KABARBURSA.COM – Menjelang akhir Juli, pasar modal Indonesia bersiap menghadapi pekan yang dipenuhi rilis data makro ekonomi penting dari dalam dan luar negeri.
Setelah penguatan solid selama tiga pekan berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berpotensi melanjutkan tren bullish, namun dalam rentang yang lebih terbatas.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, mengatakan bahwa secara teknikal, IHSG saat ini masih konsisten bergerak di atas MA5, menandakan tren naik masih terjaga.
“IHSG sudah menyentuh area eksternal ratio Fibonacci 1,618, yang menunjukkan bahwa kenaikan sudah cukup tinggi dan pasar bisa mulai jenuh,” ujarnya Senin, 28 Juli 2025.
Imam mencermati bahwa support IHSG berada di level 7400, dengan resistance terdekat di 7700. Sentimen investor di pekan ini akan didorong oleh rilis data suku bunga The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) yang dijadwalkan pada 31 Juli 2025 waktu Indonesia.
Konsensus memperkirakan suku bunga tetap ditahan di kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen dengan probabilitas mencapai 95,9 persen.
Selain keputusan FFR, pasar global juga menanti rilis data inflasi Amerika Serikat melalui Personal Consumption Expenditures (PCE). Untuk PCE inti atau core PCE, konsensus memperkirakan kenaikan ke level 0,3 persen, naik dari 0,2 persen pada Juni 2025. Kenaikan ini sejalan dengan data tenaga kerja AS yang masih menunjukkan kekuatan, seperti turunnya tingkat pengangguran menjadi 4,1 persen, peningkatan job openings, serta Non Farm Payrolls yang naik ke angka 147 ribu.
Sementara itu dari Asia, China akan merilis data Caixin Manufacturing PMI yang diperkirakan masih berada di zona ekspansi sebesar 50,3. Di sisi lain, PMI Indonesia diproyeksikan tetap berada di bawah 50 atau dalam zona kontraksi. Indonesia juga akan merilis data inflasi Juli 2025 yang diperkirakan naik menjadi 2,1 persen secara tahunan menurut konsensus Trading Economics Forecast.
Di tengah kombinasi sentimen global dan domestik tersebut, IPOT memberikan beberapa rekomendasi investasi yang dinilai prospektif untuk pekan ini. Rekomendasi ini mencakup saham, obligasi pemerintah, serta strategi masuk berdasarkan analisis teknikal dan prospek fundamental emiten.
Dalam menghadapi pekan yang dipenuhi sentimen global dan domestik, IPOT menyarankan beberapa saham unggulan dan instrumen obligasi yang dinilai layak dikoleksi, terutama di tengah tren penurunan suku bunga dan kondisi pasar yang kian selektif.
Salah satu saham yang direkomendasikan adalah PT Alam Sutera Realty Tbk dengan kode emiten ASRI. Saham ini disarankan untuk dibeli saat terjadi pullback, dengan area masuk pada level harga 149 hingga 150. Target penguatan atau target price diproyeksikan di level 160, sementara batasan risiko atau stop loss ditempatkan di bawah 146. ASRI sedang bersiap meluncurkan tiga proyek baru, yakni cluster anyar di Alam Sutera 2, Suvarna Sutera, dan Sutera Nexen. Dorongan positif juga datang dari insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang diperpanjang serta efek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin. Dari sisi teknikal, pola cup and handle mulai terbentuk dengan validasi breakout serta volume transaksi yang meningkat signifikan, menambah daya tarik saham ini.
Selanjutnya, IPOT melihat potensi teknikal yang menarik pada saham PT Barito Pacific Tbk dengan kode emiten BRPT. Saham ini disarankan untuk dibeli pada level 2.480 dengan target penguatan menuju 2.640, serta stop loss jika harga turun di bawah 2.400. BRPT mencatatkan net buy tertinggi di akhir pekan lalu, mengindikasikan adanya akumulasi kuat dari pelaku pasar. Secara teknikal, BRPT berada dalam tren naik dengan pola bullish candle dan volume tinggi, yang berpotensi membentuk gerakan utama atau primary movement baru.
Saham lain yang menjadi perhatian adalah PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau WIFI. IPOT merekomendasikan strategi buy on breakout pada level 2.870 dengan target penguatan hingga 3.040 dan stop loss di bawah 2.790. Melalui anak usahanya, PT Jaringan Infra Andalan, WIFI resmi mengakuisisi PT Garuda Prima Internetindo (Flynet), penyedia jasa internet yang berbasis di Bali. Langkah akuisisi ini memperkuat posisi WIFI di sektor infrastruktur digital yang sedang tumbuh pesat. Dari sisi teknikal, saham ini sedang membentuk pola bullish flag dan menunjukkan peluang kuat untuk melanjutkan kenaikan setelah breakout terjadi.
Tidak hanya saham, IPOT juga merekomendasikan obligasi pemerintah seri FR0091 yang tersedia melalui platform IPOT Bond. Obligasi ini menawarkan kupon tetap sebesar 6,375 persen per tahun dan akan jatuh tempo pada 15 April 2032. Dengan harga pasar yang masih atraktif dan tren penurunan suku bunga dari Bank Indonesia, FR0091 dinilai cocok untuk investor dengan horizon investasi jangka menengah hingga panjang. Imam Gunadi menyebut bahwa FR0091 adalah salah satu pilihan ideal dalam strategi diversifikasi, mengingat yield yang stabil dan risiko yang relatif rendah.
IPOT, yang kini telah bertransformasi menjadi Wealth Creation Platform, menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya menyediakan solusi investasi yang inklusif dan adaptif. Selain sekuritas saham dan obligasi, investor juga dapat mengakses produk reksa dana pilihan yang telah dikurasi berdasarkan kebutuhan serta profil risiko masing-masing pengguna.
Menjelang pengumuman suku bunga The Fed dan rilis inflasi domestik, IPOT mendorong para investor untuk tetap disiplin dan jeli melihat peluang. Koreksi teknikal di pasar bisa dimanfaatkan sebagai momen untuk melakukan akumulasi bertahap pada saham dan obligasi yang sensitif terhadap suku bunga. Dengan pendekatan berbasis analisis teknikal dan fundamental, IPOT percaya bahwa investor bisa membangun portofolio yang sehat di tengah ketidakpastian global.
Ia menyarankan agar investor tetap disiplin dalam menyikapi rilis data penting, terutama menjelang keputusan The Fed dan rilis inflasi domestik. Momentum koreksi dapat dimanfaatkan untuk akumulasi bertahap pada saham-saham dan obligasi pilihan dengan sensitivitas tinggi terhadap suku bunga.(*)