Logo
>

Usai Cathay Pacific Sebut Mesin Rusak, ini Nasib Saham Airbus

Ditulis oleh KabarBursa.com
Usai Cathay Pacific Sebut Mesin Rusak, ini Nasib Saham Airbus

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Cathay Pacific Airways Ltd, maskapai besar asal Hong Kong, terpaksa membatalkan sejumlah penerbangan setelah melakukan pemeriksaan mendalam terhadap armada Airbus SE A350 mereka. Langkah ini diambil menyusul ditemukannya masalah pada mesin pesawat jarak jauh tersebut.

    Insiden ini bermula ketika salah satu pesawat A350 terpaksa kembali ke Hong Kong dalam penerbangan menuju Zurich pada Senin 2 September akibat kerusakan komponen mesin. Pemeriksaan lanjutan terhadap seluruh armada kemudian mengungkapkan adanya komponen mesin lain yang juga harus diganti, demikian disampaikan oleh Cathay dalam pernyataannya.

    Meski tidak merinci kerusakan spesifik yang ditemukan, Cathay mengonfirmasi bahwa mesin yang bermasalah diproduksi oleh Rolls-Royce Holdings Plc. Pihak Rolls-Royce sendiri menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan maskapai, produsen pesawat, dan otoritas terkait dalam mendukung investigasi atas insiden ini. Sementara itu, Airbus mengarahkan pertanyaan kepada produsen mesin dan Cathay untuk pernyataan lebih lanjut.

    Akibat kabar ini, saham Rolls-Royce anjlok hingga 8,2 persen di bursa London, penurunan terbesar dalam dua tahun terakhir. Meskipun penyebab pasti belum diketahui, kekhawatiran investor terhadap masalah mesin yang kerap mengganggu industri penerbangan menjadi faktor utama di balik penurunan ini.

    Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai mesin pesawat, termasuk mesin Pratt & Whitney yang digunakan pada Airbus A320neo, telah menghadapi tantangan serupa. Masalah ini sempat menyebabkan grounding sementara bagi sejumlah armada di maskapai seperti Wizz Air Holdings Plc, IndiGo India, dan Deutsche Lufthansa AG.

    Mesin Rolls-Royce yang terlibat dalam insiden terbaru ini, XWB-97, sebelumnya mendapat kritik tajam dari Presiden Emirates, Tim Clark. Ia menyebut mesin ini tidak mampu beroperasi optimal di lingkungan panas dan berdebu seperti Dubai, sehingga menimbulkan keraguan terhadap keandalannya.

    Langkah Cathay dan Investigasi Lebih Lanjut

    Cathay Pacific kini tengah menginspeksi seluruh armada A350 mereka, yang terdiri dari 48 pesawat. Langkah ini diperkirakan akan menyebabkan beberapa pesawat tidak dapat beroperasi selama beberapa hari ke depan, berdampak pada jadwal penerbangan. Hingga akhir Selasa, maskapai ini telah membatalkan 24 penerbangan pulang-pergi.

    Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) menyatakan bahwa mereka telah diberi tahu tentang insiden ini dan sedang berkoordinasi dengan Airbus serta Rolls-Royce. EASA mengonfirmasi bahwa investigasi formal tengah berlangsung dan akan terus memantau perkembangan serta mengambil langkah yang diperlukan berdasarkan hasil investigasi.

    Penurunan harga saham Rolls-Royce pada hari Senin ini mencerminkan pembalikan tren positif yang dialami perusahaan dalam dua tahun terakhir. Saham Rolls-Royce sebelumnya melonjak berkat optimisme investor terhadap disiplin biaya dan fokus perusahaan pada program-program yang lebih menguntungkan.

    Rolls-Royce merupakan pemasok mesin tunggal untuk Airbus A350, yang hadir dalam dua varian ukuran: -900 dan -1000. Pesawat ini bersaing dengan Boeing 787 Dreamliner dan model 777, menjadikannya salah satu andalan di pasar pesawat jarak jauh.

    Cathay, yang telah lama menjadi pelanggan setia Airbus, baru saja memesan 60 unit Airbus A330neo bulan lalu. Pesanan terakhir Cathay dari Boeing tercatat pada tahun 2013, menegaskan dominasi Airbus dalam armada maskapai ini.

    Saham Airbus Anjlok

    Saham produsen pesawat terkemuka, Airbus, mengalami penurunan tajam hampir 12 persen pada perdagangan Selasa 25 Juni 2024 waktu setempat. Anjloknya saham ini terjadi setelah perusahaan mengumumkan akan memangkas target untuk tahun 2024, termasuk pengiriman pesawat dan pendapatan. Saham Airbus akhirnya ditutup dengan penurunan sebesar 9 persen.

    Sehari sebelumnya, pada Senin 24 Juni 2024, Airbus mengumumkan bahwa mereka memperkirakan laba sebelum bunga dan pajak yang disesuaikan hanya akan mencapai sekitar 5,5 miliar euro atau setara dengan 5,9 miliar dolar AS. Angka ini jauh menurun dari proyeksi sebelumnya yang berada di kisaran 6,5 hingga 7 miliar euro, yang diumumkan pada 25 April 2024.

    Airbus juga menyesuaikan target pengiriman pesawat komersialnya. Perusahaan kini mengantisipasi dapat mengirim sekitar 770 unit pada tahun ini, turun dari target sebelumnya yang mendekati 800 unit. Selain itu, target peningkatan produksi untuk pesawat A320 juga terpaksa ditunda. Penurunan ini menyebabkan saham Airbus di indeks saham Eropa turun drastis hingga 11,96 persen pada perdagangan siang di London, Inggris.

    Pemangkasan proyeksi ini sebagian besar disebabkan oleh kendala rantai pasokan yang berkelanjutan dalam bisnis pesawat komersial Airbus. "Airbus terus menghadapi masalah spesifik dalam rantai pasokan, terutama pada komponen mesin, struktur aero, dan perlengkapan kabin," ungkap pihak perusahaan.

    Di samping itu, Airbus juga mengakui adanya biaya tambahan yang signifikan di divisi sistem luar angkasanya. Tantangan komersial dan teknis dalam bisnis ini menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tambahan sekitar 900 juta euro pada paruh pertama tahun 2024. "Hal ini terutama berkaitan dengan asumsi terbaru mengenai jadwal, beban kerja, sumber daya, risiko, dan biaya selama masa program telekomunikasi, navigasi, dan observasi tertentu," jelas Airbus dalam pernyataannya.

    Selain berbagai masalah tersebut, Airbus juga melaporkan bahwa laba operasional mereka untuk kuartal I 2024 lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya. Direktur Keuangan Airbus, Thomas Toepfer, sempat mengungkapkan bahwa pendapatan perusahaan tidak sekuat yang diharapkan, menambah tekanan pada saham perusahaan yang sudah tertekan oleh berbagai tantangan operasional dan keuangan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi