Logo
>

Tujuh Seri Sukuk Negara Siap Dilelang: Target Pembiayaan Mencapai Rp8 Triliun

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Tujuh Seri Sukuk Negara Siap Dilelang: Target Pembiayaan Mencapai Rp8 Triliun

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemerintah Indonesia akan melaksanakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, 22 Oktober 2024. Seri SBSN yang akan dilelang meliputi Surat Perbendaharaan Negara - Syariah (SPN-S) dan Project Based Sukuk (PBS) sebagai bagian dari upaya untuk memenuhi sebagian target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

    Direktorat Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan Republik Indonesia mengumumkan melalui siaran pers pada Selasa, 15 Oktober 2024, bahwa terdapat tujuh seri yang akan dilelang dengan target indikatif sebesar Rp8 triliun dan tanggal penyelesaian (settlement) pada 24 Oktober 2024. Adapun tujuh seri tersebut adalah sebagai berikut:

    1. SPNS01042025 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 1 April 2025
    2. SPNS07072025 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 7 Juli 2025
    3. PBS032 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 15 Juli 2026
    4. PBS030 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 15 Juli 2028
    5. PBS004 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 15 Februari 2037
    6. PBS029 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 15 Maret 2034
    7. PBS038 (reopening) dengan tanggal jatuh tempo 15 Desember 2049

    Alokasi pembelian non-kompetitif untuk seri SPNS01042025 dan SPNS07072025 ditetapkan maksimal sebesar 99 persen dari jumlah yang dimenangkan, sedangkan untuk seri lainnya adalah 30 persen dari jumlah yang dimenangkan.

    Peserta lelang terdiri dari Dealer Utama yang meliputi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank OCBC NISP Tbk, dan Standard Chartered Bank. Selain itu, terdapat juga PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Citibank N.A, PT Bank Central Asia Tbk, Deutsche Bank AG, serta beberapa sekuritas seperti PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Bahana Sekuritas, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk, serta Lembaga Penjamin Simpanan dan Bank Indonesia.

    Asing Jual SRBI

    Pada tiga lelang terakhir Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), bank sentral terus menurunkan bunga diskonto yang diberikan. Terakhir, untuk SRBI tenor 12 bulan, bunganya turun menjadi 7,23 persen. Penurunan ini tampaknya membuat investor asing mulai mengurangi posisi mereka.

    Pada pekan lalu, asing mencatat posisi jual bersih SRBI senilai Rp1,28 triliun untuk periode transaksi 5-8 Agustus. Di saat yang sama, asing membukukan net buy di SBN sebesar Rp2,24 triliun.

    Hingga akhir Juli, posisi asing di SRBI terus meningkat, mencapai 27,4 persen dari total SRBI yang beredar di pasar, setara dengan Rp235,99 triliun menurut data BI. Pada Juni, proporsinya masih sebesar 26,7 persen.

    Pemerintah Indonesia terus menerbitkan SBN sebagai bagian dari strategi pembiayaan anggaran negara. Permintaan terhadap SBN tetap stabil, didorong oleh investor domestik dan asing yang mencari instrumen investasi yang relatif aman. Kinerja SBN dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga Bank Indonesia, yang berdampak langsung pada daya tarik instrumen utang ini.

    Pada 2024, suku bunga acuan dan yield SBN mengalami fluktuasi seiring dengan perubahan kebijakan moneter dan kondisi pasar global. Yield SBN umumnya mencerminkan ekspektasi inflasi dan risiko kredit. Perubahan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi faktor kunci dalam menentukan imbal hasil SBN.

    Stabilitas Ekonomi Makro dan Kondisi Pasar

    Kinerja SBN juga dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi makro dan kondisi pasar finansial. Ketidakpastian global, seperti perubahan harga komoditas dan fluktuasi nilai tukar, dapat memengaruhi persepsi risiko dan kinerja SBN.

    SBSN, sebagai instrumen syariah, menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dengan meningkatnya minat investasi berbasis syariah. Penerbitan SBSN didorong oleh kebutuhan pembiayaan untuk proyek-proyek infrastruktur dan program pemerintah yang sesuai dengan prinsip syariah.

    Permintaan terhadap SBSN meningkat seiring dengan perkembangan pasar keuangan syariah di Indonesia. Investor yang mencari alternatif investasi sesuai prinsip syariah menjadi pendorong utama dalam kinerja SBSN. Kinerja ini juga dipengaruhi oleh kebijakan fiskal dan pengelolaan utang pemerintah.

    Imbal hasil SBSN, seperti halnya SBN, dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan faktor-faktor ekonomi lainnya. Risiko terkait SBSN juga dipertimbangkan dalam konteks stabilitas ekonomi dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.

    Lelang ini berlangsung di tengah suasana pasar yang masih diliputi kewaspadaan, menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang diprediksi akan meningkatkan volatilitas, pasca pekan lalu pasar terguncang oleh kekhawatiran resesi. Sikap hati-hati investor tercermin dari pergerakan pasar keuangan kemarin, di mana Rupiah melanjutkan tren pelemahan dan pasar surat utang RI mengalami koreksi.

    Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) kemarin menunjukkan kenaikan, dengan INDOGB-10Y naik 2,5 basis poin (bps) menjadi 6,80 persen, tenor 5Y naik 2,9 bps menjadi 6,65 persen, serta tenor 2Y naik 1,7 bps menjadi 6,61 persen. Sementara itu, yield INDON, SBN berdenominasi dolar AS, justru turun, dengan tenor 5Y turun 3,7 bps menjadi 4,77 persen dan 10Y turun 2,5 bps menjadi 4,84 persen.

    Pergerakan yang berbeda antara INDOGB dan INDON ini, menurut analis Mega Capital Sekuritas, mencerminkan fenomena global yang juga terlihat dari kenaikan indeks obligasi iShares emerging market sementara indeks VanEck local currency emerging market justru turun.

    “Kami memperkirakan tingkat permintaan (incoming bids) dalam lelang SBSN hari ini akan tetap berada di kisaran Rp24 triliun hingga Rp28 triliun,” ungkap Lionel Prayadi, Fixed Income and Market Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya. Pada lelang SBSN sebelumnya, permintaan masuk tercatat mencapai Rp24,69 triliun.

    Kemarin, Rupiah melemah untuk hari kedua setelah sebelumnya mencatatkan reli penguatan selama tujuh hari berturut-turut. Meski demikian, pelemahan Rupiah masih tergolong kecil, dengan mata uang masih bertahan di bawah level Rp16.000/US$.

    Mengacu pada lelang Surat Utang Negara (SUN) minggu lalu yang berlangsung di tengah gejolak pasar, permintaan investor justru meningkat karena guncangan di pasar global mendorong para pemodal untuk mengincar surat utang sebagai ‘safe haven’, keluar dari pasar saham.

    Hari ini, dua seri SPN syariah tenor pendek dilelang, bersama lima seri PBS yang sifatnya semua reopening.

    “Lelang akan dibuka pada Selasa, 13 Agustus 2024 pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB. Hasil lelang akan diumumkan pada hari yang sama. Setelmen akan dilaksanakan pada 15 Agustus 2024 atau dua hari kerja setelah pelaksanaan lelang (T+2),” jelas Kementerian Keuangan RI.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.