Logo
>

Turki Kenakan Pajak Selangit, Nike Hentikan Produk

Ditulis oleh KabarBursa.com
Turki Kenakan Pajak Selangit, Nike Hentikan Produk

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nike, ikon global asal Amerika Serikat, telah menghentikan penjualan daring di Turki melalui situs web dan aplikasi selulernya, hanya beberapa hari setelah pemerintah Turki memberlakukan kenaikan pajak bea cukai untuk pembelian online dari luar negeri.

    “Kami tidak bisa menjamin bahwa pesanan konsumen akan tiba dengan lancar dan tepat waktu. Oleh karena itu, kami menangguhkan sementara pesanan online dari Turki,” demikian pernyataan resmi Nike yang dirilis di situs web Turki mereka.

    Raksasa sepatu tersebut juga menambahkan, “Kami terus memantau dampak perubahan regulasi bea cukai Turki yang baru terhadap pengalaman berbelanja konsumen.”

    Meski Nike tidak merinci detail perubahan yang memicu langkah ini, pemerintah Turki minggu ini telah menurunkan batas pengenaan pajak untuk pembelian online individu dari 150 euro menjadi 30 euro (sekitar USD33). Tarif pajak juga melonjak dari 20 persen menjadi 30 persen untuk barang yang dibeli dari Uni Eropa, dan dari 30 persen menjadi 60 persen untuk barang yang dibeli dari negara lain.

    Langkah baru ini, menurut Menteri Perdagangan Omer Bolat, bertujuan mengurangi dampak negatif terhadap pangsa pasar domestik dan lapangan kerja, terutama bagi pemilik toko serta usaha kecil dan menengah. Selain itu, kebijakan ini juga dimaksudkan untuk membatasi kerugian valuta asing yang kian meresahkan pemerintah Turki.

    Nike Terhadap Pasar Muslim

    Jilbab inovatif produksi raksasa olahraga Nike 2018 lampau, diklaim dirancang untuk memberikan kenyamanan maksimal bagi perempuan Muslim dalam berolahraga.

    Jilbab ini terbuat dari bahan kain yang sangat ringan dengan pori-pori untuk sirkulasi udara. Desainnya dibuat sedemikian rupa, dengan ukuran panjang yang memastikan jilbab tetap kokoh saat digunakan dalam aktivitas fisik yang intens.

    Nike mulai mengembangkan jilbab olahraga ini sejak tahun lalu, mendengarkan masukan dari para atlet berjilbab yang membutuhkan penutup kepala yang lebih ringan dan nyaman. Penutup kepala untuk Muslimah dalam olahraga memang sudah ada di pasaran sejak beberapa tahun terakhir, diproduksi oleh merek seperti Capsters dan ResportOn. Namun, Nike menjadi perusahaan besar pertama di industri olahraga yang terjun ke segmen ini.

    Reaksi di media sosial umumnya positif. Banyak yang menyambut baik kehadiran produk ini, mengingat tantangan yang sering dihadapi perempuan Muslim dalam mencari perlengkapan olahraga yang sesuai dengan nilai-nilai mereka.

    Namun, tak sedikit juga yang mempertanyakan penempatan logo Nike pada jilbab tersebut. Nike menjelaskan bahwa keputusan menempatkan lambang ‘centang’ di bagian atas telinga kiri telah dipikirkan dengan cermat untuk menonjolkan performa optimal dari jilbab ini.

    Zahra Lari, atlet seluncur es dari Uni Emirat Arab, menjadi model pertama yang mempromosikan jilbab Nike. Dia memposting foto dirinya mengenakan busana olahraga Nike di Instagram, dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional. Zahra Lari sendiri adalah peselancar es pertama dari Uni Emirat Arab yang berkompetisi di kancah internasional, dengan cita-cita mewakili negaranya di Olimpiade Musim Dingin 2018.

    Pendapatan Nike Anjlok

    Nike memperkirakan penurunan mengejutkan sebesar 10 persen dalam pendapatan kuartalan, akibat persaingan yang semakin ketat dari pesaing baru seperti On dan Hoka.

    Kabar ini menyebabkan saham Nike merosot lebih dari 12 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, berpotensi mengakibatkan kerugian sebesar USD15 miliar dalam nilai pasar jika tren ini berlanjut hingga hari Jumat. Perusahaan pakaian olahraga terbesar di dunia ini juga mengungkapkan kepada investor bahwa mereka mengalami penurunan permintaan di pasar internasional, termasuk di China.

    Meski demikian, Nike tetap optimis bahwa peluncuran produk baru dan kampanye pemasaran selama Olimpiade Paris mendatang akan membantu mereka mendapatkan kembali momentum di kalangan konsumen. “Olimpiade Paris adalah kesempatan puncak untuk menyampaikan visi olahraga kami kepada dunia,” ujar CEO John Donahoe dalam konferensi pers hasil pendapatan.

    Perusahaan ini juga mengurangi prospek untuk tahun fiskal 2025. Penjualan langsung kepada konsumen turun 8 persen, sebagian karena pelanggan beralih ke merek-merek baru yang lebih trendi. Neil Saunders, Direktur Pelaksana GlobalData Retail, menyatakan kepada bahwa Nike dianggap belum cukup inovatif, kurang agresif dalam pemasaran, dan belum mampu menceritakan kisah menarik tentang produknya.

    Menurut Reuters, strategi Nike untuk menjual produk melalui toko dan situs webnya sendiri, bukan melalui penjualan grosir seperti Foot Locker, turut memengaruhi penurunan penjualan. Saunders menambahkan, “Nike perlu kembali ke posisi terdepan dalam memikat konsumen untuk membeli produknya.”

    Saat ini, Nike menjadi sponsor utama kaus di turnamen sepak bola UEFA Euro 2024, mengalahkan pesaing seperti Adidas dan Puma. Mereka mensponsori sembilan tim nasional termasuk Inggris, Prancis, dan Portugal. (*)

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi