Logo
>

Wall Street Campur Aduk usai Trump Ancam Tarif 200 Persen untuk Farmasi

Pasar saham AS bergerak fluktuatif setelah Trump ancam tarif impor baru, termasuk farmasi, tembaga, dan produk negara Asia.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Campur Aduk usai Trump Ancam Tarif 200 Persen untuk Farmasi
Wall Street terpukul rencana tarif Trump. Saham farmasi, perbankan, hingga energi tertekan jelang perang dagang babak baru. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Wall Street bergerak campur aduk pada perdagangan Rabu, 9 Juli 2025, dini hari WIB, menyusul aksi jual besar sehari sebelumnya. Sentimen pasar masih dibayangi kebijakan Presiden Donald Trump yang akan kembali memberlakukan tarif impor terhadap belasan negara mulai 1 Agustus mendatang.

    Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, indeks S&P 500 naik tipis 0,1 persen, setelah sehari sebelumnya mencatat penurunan harian terbesar sejak Juni. Indeks acuan ini masih berada di dekat rekor tertingginya yang dicapai pekan lalu. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 116 poin atau 0,3 persen, dan Nasdaq menguat 0,2 persen.

    Kebijakan baru Trump diumumkan melalui unggahan surat terbuka di platform Truth Social yang ditujukan kepada para pemimpin negara terkait. Dalam surat tersebut, Trump memperingatkan agar mereka tidak membalas tarif dengan menaikkan pajak impor terhadap barang AS, jika tak ingin menghadapi tarif lanjutan yang lebih tinggi.

    Sebelumnya, Trump sempat menunda tarif besar-besaran atas barang impor dari hampir seluruh dunia selama 90 hari sejak April. Masa negosiasi itu dijadwalkan berakhir sebelum Rabu ini, namun kini diperpanjang empat pekan lagi hingga 1 Agustus. Analis Wolfe Research, Tobin Marcus, menilai perpanjangan ini menjadi sinyal baru arah perang dagang yang cenderung mengeras.

    “Pada dasarnya belum ada tindakan nyata dari surat-surat ini, jadi belum perlu panik,” tulis Marcus. “Namun sinyal yang terbaca justru makin hawkish.”

    Dalam rapat kabinet hari Selasa, Trump mengumumkan rencana tarif tinggi atas obat-obatan farmasi hingga 200 persen. Ia juga akan menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan tarif 50 persen pada impor tembaga, setara dengan tarif baja dan aluminium saat ini.

    Pernyataan Trump ini langsung mengerek saham Freeport-McMoRan sebesar 4,6 persen. Harga tembaga melonjak 8,7 persen menjadi USD5,47 per pon (sekitar Rp89.171 dengan kurs Rp16.300). Situasi ini makin memperkuat kekhawatiran bahwa perang dagang babak baru bakal menambah beban pada perekonomian global. Kenaikan tarif impor bisa menekan laju pertumbuhan dan memicu risiko resesi.

    Kenaikan saham di sektor teknologi dan kesehatan menahan tekanan dari penurunan sektor perbankan. Saham Intel melonjak 7,7 persen, sementara Eli Lilly naik 1,1 persen. Namun JPMorgan anjlok 3,1 persen dan Bank of America melemah 2,7 persen.

    Amazon tergelincir 1,2 persen tepat saat gelaran Prime Day dimulai. Tahun ini, acara diskon tahunan tersebut berlangsung selama empat hari sejak diluncurkan pada 2015 dan diperluas jadi dua hari sejak 2019.

    Saham First Solar ambles 5,5 persen usai Trump mencabut subsidi bagi perusahaan energi yang dikuasai asing melalui perintah eksekutif. Sementara Hershey Co. turun 3,2 persen setelah CEO Wendy’s, Kirk Tanner, diumumkan menggantikan Michele Buck yang pensiun.

    WW International, induk perusahaan WeightWatchers, kehilangan gain awal dan ditutup turun 0,1 persen. Perusahaan ini baru saja merampungkan restrukturisasi dan relisting di Nasdaq, usai mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 pada Mei lalu demi menghapus utang USD1,15 miliar (sekitar Rp18,7 triliun) dan fokus menjadi penyedia layanan telehealth.

    Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik. Yield surat utang tenor 10 tahun meningkat ke 4,42 persen dari sebelumnya 4,39 persen. Aksi pasar yang melemah di awal pekan ini datang setelah reli besar minggu lalu, dipicu laporan ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari ekspektasi.

    Di pasar global, bursa Asia dan Eropa kompak menguat. Indeks Kospi Korea Selatan melonjak 1,8 persen dan Hang Seng Hong Kong naik 1,1 persen. Harga minyak mentah acuan AS pun naik 0,8 persen, sedangkan Brent menguat 1,1 persen.

    Sementara itu, Federasi Nasional Bisnis Independen (NFIB) melaporkan indeks optimisme usaha kecil di AS turun tipis bulan lalu, sesuai prediksi analis. Indeks ini mengukur sentimen pengusaha kecil terhadap kondisi ekonomi dan prospek bisnis mereka.

    Pasar kini menanti rilis notulen rapat bank sentral AS (The Fed) bulan lalu, yang dijadwalkan Rabu waktu setempat. Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya menyatakan masih akan melihat dampak kebijakan tarif terhadap inflasi dan ekonomi sebelum mengambil keputusan suku bunga berikutnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).