Logo
>

Virus RSV Ancam Nyawa Bayi Hingga Lansia, ini Gejalanya

Ditulis oleh KabarBursa.com
Virus RSV Ancam Nyawa Bayi Hingga Lansia, ini Gejalanya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Penyakit pneumonia menjadi masalah serius yang perlu ditangani dengan cermat, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun seperti bayi. Salah satu penyebab utama pneumonia adalah virus respiratory syncytial virus (RSV).

    Pemerintah harus meningkatkan kesadaran, pencegahan, diagnosis, dan pengobatan (supportive) terhadap kasus RSV di Indonesia.

    Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo SpA(K), seorang ahli neonatologi, menjelaskan bahwa RSV adalah infeksi yang menyerang sistem pernapasan, menyebabkan gejala dari flu ringan hingga gangguan pernapasan yang serius, terutama pada bayi, anak kecil, dan lansia.

    Virus RSV sangat mudah menular melalui udara saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara, serta dapat bertahan hidup di permukaan benda untuk beberapa jam, memungkinkan penularan tidak langsung melalui kontak dengan benda terkontaminasi.

    Menurut Prof Rina, berdasarkan studi multicentre 2022 tentang pneumonia yang didapat dari komunitas di Indonesia, RSV menjadi salah satu dari lima patogen utama dengan kasus mencapai 27,1 persen dan berada di urutan kedua sebagai penyebab CAP pada anak di bawah 5 tahun.

    Lebih lanjut, insidensi infeksi saluran nafas bagian bawah akibat RSV di Indonesia sebesar 50,1 per 1.000 anak per tahun, dengan insiden LRTI dan LRTI berat lebih sering terjadi pada bayi di bawah 1 tahun.

    Dia juga mengungkapkan bahwa RSV memiliki musim puncak dari awal Desember hingga akhir Maret, meskipun tetap dapat terjadi sepanjang tahun seperti flu.

    Faktor risiko utama untuk infeksi RSV parah adalah pada bayi prematur dan bayi dengan kelainan CP (celebral palsy). Sebanyak 2,02 persen bayi prematur berisiko tinggi terinfeksi RSV.

    Prof Rina menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat tentang bahaya infeksi RSV yang masih rendah, terutama di kalangan orang tua dengan anak yang berisiko tinggi.

    Pencegahan merupakan hal terpenting karena belum ada pengobatan definitif untuk RSV, hanya terapi suportif yang tersedia. Pemerintah harus meningkatkan kesadaran melalui kampanye penyadaran akan penyakit ini dan edukasi yang berkelanjutan.

    Selain itu, penting juga untuk meningkatkan akses diagnostik untuk pemeriksaan virus RSV guna mendeteksi kasus LRTI yang disebabkan oleh RSV secara optimal, agar penanganannya dapat dilakukan lebih efektif.

    Terakhir, untuk bayi prematur dan kelompok risiko tinggi lainnya, selain menjaga kebersihan hidup sehari-hari, pertimbangkan juga untuk memberikan imunoprofilaksis menggunakan antibodi monoklonal spesifik RSV (Palivizumab) untuk mencegah infeksi RSV.

    Prof Rina menegaskan bahwa pendekatan ini telah berhasil diterapkan di beberapa negara lain dan dapat membantu melindungi bayi dari risiko pneumonia dengan menggunakan vaksinasi sesuai jadwal imunisasi yang dianjurkan.

    Mengutip berbagai sumber, Virus RSV (Respiratory Syncytial Virus) adalah virus yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, terutama pada bayi, anak kecil, dan lansia. Virus ini termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae dan merupakan penyebab umum dari infeksi saluran pernapasan bagian bawah, seperti bronkiolitis dan pneumonia pada anak-anak.

    RSV sangat menular dan menyebar melalui tetesan kecil yang terhirup saat seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Virus ini juga bisa menular melalui kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi oleh virus RSV.

    Infeksi RSV umumnya terjadi pada musim dingin dan awal musim semi di daerah beriklim sedang, meskipun bisa terjadi sepanjang tahun. Gejala infeksi RSV bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti pilek dan batuk hingga gejala yang lebih parah seperti kesulitan bernafas pada bayi dan anak kecil.

    Penting untuk melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan tangan dan lingkungan, serta membatasi kontak dengan orang yang sakit untuk mengurangi risiko penularan RSV, terutama pada bayi prematur dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Infeksi saluran pernapasan dapat memiliki berbagai bahaya tergantung pada jenis infeksi dan kondisi individu yang terkena. Beberapa bahaya umum dari infeksi saluran pernapasan termasuk:

    1. Pneumonia: Infeksi pada paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia bisa menjadi serius terutama pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti bayi, lansia, atau mereka dengan kondisi kesehatan yang sudah ada.
    2. Bronkitis: Peradangan pada saluran bronkial yang bisa disebabkan oleh virus atau bakteri. Bronkitis bisa menyebabkan batuk yang parah dan sulit bernafas.
    3. Bronkiolitis: Peradangan pada bronkiolus (cabang-cabang kecil dari bronkus) yang sering disebabkan oleh virus RSV pada bayi dan anak-anak kecil. Ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas, terutama pada bayi prematur atau mereka dengan kondisi pernapasan yang sudah ada.
    4. Influenza: Infeksi virus flu dapat menyebabkan gejala serius terutama pada kelompok berisiko tinggi, seperti lansia, anak-anak kecil, atau individu dengan penyakit kronis.
    5. Asma: Infeksi saluran pernapasan dapat memperburuk gejala asma pada individu yang sudah menderita penyakit ini.
    6. Komplikasi pada penyakit kronis: Infeksi saluran pernapasan dapat memperburuk kondisi kronis lainnya seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau penyakit jantung. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi