KABARBURSA.COM - PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) membutuhkan dana sebesar Rp2,1 triliun untuk mengimpor delapan rangkaian kereta (trainset) KRL dari China. VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, menjelaskan bahwa sebelumnya KAI Commuter telah mengimpor tiga trainset dari CRRC Sifang Co. Ltd senilai sekitar Rp783 miliar.
"Nilai investasinya untuk delapan trainset KRL dari China itu sekitar Rp2,1 triliun," kata Anne, kemarin.
PT KAI Commuter sebelumnya telah berkontrak dengan PT Industri Kereta Api (INKA) untuk pengadaan 16 rangkaian kereta dengan dana investasi Rp3,83 triliun, yang akan diterima secara bertahap pada 2025 dan 2026. Pada 2027, KAI Commuter juga berencana menambah delapan trainset lagi dari Inka, menjadikan total pesanan periode 2023-2027 sebanyak 24 rangkaian kereta.
KAI Commuter memilih CRRC Sifang karena ketepatan waktu pengiriman. CRRC Sifang menargetkan 11 trainset impor diterima pada semester I/2025. Anne menyatakan bahwa spesifikasi khusus trainset juga telah didesain sesuai kebutuhan KAI Commuter.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo, menambahkan bahwa penambahan impor kereta ini terkait dengan perubahan rencana retrofit oleh Inka yang baru menyelesaikan dua dari 19 trainset yang direncanakan.
"Pada 2025 akan masuk tiga kereta impor dan kereta dari retrofit, serta penambahan delapan trainset baru menggantikan retrofit yang belum selesai," kata Didiek dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
INKA Ajukan PMN Rp965 Miliar
PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp965 miliar. Direktur Utama PT INKA Eko Purwanto, menjelaskan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan pabrik yang berlokasi di Banyuwangi.
"PMN sebesar Rp965 miliar diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi di pabrik Banyuwangi, yang saat ini belum mampu kami lakukan secara internal karena keterbatasan kapasitas INKA," ujar Eko di gedung DPR RI Jakarta, kemarin.
Ia menambahkan bahwa PT INKA saat ini memiliki dua pabrik, yaitu pabrik lama di Madiun yang sudah beroperasi penuh dan pabrik baru di Banyuwangi yang belum beroperasi.
Eko menjelaskan bahwa pengembangan pabrik Banyuwangi diperlukan karena perusahaan saat ini mengalami overload capacity akibat meningkatnya permintaan, terutama dari PT KAI dan anak perusahaannya. Peningkatan kapasitas menjadi penting agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan sarana perkeretaapian dalam negeri.
Jika PMN disetujui, dana tersebut juga akan digunakan untuk meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk INKA serta mendorong ekosistem industri perkeretaapian di Indonesia. Selain itu, beroperasinya pabrik di Banyuwangi diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan dan memperluas pasar, baik dalam negeri maupun ekspor.
"Dengan beroperasinya pabrik di Banyuwangi, kita bisa menyiapkan pasar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun ekspor," pungkasnya.
Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI juga mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp2 triliun untuk tahun 2024. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo, menyatakan bahwa usulan PMN tersebut akan digunakan untuk pengadaan armada KRL Jabodetabek melalui anak usahanya, PT KAI Commuter (KCI).
"Untuk mendukung pengadaan sarana KRL yang sangat mendesak, kami memerlukan persetujuan tambahan penyertaan modal negara tahun anggaran 2024 sebesar Rp2 triliun yang akan dialokasikan kepada PT KAI Commuter," ujar Didiek saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin, 1 Juli 2024.
Didiek menjelaskan bahwa PMN 2024 tersebut akan digunakan untuk pengadaan KRL pada Semester II 2024 sebesar Rp810 miliar dan Semester I 2025 sebesar Rp2,37 triliun. Total kebutuhan investasi untuk pengadaan KRL mencapai puncaknya pada 2025, yaitu sebesar Rp5,98 triliun. Pada tahun tersebut, KAI berencana melakukan pengadaan 12 rangkaian kereta (trainset) baru dari PT INKA (Persero), mengimpor 11 trainset baru dari China, dan melakukan peremajaan (retrofit) 2 trainset lama.
"Pemenuhan PMN tahun ini sebesar Rp2 triliun adalah persiapan untuk Semester II 2024 dan Semester I 2025, agar kebutuhan ini terpenuhi tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang berlaku," jelasnya.
Pengadaan armada KRL ini mendesak dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan bertambahnya sarana KRL yang memasuki masa pensiun. KAI memperkirakan jumlah penumpang KRL Jabodetabek pada 2024 akan mencapai 345 juta penumpang, dengan rata-rata hampir 1 juta penumpang per hari. Jumlah ini diproyeksikan meningkat sebesar 5 persen menjadi 362 juta penumpang pada 2025, 398 juta penumpang pada 2026, dan 410 juta penumpang pada 2027.
Sebanyak 1.088 unit kereta KRL sudah memasuki masa pensiun karena berusia lebih dari 30 tahun, sehingga diperlukan armada pengganti secara bertahap selama 2023-2027, baik melalui peremajaan armada lama, pengadaan trainset baru, maupun impor dari China.
"Dengan kepadatan penumpang yang terus meningkat, kekurangan jumlah trainset bersamaan dengan peningkatan volume penumpang KRL berpotensi menimbulkan overload penumpang, terutama pada jam-jam sibuk antara pukul 6-9 pagi dan 4-8 sore," tambah Didiek.
Meskipun begitu, KAI memastikan bahwa dana pengadaan armada KRL Jabodetabek ini tidak sepenuhnya berasal dari PMN, tetapi juga dari pinjaman pemegang saham dan pinjaman bank.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.