuman ini datang hanya empat jam setelah ia membuat pernyataan mengejutkan di platform media sosial miliknya, Truth Social.

    “Ini waktu yang tepat untuk membeli!!! DJT,” tulisnya di platform media sosial miliknya, Truth Social, Rabu, 9 April 2025 pagi waktu setempat. 

    Efeknya langsung terasa. Dalam sehari, indeks utama Wall Street melesat, Nasdaq Composite terbang 12,2 persen, Dow Jones Industrial Average naik 7,9 persen, dan S&P 500 melonjak 9,5 persen. Ini membuat pasar saham Paman Sam memperoleh kembali USD4 triliun atau 70 persen dari nilai yang telah hilang selama empat hari perdagangan sebelumnya.

    Namun, langkah Trump bukan tanpa kontroversi. Mantan pengacara etika Gedung Putih, Richard Painter, memperingatkan bahwa Presiden AS seharusnya berhati-hati dalam mengendalikan narasi pasar. 

    “Dia (Trump) menyukai ini, kontrol atas pasar, tetapi dia harus berhati-hati,” ujar Painter. Ia menambahkan, “Orang-orang yang membeli ketika mereka melihat postingan itu menghasilkan banyak uang. 

    Penangguhan tarif ini membuka ruang spekulasi. Equity Research Analyst MNC Sekuritas, Christian, menilai bahwa langkah Trump lebih condong ke strategi jangka pendek. 

    “Trump dikenal sebagai trader, bukan hanya politisi. Saat dia bilang ‘it’s time to buy’, itu bukan asal ceplos. Itu sinyal strategis untuk ambil posisi di harga murah sebelum keputusan berikutnya keluar,” kata Christian dalam program Bursa Pagi-Pagi di Jakarta, Jumat, 11 April 2025.

    Menurutnya, penundaan ini adalah bentuk taktik dagang klasik Trump. Tarif sebelumnya digunakan sebagai alat negosiasi, terutama terhadap China, untuk menekan perubahan pada praktik dagang seperti transfer teknologi dan pelanggaran hak kekayaan intelektual. Kini, 90 hari penundaan ini bisa dibaca sebagai ajakan kepada pasar untuk masuk kembali ke aset berisiko seperti saham.

    “Ini bukan soal ngumpulin dana kampanye, tapi soal narik investor masuk dulu. Pasar diguyur sentimen positif, lalu dijaga supaya tetap hidup sampai langkah berikutnya,” tambah Christian.

    Namun, ia juga menekankan bahwa kondisi saat ini bukan berarti pasar sudah aman. “Kita bukan sedang di taman bermain, tapi juga belum masuk roller coaster. Pasar sedang observasi. AS, China, dan pasar global sedang menahan napas,” ujarnya.

    Menariknya, menurut data dari Polimarket, probabilitas resesi di AS telah turun dari 60 persen menjadi 50 persen usai pengumuman ini. Artinya, setidaknya ada persepsi bahwa ancaman perlambatan ekonomi bisa mereda sementara.

    Sementara itu, ekonom dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, menilai bahwa jeda yang diberikan oleh Trump merupakan bentuk kalkulasi politik yang sangat hati-hati, Keputusan itu, lanjutnya, merupakan upaya menghindari skenario “incredible threat”.

    “Dalam kerangka game theory, Trump membuka ruang waktu bukan karena ingin berkompromi, tetapi karena ia tahu bahwa jika semua negara menolak tunduk, strateginya akan gagal total,” ujarnya kepada Kabarbursa.com, Kamis, 10 April 2025.

    Para analis melihat langkah ini bukan semata bentuk kompromi, tapi strategi mengulur waktu. Dengan menahan sebagian besar tarif selama 90 hari, Trump seolah memberi pasar ruang bernapas, namun dengan ekspektasi tinggi bahwa permainan belum selesai. Investor global kini tengah berada dalam fase "mengamati dan menunggu", sadar bahwa euforia ini bisa saja berubah arah tergantung kartu apa yang akan dimainkan berikutnya.

