Logo
>

Umumkan Capex Rp200 Miliar, Saham BMHS Layak Beli di Q2-2025?

Perusahaan tampaknya masih kesulitan menjaga efisiensi, terlihat dari rasio interest coverage yang tipis di level 1,17 kali.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Umumkan Capex Rp200 Miliar, Saham BMHS Layak Beli di Q2-2025?
Ilustrasi kinerja PT Bundamedik Tbk (BMHS).

KABARBURSA.COM – PT Bundamedik Tbk (BMHS) kembali menunjukkan komitmennya terhadap ekspansi bisnis dengan mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp200 miliar untuk tahun 2025. 

Dana tersebut akan difokuskan pada pengembangan jaringan rumah sakit dan investasi alat kesehatan, termasuk proyek konstruksi rumah sakit baru di Padang. 

Langkah ini mencerminkan ambisi perusahaan untuk terus memperluas jangkauan layanan, khususnya di sektor kesehatan ibu dan anak yang menjadi fokus utama BMHS.

Namun di tengah ekspansi itu, pertanyaan yang mengemuka di kalangan pelaku pasar adalah layakkah saham BMHS dikoleksi di kuartal II-2025?

Dari sisi fundamental, tekanan pada kinerja keuangan masih cukup nyata. Laba bersih kuartal I-2025 hanya tercatat Rp3 miliar, anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp11 miliar. 

Jika ditarik lebih jauh ke belakang, penurunan ini tampak sebagai tren menahun: dari laba puncak Rp214 miliar di 2021, kini laba tahunan yang diannualisasi hanya berada di kisaran Rp13 miliar.

Margin keuntungan pun semakin menyusut. Net profit margin kuartal ini hanya 0,86 persen, sementara margin operasional berada di angka 5,13 persen, cukup rendah jika dibandingkan dengan standar industri rumah sakit. 

Perusahaan juga tampaknya masih kesulitan menjaga efisiensi, terlihat dari rasio interest coverage yang tipis di level 1,17 kali.

Di tengah tekanan itu, BMHS tetap berusaha menjaga kepercayaan investor dengan membagikan dividen tunai sebesar Rp0,56 per saham untuk tahun buku 2024. Ex-date telah ditetapkan pada 10 Juni 2024, dan pembayaran dijadwalkan 3 Juli 2024. 

Meski lebih rendah dibanding dividen tahun 2021 yang sempat mencapai Rp2,56 per saham, langkah ini memberi sinyal bahwa perusahaan masih menjaga disiplin pembagian laba.

Saham Diperdagangkan Jauh di Atas Rata-Rata Pasar

Sayangnya, dari sisi valuasi, saham ini diperdagangkan jauh di atas rata-rata pasar. Rasio price to earnings (P/E) TTM mencapai 475,14 kali, bandingkan dengan median IHSG yang hanya 8,09 kali. 

Bahkan jika menggunakan estimasi laba tahunan (annualised), P/E-nya masih berada di angka 157,76 kali. Dengan kata lain, harga saham saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamental yang melemah.

Rendahnya imbal hasil juga tercermin dari earnings yield yang hanya 0,21 persen, serta dividend yield sebesar 0,42 persen, angka yang bahkan lebih kecil dari bunga deposito. 

Padahal, perusahaan membagikan dividen dengan payout ratio 36,81 persen, yang pada kondisi normal bisa menjadi daya tarik, namun saat ini tampak kurang relevan.

Arus kas juga menjadi catatan tersendiri. Free cash flow TTM berada di wilayah negatif Rp129 miliar, dan rasio price to free cash flow menyentuh angka -16,02. Ini menandakan bahwa pendapatan dari operasional belum cukup untuk menutupi kebutuhan investasi dan belanja modal.

Kinerja manajemen pun terlihat belum optimal. ROA hanya 0,12 persen, ROE 0,25 persen, dan rasio perputaran aset (asset turnover) berada di angka 0,44. Ini memperlihatkan bahwa aset yang dimiliki perusahaan belum dimaksimalkan untuk menghasilkan pendapatan yang proporsional.

Saham BHMS Belum Ada pada Posisi Ideal

Dengan kombinasi antara tekanan kinerja, arus kas negatif, dan valuasi yang cenderung mahal, saham BMHS saat ini tidak berada dalam posisi ideal untuk dikoleksi sebagai bagian dari portofolio jangka menengah. 

Meski perusahaan tetap menunjukkan niat baik dengan membagikan dividen, jumlahnya terlalu kecil untuk menjadi alasan kuat membeli saham ini dalam waktu dekat.

Investor yang tertarik dengan saham sektor kesehatan sebaiknya menunggu kejelasan arah kinerja keuangan BMHS dalam semester II, termasuk hasil dari proyek ekspansi yang tengah berjalan. 

Selama belum ada perbaikan yang signifikan dari sisi profitabilitas dan kas, saham ini lebih cocok untuk pemantauan ketat ketimbang aksi beli agresif.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".