    RI Rebound, tapi Masih Ragu-ragu

    Penangguhan kebijakan tarif resiprokal atau timbal balik tidak serta-merta memulihkan kinerja pasar saham Indonesia. Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memantul kembali (rebound), kondisi ini belum membuat iklim investasi stabil. Investor asing masih cenderung wait and seedan arus dana asing belum menunjukkan arah yang jelas.

    Namun, pendiri Stocknow.id, Hendra Wardana, menyebut bahwa penangguhan tarif Trump memberi ruang bagi investor untuk kembali masuk ke aset berisiko, termasuk saham Indonesia,” kata dia kepada Kabarbursa.com, Jumat, 11 April 2025.

    Ia mencatat bahwa keputusan Gedung Putih telah memicu reli serentak di bursa Asia dan Eropa. Namun, euforia tersebut belum cukup kuat menopang IHSG secara menyeluruh. Terbukti, investor asing justru mencatatkan net sell sebesar Rp632 miliar pada hari yang sama.

    “Ini menunjukkan bahwa penguatan IHSG belum sepenuhnya didukung oleh arus modal asing,” jelasnya.

    Menurut Hendra, secara teknikal IHSG saat ini mengincar resistance di level 6.418. Jika level ini berhasil ditembus, potensi penguatan menuju 6.600 hingga 6.800 cukup terbuka.

    “Asalkan kombinasi katalis makro dan penguatan sektor-sektor utama mampu terjaga secara konsisten,” ujarnya.

    Hendra juga mengingatkan bahwa musim pembagian dividen bisa menjadi katalis tambahan, namun efek ex date dan potensi profit taking harus tetap diantisipasi. Ia menyarankan agar investor lebih selektif, fokus pada emiten dengan dividen tinggi dan pertumbuhan laba yang berkelanjutan.

    Karena masih belum jelas, lebih lanjut Christian menyoroti bahwa IHSG justru terkoreksi pada sesi pembukaan perdagangan Jumat. 

    Chris menilai koreksi tersebut lebih banyak dipicu oleh aksi ambil untung pasca reli sebelumnya.

    “Ada rotasi sektor menjelang musim dividen. Banyak investor yang sudah beli di harga bawah, dan sekarang mulai mencairkan keuntungan,” jelasnya.

    Rebound IHSG pascapenangguhan tarif AS memang memberi napas segar, tapi belum cukup untuk disebut pemulihan yang solid. Aksi beli mulai terlihat, terutama dari investor domestik, namun tekanan jual dari investor asing menjadi pengingat bahwa euforia belum sepenuhnya mengubah arah pasar.

    Kondisi ini mencerminkan sikap pasar yang masih diliputi keraguan. Di satu sisi, ada harapan dari musim dividen yang menjanjikan yield tinggi, terutama dari saham-saham perbankan Big Caps. Di sisi lain, potensi koreksi saat ex date, ketegangan dagang AS, China, serta arah kebijakan The Fed masih menjadi bayang-bayang ketidakpastian yang tak bisa diabaikan.

    Investor yang cermat justru melihat kondisi sekarang sebagai peluang akumulasi strategis. Dengan valuasi saham-saham unggulan yang relatif murah dan potensi dividen yang menarik, pasar saat ini menawarkan peluang jangka panjang. Namun, langkah spekulatif jangka pendek tetap harus dibarengi kewaspadaan tinggi terhadap rotasi sektor dan arus modal global yang belum konsisten.

    Singkatnya, rebound sudah terjadi, tapi pasar masih berada di zona abu-abu. Jalan menuju pemulihan penuh belum lurus, dan hanya akan bisa ditempuh jika katalis makro dan kepercayaan investor, terutama asing, kembali mengalir ke pasar dalam negeri secara lebih mantap. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.